TIME SKIP - FINAL CHAPTER

3.8K 220 9
                                        

Toronto, kota kelahiran bagi keturunan Reyes merupakan rumah untuk mereka kembali.

Semua telah selesai. Kesalahpahaman tentang Reyes seorang pengkhianat telah padam setelah Akio membeberkan rencana anggota dewan yang ingin memusnahkan dunia bawah.

Semua itu tak luput dari pengorbanan yang Vince dan Akio lakukan. Namun, itu tidak setimpal dengan apa yang mereka dapatkan. Isu miring merebak begitu cepat dikalangan masyarakat tentang pembantaian terhadap dewan membuat mereka kian resah.

Mafia dan masyarakat yang dulu hidup berdampingan, kini hancur dan saling curiga.

"Tuan, tolong berhenti merokok." Ujar Zein memperingati.

"Menyingkir. Kenapa kau ada disini? Bukankah aku menyuruhmu untuk mengawasi si kembar." Khaled melirik tajam ke arah mantan pengawal Akio.

"Tuan Atlas sedang bersama putranya." Balas Zein menunduk.

Mengingat itu, Khaled baru sadar jika waktu berjalan begitu cepat. Ia yang dulu tinggal di Jerman bersama para putranya harus kembali ke kediaman utama setelah Reyes Zayd meninggal.

"Memang seharusnya begitu. Mereka terlalu merepotkan. Putra Mada juga sangat berisik. Aku tidak suka."

Khaled mendengus ketika ingat jika dua anak kembar Atlas sangat mumpuni sebagai mesin pembunuh masa depan. Baru berusia empat tahun saja mereka melukai tangan maid dengan menusuk jarinya dengan garpu. Lain lagi dengan putra tunggal Mada yang ceria namun penuh tipu muslihat.

"Aku dengar Ein sekarang kuliah di Belanda." Kata Khaled menatap ke arah depan.

"Benar, Tuan. Tahun depan Tuan Muda Ein akan lulus dan kembali ke Indonesia." Ujarnya menanggapi.

Pria yang tidak muda lagi itu menyisir rambutnya yang semi putih dengan jemarinya. Lalu kembali ia menghisap dan menghembuskan asap rokok hingga memenuhi teras rumah.

"Tuan Deris meminta anda untuk mengurangi mengkonsumsi rokok, Tuan Khaled."

Zein nampah gelisah. Pasalnya sering kali ia jadi bahan pelampiasan sang dokter yang tidak bisa melimpahkan kekesalannya pada Khaled.

"Kalau begitu ambilkan aku wine. Akan aku matikan rokoknya jika kamu sudah membawanya." Ujar Khaled acuh.

Tampaknya Zein harus mundur untuk kali ini. Kalau sudah bertemu dengan minuman satu itu, sang Tuan akan lupa waktu hingga menghabiskan puluhan botol.

Pria itu menatap punggung Khaled. Ia rasa kebiasaan ini makin parah setelah kejadian delapan tahun lalu. Seolah luka yang dulu menganga disayat oleh kenyataan si bungsu dan Algis telah tiada, ditaburi garam saat Akio tidak pernah ditemukan dilokasi kejadian.

"Mereka tidak tau terima kasih." Monolog Khaled terkekeh merasa lucu.

Lagi, untuk kesekian kalinya. Khaled sering bertindak tanpa mereka duga. Pria itu kadang mengumpat dan berteriak marah jika para ketua mafia sekarang hanya seorang yang tidak punya akal.

Akio yang hingga kini Khaled masih cari keberadaannya dijadikan kambing hitam yang dilempar ke masyarakat untuk dimaki. Seolah kehadiran Akio adalah musibah bagi rakyat karena mengancam keselamatan mereka.

Pembunuh berantai berdarah dingin.

Melepaskan buronan dunia.

Bekerja sama dengan penjahat.

Pemimpin kudeta.

Dalam hidupnya, tidak pernah ada doa baik yang tersemat bagi Akio selain ujaran kematian.

"Maaf mengganggu waktu anda, Tuan Khaled." Seorang pengawal mengambil alih pikiran keduanya.

"Ada apa?" Zein maju saat tau Khaled tak begitu peduli.

TUAN MUDA [Sequel] (END)Where stories live. Discover now