chapter 29 : jealous

7.2K 433 152
                                    

wow! aku kaget notif jebol, aku tidur jam tiga subuh cek viewers masih 14k, sekarang udah 30k an, makasih banyaaak 😭

aku jadi penasaran, kalian temuin cerita milan dari mana? komen di siniiiii

anw jangan lupa follow akun aku biar makin akrab sempak_thv

anw jangan lupa follow akun aku biar makin akrab sempak_thv

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

༺❀༻

BERLIN menguncir satu rambutnya ke atas dengan terburu-buru karena takut tertinggal senam, lalu gadis itu segera menuju lapangan. Disela langkahnya, Berlin berdecak ketika menyadari tali sepatunya terlepas sehingga dia terpaksa menghentikan langkahnya untuk mengikat tali sepatu.

Namun, ketika hendak membungkuk, seseorang lebih dulu melakukannya membuat Berlin mengurungkan niat. Berlin mengerjapkan mata tertegun.

"Nath-" Berlin memundurkan langkah. "Gue bisa sendiri kok," ucapnya tak enak.

Nathan yang sudah terlanjur berjongkok dihadapan gadis itu terkekeh pelan. "Gapapa, Lin, lo juga buru-buru 'kan? Biar gue aja," sahut Nathan.

Mulut Berlin terkatup rapat tak tahu harus bicara apalagi, dia masih terkejut dengan tindakan Nathan yang tiba-tiba. Berlin melihat-lihat pada sekitar, memastikan bahwa tidak satupun dari penggemar Nathan melihat pemandangan romansa seperti di drama ini.

"Selesai." Nathan kembali berdiri setelah selesai mengikat tali sepatu Berlin. "Udah kali kagetnya, sana gih ke lapangan, tadi gue lihat udah ramai anak kelas lo," ucap lelaki itu lagi.

"Thank you," ucap Berlin canggung, kemudian dia segera melewati Nathan dengan langkah cepat, Berlin sangat malu.

"Oh iya, Lin!" panggil Nathan sebelum Berlin jauh dari pandangannya. "Nanti malam lo ada acara gak?" tanyanya ketika Berlin membalikkan tubuh, menoleh.

Berlin mengulum bibir berpikir, tak lama kemudian dia berujar. "Nggak ada, kenapa Nath?" tanya gadis itu.

"Jalan sama gue mau?"

Lagi, untuk kesekian kalinya Nathan membuatnya terkejut. Beberapa hari ini lelaki itu terlihat berbeda dengan Berlin.

"Lihat kondisi nanti ya, Nath, gue juga belum tentu dapat ijin," jawab Berlin setelahnya.

Nathan terkekeh melihat raut wajah tak enak Berlin. "Oke, Lin, nanti kabarin gue aja ya."

Berlin mengangguk kemudian cepat-cepat lari menuju lapangan. Lantas, Nathan juga beranjak dari tempatnya setelah punggung Berlin tak lagi terlihat dalam pandangannya. Ketika tubuhnya berbalik, Nathan dihadapkan dengan tatapan dingin Milan. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Milan menyandarkan tubuh di pilar koridor sambil meneguk kaleng soda ditangannya.

"Kuno juga cara lo," kekeh Milan.

"Lo aman kalau Berlin terima ajakan gue?" sahut Nathan dengan pertanyaan.

MILAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now