DWMC - 8

27 7 2
                                    

Aku akan peringatkan di awal ya hehe, part ini isinya narasi semua. Dan akan menjelaskan tentang kehidupan Deven, jadi baca pelan pelan yahh. Makasihh yang sudah tetap mau baca. Enjoyyyy!

***

Selesai dengan Deven, Suzy berencana untuk membuat menu makan siang. Ia juga harus menebus resep yang diberikan oleh Dokter Yoo tadi. Jadi Suzy dengan cekatan memasak menu makan siang yang sangat simpel.

Satu panci sup jagung dan tumis daging sudah tertata rapih di meja. Hanya dua masakan itulah yang bisa ia sajikan dengan cepat. Lalu menyiapkan makanan di mangkuk lain untuk Deven dan membawanya ke dalam kamar.

Pandangan Suzy langsung beradu dengan netra coklat pekat milik Deven begitu ia membuka pintu kamar "Kamu sudah sadar?" Tanya Suzy sambil melangkah mendekat.

"Miss.." suara Deven terdengar lirih pun serak. Suzy meletakan nampan yang ia bawa di atas nakas lalu duduk di pinggir ranjang.

"Mau makan dulu?" Tanya Suzy lagi. Gelengan samar adalah jawaban yang Suzy terima.

"Baiklah, saya simpan disini makanan nya. Saya akan keluar sebentar untuk menebus obat" ujar Suzy sembari beranjak, tapi tiba-tiba tangan hangat milik Deven menahan jari nya.

"Jangan lama" ujar Deven. Suzy mendengus kecil lalu memberi senyum tipis.

"Ok" Suzy pun beranjak keluar kamar.

Deven termenung sesaat setelah Suzy hilang dari pandangan nya. Baru kali ini ada yang mengurusnya ketika ia sakit. Yah, walaupun Cassandra-anak dari asisten rumah tangga nya dulu yang sering ia panggil bibi Lauren, Lauren Mayer- juga kadang akan merawatnya ketika ia meminta bantuan, tapi kali ini berbeda. Suzy bukanlah seseorang yang mengenal nya sejak kecil seperti Cassandra yang mana mereka sudah seperti saudara, Suzy ini dosen nya yang dalam arti lain adalah orang asing. Tapi lihatlah dia sekarang, ia di urus oleh orang asing dengan sangat baik dan penuh kepedulian seperti ini, bahkan ayah nya dan kakak laki laki nya yang mana satu darah dengan nya tak pernah memperdulikan nya.

Ia tahu, menginginkan Ayah atau kakak nya untuk menunjukan kepedulian nya adalah hal yang tidak sepatutnya ia harapkan karena pada dasarnya kehadiran ialah yang membuat kedua orang itu hancur. Tapi, apakah ia sendiri meminta kehadiran nya di dunia ini? Ia hanya anak yang tak berdosa dan tak tahu apapun saat kedua orang tuanya memilih menghadirkan nya ke dunia, ia tak meminta dan tak memilih untuk dilahirkan sebenaranya. Itu adalah keputusan kedua orang tua nya.

Tapi dulu hal hal lain yang tidak dimengerti anak umur 6 tahun sepertinya membuat ia bingung dan sedih ketika Kakak laki laki nya selalu memandang nya dengan tatapan tajam walaupun kakak nya itu tidak pernah menyakitinya. Lalu Ayah yang selalu membentak nya dan tak jarang menghukumnya dengan kekerasan juga membuatnya sedih. Tapi dulu Ibu sering membela nya, sampai suatu saat ia melihat Ibu nya sedang bersandar di samping tempat tidur dengan darah yang menggenang di lantai. Sejak saat itu ibunya tidak pernah datang membantunya dari siksaan sang ayah lagi.

Deven saat itu belum mengerti ketika ia melihat mayat ibunya dikamar, ia mencoba membangunkan sang ibu yang disangka nya sedang tertidur di lantai. Lalu ia mencoba meminta bantuan kepada bibi Lauren dan menceritakan apa yang ia lihat, bahwa ibunya tidak bangun walau ia sudah membangunkan beberapa kali. Dan hal yang di lakukan oleh bibi Lauren nya adalah berteriak dan berlari sambil menggendong nya keluar rumah, mencari bantuan.

Deven tidak menangis saat orang orang mulai berdatangan dan membawa jenazah ibu nya ke rumah sakit. Deven hanya menatap mereka dengan pandangan polos penuh keingin tahuan, ia ingin tahu ibunya dibawa kemana. Ia pernah juga menyaksikan hal seperti ini, ketika ibu dari sang kakak juga dikerubuni banyak orang dan semua orang menangis. Kakak nya menangis dan ayahnya menangis. Tapi kali ini orang orang tak ada yang menangis, kecuali bibi Lauren.

Deven disana, dari saat saat ibunya meregang nyawa sampai dimasukan ke liang lahat, Deven menyaksikan nya tanpa menangis karena ia masih tak mengerti apa yang terjadi.

Deven akhirnya menangis ketika sang ayah kembali menyiksanya, memberikan nya sedikit pukulan karena ia terus merengek ingin bertemu ibu. Dan kali ini tak ada yang menolong nya, Ibunya tidak datang saat Ayah memukulnya. Ibu tidak membacakan buku lagi saat ia ingin tidur, ibu tidak menyiapkan nya sarapan lagi. Semua itu kini dilakukan oleh bibi Lauren.

"Anak sialan! Kenapa kamu tak ikut saja dengan ibu mu masuk ke liang lahat!" Itu adalah salah satu kalimat yang Deven ingat saat ayah menyiksa nya.

Tumbuh kembang Deven cukup terganggu sejak kecil karena keseringan di pukul oleh sang Ayah, maka dari itu meski umurnya sudah 6 tahun, Deven sama sekali belum mengerti artinya meninggal. Hari hari nya dilewati dengan cacian dan pukulan, bibi Lauren pun tak bisa berbuat apapun dan hanya bisa membantu merawat nya setelah mendapat pukulan.

Sampai perlahan Deven tumbuh besar dan mulai mengerti apa yang terjadi di hidupnya. Ia mulai mengerti kenapa kakak laki lakinya tak pernah mau dekat dengan nya. Yah, Deven akhirnya bisa memaklumi sikap kakak nya. Lagipula siapa yang mau berbaik hati kepada anak dari perempuan yang telah menghancurkan keluarga kalian?

Yap, Deven adalah anak haram. Ia dilahirkan dari rahim seorang wanita yang mana kala itu menjadi sekertaris ayah nya. Perselingkuhan sang bos dan sekertaris. Haha, sangat drama sekali kan hidupnya ini?

Lalu Deven dan ibu nya mulai memunculkan diri saat umur Deven 2 tahun. Ibu nya terpaksa melakukan itu karena ayah sudah tidak pernah mengirimkan uang untuk menghidupi nya dan sang ibu. Ibunya pun sudah tidak bekerja pada ayah saat perutnya sudah membesar. Ia dan Ibu diasingkan ke pinggiran kota hanya berdua. Deven tak mengingat nya, ia tiba tiba mempunyai sedikit ingatan saat dirinya sudah berada di rumah besar itu, tetapi kamar yang ia gunakan sempit, berdua dengan ibu nya ia tidur di kamar yang kecil. Padahal rumah itu sangat besar.

Ayah tak pernah me mengajari nya naik sepeda seperti kakak nya, ayah tak pernah tersenyum lebar seperti ayah tersenyum pada kakak, hal hal kecil seperti itu membuat Deven dulu merasa iri. Tapi kini ia sudah paham sepenuhnya kenapa Ayah dan kakak nya melakukan hal itu kepada nya.

Tapi, apakah ini adil? Ayahnya juga bersalah. Bukan hanya ibu nya yang bersalah, disitu juga ada andil ayah nya. Tapi kenapa malah ia dan ibu nya yang terus terusan merasakan siksaan ini? Ia bahkan tak tahu apapun tiba tiba di lahirkan kedunia dan malah menjalani semua siksaan seperti ini. Kenapa itu tidak adil sekali?.

***

See you next parttttt. Secepatnya aku up ya kalau udh selesai ku edit hehe

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dont Watch Me CryWhere stories live. Discover now