DWMC - 7

31 5 5
                                    

Suzy baru saja keluar dari supermarket dengan menenteng 2 kantung belanjaan ketika rintik hujan mulai berjatuhan. Kaki jenjang nya berjalan sedikit tergesa untuk cepat mencapai mobil agar tidak terkena hujan.

Ia menghela nafas begitu menutup pintu mobil nya. Cuaca akhir-akhir ini sedikit tidak menentu, dan Suzy harus siap menghadapi hal hal seperti ini lagi. Suzy mengemudikan mobilnya membelah jalanan yang cukup lenggang, hujan semakin deras saat ia berhenti di lampu merah.

Kaca mobil nya cukup berembun, tapi tentu ia masih bisa melihat dengan jelas siapa pria muda yang menjadi bulan-bulanan beberapa pria bertubuh besar di persimpangan jalan.

Itu Deven.

Mata nya tidak salah lihat, ia melihat anak didiknya sedang di keroyok oleh setidak nya 4 orang pria bertubuh besar di bawah deras nya hujan. Panik, Suzy langsung membuka pintu mobilnya dan berlari tanpa memikirkan apapun.

"DEVEN!" Teriakan melengking nya cukup untuk membuat keempat pria yang sedang memukuli Deven menoleh bersamaan. Beberapa orang yang tadi nya hanya melihat aksi keji dari pinggir-pinggir toko itupun perlahan ikut menghampiri dan membantu Deven terbebas dari 4 pria berbadan besar itu, hingga keempat pria berbadan besar itu memutuskan untuk pergi begitu saja.

Suzy berlari menerobos hujan, tak memperdulikan jika pakaian nya basah. Ia menghampiri Deven yang sudah terlihat sangat lemas.

"Tolong, tolong bantu aku membawa nya" ucap Suzy pada beberapa orang yang mengerubungi Deven. Deven dipapah oleh 2 orang ke arah mobil Suzy. Suzy tanpa lupa memberikan ucapan terimakasih kepada orang yang membantunya, lalu ia bergegas mengendarai mobil ke kediaman nya.

Dengan bantuan petugas keamanan di lantai dasar, Suzy akhirnya bisa membawa Deven sampai di unit apartemen nya dengan selamat.

Badan Deven menggigil, ia sudah tak sadarkan diri sejak berada di dalam mobil. Karena tidak mungkin membiarkan Deven tertidur dengan baju basah akhirnya tidak ada cara lain, Suzy memberanikan diri membuka pakaian Deven yang basah kuyup lalu menyelimuti Deven dengan selimutnya yang paling tebal.

Sesudah nya, Suzy membersihkan diri, ia mengganti pakaian basahnya dengan pakaian yang lebih nyaman. Ia harus membeli beberapa pakaian untuk Deven, karena ia tidak mungkin membiarkan Deven bertelanjang seperti itu. Akhirnya Suzy kembali keluar dan meninggalkan Deven sendirian di apartemen nya.

Setelah 30 menit Suzy kembali dengan beberapa kaus dan 2 stel piama dan beberapa perlengkapan lainnya untuk Deven, ia memilih acak bahkan tidak memikirkan apa itu pas untuk Deven atau tidak. Yang dia fikirkan hanyalah bagaimana ia harus cepat kembali ke apartemen nya.

Ketika sampai dia apartemen, Deven masih tertidur lalu Suzy dengan hati hati memakaikan piama pada Deven tanpa memakaikan pakaian dalam nya. Terserahlan, yang penting Deven tidak lagi telanjang. Jangan tanyakan hal memalukan apapun pada Suzy sekarang, karena ia sudah membuang rasa malu nya sejak membuka seluruh pakaian Deven tadi. Entah lah bagaimana ia akan menjelaskan nya pada Deven ketika ia bangun, Suzy akan fikirkan itu nanti.

Tangan Suzy terulur keatas permukaan kening Deven. Panas yang menyengat langsung merambat ke kulit telapak tangan nya. Deven demam. Akhirnya Suzy memilih untuk kembali menyelimuti Deven lalu beranjak ke dapur untuk membuat makanan. Deven harus minum obat agar demam nya turun.

Setelah berkutat cukup lama di dapur, Suzy kembali ke kamar, dilihat nya Deven yang masih tertidur. Wajahnya begitu pucat dengan robek di bibir dan memar di dekat mata. Baru luka itu yang terlihat jelas sekarang, entahlah Suzy harus segera memeriksakan Deven setelah ia bangun.

Cukup miris melihat Deven yang seperti ini, bahkan hasil pemeriksaan 2 hari lalu pun belum keluar, tapi kini Deven sudah harus menerima luka baru di tubuhnya. Jujur Suzy merasa kasihan sekali melihat Deven. Pemuda itu sangat konyol dan ceria jika di kampus, tapi entah apa yang di alaminya selama berada di luar kampus.

Dont Watch Me CryWhere stories live. Discover now