DWMC - 5

38 9 8
                                    

Keluar dari ruangan Suzy, Deven mendapat banyak ultimatum. Dari mulai absensi, tugas, kegiatan. Deven diwajibkan melapor pada Suzy. Oke, sepertinya kali ini dia merasa lebih di perhatikan dan Deven tidak mencurigai apapun atas sikap disiplin Suzy padanya. Padahal Suzy adalah tipe dosen yang tidak akan repot repot mengejar mahasiswa nya untuk menyetor tugas.

Dengan masih menggerek koper di tangan kanan, masih lengkap pula dengan kacamata dan masker yang menutupi wajah nya, Deven berjalan menuju sudut kampus. Ruangan yang dijadikan gudang tempat alat praktikum dijadikan nya sebuah base camp. George dan Liam sudah lebih dulu sampai di base camp mereka.

Ketika sampai, Deven langsung menghempas koper nya membuat George yang sedang menyantap makan siang nya berjengkit kaget.
"Ahhh sialan Deven! Aku hampir mati tersedak" umpat George. Deven hanya melirik sekilas sambil berdecih.

"Apa yang akan kau lakukan dengan koper mu itu?" Kali ini Liam yang membuka suara, tangan pria itu sibuk menyusun kertas kertas yang berbentuk sebuah bangunan.

"Aku pergi dari rumah" ujar Deven. George langsung menaruh semua perhatian nya pada Deven, begitupun dengan Liam.

"Kau serius? Lalu kau akan tinggal dimana?" Tanya Liam.

Pandangan Deven mengitari seisi ruangan, mengamati sudut demi sudut ruangan. Sepertinya dia bisa tinggal di sini untuk beberapa hari sampai ia menemukan sebuah tempat tinggal. George yang mengikuti arah pandang Deven mengeryit. "Jangan bilang kau akan tinggal disini? Yang benar saja?"

"Hanya untuk sementara" jawab Deven.

"Bagaimana bisa anak pendonor kampus terbesar tidur di bekas gudang. Jika kau mau pun pihak kampus akan memberikan ruangan khusus untuk mu"

"Ah pasti akan sangat merepotkan. Ayahku akan tahu dan aku pasti akan diseret pulang kali ini"

"Ahh begitu" gumam keduanya. Liam dan George tidak akan ikut campur jika itu masalah Deven dan Ayahnya. Mereka berdua cukup tahu posisi masing masing karena mereka hanya rakyat biasa yang tidak akan mampu melawan penguasa seperti ayah Deven.

Deven mulai membuka kopernya, mengambil satu buah kaus berwarna putih dan training abu dari dalam nya. Hari ini Deven sudah tidak ada kelas, hanya tugas yang menumpuk akibat seminggu tidak masuk kelas kemarin. Suzy yang menyuruhnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Dan besok Suzy akan memeriksa semua tugasnya.

"Ahh, aku hampir lupa!" teriak George, membuat Deven dan Liam menoleh.

"Miss Bae mencari mu"

"Aku?" Tunjuk Deven pada dirinya.

"Ya, kemarin dia bertanya padaku. Tapi aku bilang saja aku tidak melihat mu"

"Ya, barusan kan aku habis dari ruangan Miss.Bae"

"Ahh aku kira kau belum menemui nya. Apa yang kalian bicarakan?"

"Dia hanya menanyakan kabar ku dan mengobati luka ku" ujar Deven dengan bangga

"Lihat? Dia mengoleskan cream di bibir ku. Ahh astaga tangan nya sangat lembut"

"Aish sialan sekali kau!" George berlagak akan menendang Deven dengan wajah kesal. Sedang Deven hanya tertawa. Menggoda George juga kegiatan kesukaan nya. Miss Bae memang menjadi dosen Favorite George juga. Maka Deven dengan sangat bangga memamerkan apa yang di dapat nya ketika bertemu Suzy tadi.

"Aku juga akan bimbingan dengan Miss.Bae" masih dengan nada Sombong nya, Deven kembali memanasi George.

"Mulutmu bisa diam tidak? Atau kepala Liam akan kuhantamkan pada wajah mu itu!" Decih George kesal. Sedang Deven kembali tertawa.

Dont Watch Me CryWhere stories live. Discover now