9. Pacar Papi

53 3 1
                                    

Terhitung sudah hampir seminggu empat hari mereka berhasil menyembunyikan Aciel. Walau setiap hari sport jantung, entah mengapa mereka berhasil melakukan itu. Tidak ada yang menyadari bahwa Sachi, Marcell dan Cello menyelundupkan bayi kedalam basecamp mereka.

Sachi sedang duduk di sofa, sibuk dengan laptopnya. Marcell sedang menyelesaikan tugas desainnya. Sudahkan aku bilang bahwa Marcell ini anak teknik?

Lalu di sudut kamar ada Cello yang sedang menghubungi pacarnya. Sudah hampir seminggu Cello tidak mengajak kekasihnya—Naomi kencan. Oleh karena itu, Naomi ngambek dan ga mau ngomong sama Cello uda tiga hari lamanya.

Aciel sedang tidur pulas di keranjangnya.

“Cello!” Suara nyaringnya Enyak Aminah membuat Cello bangkit dari kasur dengan panik. Marcell meninggalkan tugasnya dan pergi mencari Aciel. Takut-takut Aciel bangun karena suara kerasnya Nyak Aminah. Puji Tuhan, Aciel anak baik.

Bayi mungil itu masih tidur dengan khusyuk. “Buruan..!” Desis Sachi sebab Enyak Aminah sekali lagi memanggil Cello.

Cello membuka pintu menyambut wajah marahnya Enyak. “Lu ini ya! Uda ga pulang-pulang, kari nyak kemaren masak juga ga lu makan!” Sampe sekarang Nyak Aminah masih ngambek soalnya sudah masak kari capek-capek, tapi tidak ada yang bisa menghabiskannya. Ya gimana, Cello kan uda makan banyak pas di traktir Sachi. Di bungkusin lagi.

“Iya nyak maap!” Jawab Cello.

“Mau jadi bang toyib lu hah? Pulang!” Nyak Aminah menarik telinganya Cello dan menyeret Cello menyeberang untuk kembali ke rumahnya. Nyebrangnya cuma 40 meter aja. Soalnya depan-depanan.

“Etdah nyak! Sakit nyak aduh aduh!” Ringis Cello. “Sakit sakit! Masuk!” Enyak Aminah memukul punggung Cello membuat Cello berteriak kaget. “Nyak!”

“Ape?!” Balas Nyak Aminah. Cello kicep. Takut diterkam Enyak. Maafkan daku, teman-teman. Kini Aciel giliran kalian yang menjaga. Cello melirik ke seberang dengan tatapan dramatis. Ada Marcell disana yang menatapnya dengan tatapan sedih.

Cello juga menatap Marcell dengan tatapan sedih. Mereka mulai ngedrama membuat Sachi keluar dengan wajah malas. “Uda kaya suami istri yang dipisah paksa oleh mertua. Dasar gila.” Ejek Sachi. Cello berdecak menatap Sachi. Ganggu aja momen ftv hih!

“Sachi, pulang nak.” Gozali keluar dengan membawa sepiring nasi liwet. “Ada yang mau papi bicarain. Sama nih papi beli nasi liwet ikan teri kesukaan kamu.” Ujar Gozali memperlihatkan isi piring yang ia pegang.

Mereka bertiga memang belum sempat pulang kerumah sejak bertemu dengan Aciel. “Mau ngomong apa pi?” Tanya Sachi.

“Sini dulu makanya.” Ujar Gozali. Sachi mengangguk. Memakai sendal dan keluar dari basecamp, berjalan menuju samping basecamp yaitu rumahnya.

Marcell melirik Sachi. Marcell ini gaakan dicariin mau sebulan kah setahun kah dia di basecamp, karena Marcell selalu ke basecamp setiap ngerjain tugas. Melina juga tidak khawatir Marcell akan melalak kemana-mana karena Marcell bukan tipe anak yang suka main keluar. Zona nyaman dia rumah.

Maka kalau Marcell ga di rumah, ya pasti di basecamp.

Sachi melirik Marcell kembali. Marcell mengangguk. Mengerti maksud lirikan Sachi. Mungkin kurang lebih Sachi bilang, “Marcell ganteng. Tunggu sebentar ya, ntar gue balik.” Ini menurut Marcell.

Sachi memasukkan sendalnya ke rak sepatu dan masuk kerumah mengekori Sang Ayah.

Sachi langsung duduk diatas kursi makan dan meraih sebungkus nasi liwet lalu membukanya.

“Sayang ada yang mau papi bicarakan. Penting sekali.” Ujar Gozali. Sachi mengangguk. Meraih sendok dan menyendok sesuap nasi liwet tersebut.

Halah papinya ini sok serius. Paling mau bilang dia buka bisnis baru, atau investasi baru. Mungkin aja mau nulis buku baru, atau mungkin mau beli rumah ba-- “Papi punya pacar! Sachi!”

Our baby, Aciella MarcelloWhere stories live. Discover now