"." Dua BeLaS "."

4 1 0
                                    

Happy Reading





























        Sepanjang jalan, Eira memilih diam, sembari terus menatap jalanan yang sedikit padat. Meski sudah berulang kali Alric mengajaknya mengobrol, namun Eira hanya menjawabnya dengan singkat, tidak seperti wanita pada umumnya, yang selalu antusias menanggapi obrolan seorang Alric.

    "Apa kamu merasa tak nyaman pergi denganku?" tanya Alric yang seketika buat Eira menatap terkejut, karna terbakan Alric 100℅ benar, namun Eira tetaplah Eira, yang sering merasa tak enak hati, jika kejujurannya akan menyinggung perasaan orang.

   "Ah Tidak Tuan. Hanya sedikit canggung. Mungkin karna baru pertama kali." kilahnya seraya mengulas senyum paksa.

    "Ah syukurlah." Alric balas tersenyum, sembari memarkirkan kendaraannya yang kini sudah tiba di depan bangunan megah berlantai 7, dengan warna dominan hijau dan putih.  "Tunggu!" ujarnya seraya menahan lengan Eira, saat Eira hendak turun terlebih dulu.

    "Kenapa?" Eira menoleh dengan tatapan bingung. Namun bukannya menjawab, Alric justru memilih bergegas turun, untuk membukakan pintu mobil.

    "Silahkan Nona." titahnya bak pangeran tengah mempersilahkan sang putri turun dari kereta kencana.

    Namun sayang, Eira tetaplah Eira, wanita yang cukup rendah diri, yang justru merasa tak nyaman saat mendapatkan perlakuan demikian, dari laki-laki yang berstatus sebagai bosnya itu.

   "Astaga Tuan! Tolong jangan seperti ini." mohonnya seraya menundukkan kepala dan bergegas pergi kedalam Supermarket.

    Alric yang melihatnya, justru merasa gemas, hingga membuatnya semakin enggan menjauh dari sosok Eira, yang entah kenapa berhasil mengalihkan dunianya dalam sekejap.

    "Kita kesana." ujar Alric sembari menggandeng tangan Eira menuju rak-rak bahan makanan segar, setelah meraih troly didepan pintu masuk.

   "Ah iya, tapi--" ucapan Eira seketika terhenti, saat Alric menatapnya.

    "Tapi apa?"

"Tidak jadi. Aku sudah lupa." bohong Eira, yang entah kenapa selalu tak bisa berkata-kata saat Alric sudah menatapnya. "Ayo, mari." ajaknya dengan seulas senyum canggung, sebelum memimpin jalan untuk menyusuri rak demi rak bersama, hingga troly pertamapun terisi penuh oleh bahan-bahan makanan segar, dan berganti dengan troly kedua, yang akan mereka isi dengan makanan serta minuman kemasan.

   Tak terasa 3 jam berlalu begitu cepat, Alric yang masih ingin menghabiskan waktu bersama Eira, mencoba berfikir keras, agar ia bisa menahan Eira sedikit lebih lama lagi. "Ah maaf, sepertinya kita belum membeli sabun-sabun." ujarnya setelah menata semua belanjaan pada bagasi mobil, dan menutupnya.

     "Bukankah masih ada?" tatap Eira, yang masih ingat betul, jika stok sabun-sabun masih penuh.

"Benarkah? Tadi pagi aku tidak menemukannya." ujar Alric sebelum mengirim pesan pada Juan, untuk segera memberesi semua stok sabun dikediamannya.

   Mendengar itu, Eira tampak ragu, namun tetap memilih diam, karna tak mungkin baginya untuk memperdebatkan hal itu dengan Alric, laki-laki yang berstatus sebagai bosnya. Jadi ia putuskan untuk meminta maaf saja, mengingat tadi sebelum berangkat saja, dugaannya salah, mengenai stok makanan di kulkas yang ternyata sudah kosong melompong, meski ia sendiri kini masih merasa yakin, bahwa kemarin stok tersebut masih banyak. "Ah maaf Tuan, mungkin saya yang lupa."

  "Tidak masalah. Ou iya, jika kamu lelah, istirahat saja didalam mobil. Aku yang akan mencarinya sendiri." ujarnya sembari mengulas senyum manis, yang justru buat seorang Eira tak enak hati. Karna biar bagaimanapun, statusnya adalah pekerja, jadi ia tak mungkin, membiarkan Alric berbelanja sendiri.

Insomnia Kiss (On Going)Where stories live. Discover now