"." TuJuH "."

9 2 0
                                    

Happy Reading






































      Tak terasa, mentari telah berganti senja, dan Eira, masih tak beranjak sedikitpun dari tempat ia duduk sejak beberapa jam yang lalu, bahkan Eira juga tak menyadari kehadiran Alric, yang begitu setia duduk di sampingnya tanpa sepatah katapun, namun terus menatapnya dengan raut khawatir.

     "Huft!" Eira akhirnya menghela nafas, setelah merenung cukup lama, sebelum memutuskan untuk beranjak dari bangku halte yang ia singgahi selama beberapa jam terakhir dan segera bergegas menaiki Bus F9, yang kebetulan sekali tengah berhenti di hadapannya.

    *Asyik, masih kosong.* batinnya seraya melangkah dan menyeringai senang, saat mendapati kursi paling pojok belakang itu kosong. Namun, raut bahagia Eira seketika luntur, saat ia membuka jendela dan tak sengaja beradu pandang dengan Alric, yang tampak tak bosan terus menatapnya sembari mengulas senyum manis serta melambaikan tangan padanya. Tapi sayang,  Eira yang merasa tak kenal dengan Alric, segera menutup kembali jendela di dekatnya, dan memilih menatap ke dalam Bus yang mulai melaju perlahan. Karna biar bagaimanpun, mendapat perlakuan demikian dari orang tak dikenal, sungguh menyeramkan, meskipun ia terlihat tampan dan seperti orang baik. Karna nyatanya, penjahat jaman sekarang itu, juga tak terlihat seperti penjahat, jika dilihat dari penampilannya saja, pikir Eira.

.Di Tempat Lain

        Cyra masih sibuk  mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, untuk menunjang penampilannya, agar tampak sempurna, dengan dibantu dua wanita muda dari butik dan salon langganannya.

     "Bagaimana penampilanku?" tanya Cyra seraya memutar diri di depan standing mirror berbingai kayu coklat.

      "You are so beautiful, Nona." jawab kedua wanita muda itu, sembari mengacungkan 2 jempol mereka. Karna memang penampilan Cyra malam ini sungguh luar biasa tanpa cela, yang pasti akan membuat wanita mana saja iri menatapnya. Bahkan para kaum adampun, bisa dipastikan tak berkedip kala bersua dengannya.

.Di Sisi Lain

       Juan tampak kelimpungan mencari-cari keberadaan Alric, karna sejak tadi ia tak dapat menghubungi Bosnya itu. "Astaga Tuan...!!" ucapnya dengan raut wajah frustasi, setelah kembali dari kantor Alric, yang ternyata kosong tak berpenghuni. Ia juga bahkan sudah mengunjungi beberapa tempat nongkrong Alric, namun semuanya nihil.

      "Kemana lagi Tuan..! Aku harus mencarimu? Hah?" tanyanya sendiri sebelum mendudukkan diri di jok kemudi, dan memilih bergegas menjemput Cyra sesuai janji, sembari berharap Alric mengangkat panggilannya, yang entah sudah keberapa ratus kali ia lakukan.

.Di Tempat Lain

      Sepeninggalan Eira, Alric segera masuk kedalam mobilnya yang ia parkir tak jauh dari halte. Namun baru saja ia melajukkan kendaraannya, benda tipis yang tergeletak di jok samping kemudi, berdering. "Halo." ucapnya setelah menggeser gambar telepon berwarna hijau pada layar ponsel.

    "Tuan! Tuan dimana? Kenapa sejak tadi tidak bisa dihubungi! Hah?"

   "Maaf. Aku meninggalkan ponselku didalam mobil. Memang ada apa? Apa ada sesuatu yang penting?"

    "Apa Tuan Lupa, jika sekarang Tuan punya janji dengan Nona Cyra?"

   "Astaga! Aku nyaris melupakannya." ujar Alric seraya menepuk keningnya, karna sejak tadi ia hanya terus memperhatikan dan memikirkan Eira, wanita yang begitu menarik perhatiannya, meski ia sendiri tak tahu, kenapa ia bisa bertingkah sedemikian rupa pada wanita yang tidak begitu ia kenal. Padahal, jika masalah cantik, jelas lebih cantik Cyra kemana-kemana, tapi entah kenapa ia begitu penasaran dan terbilang cukup mengilai Eira. Aneh memang, tapi begitulah yang dirasakan Alric.

Insomnia Kiss (On Going)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora