#16 HIS NUMBER ONE

33 9 2
                                    

"If you love and get hurt, love more.

If you love more and hurt more, love even more.

If you love even more and get hurt even more,

love some more until it hurts no more."


(William Shakespeare)


Naraya memeriksa agendanya di ponsel untuk memasukkan jadwal baru. Calon klien yang tadi siang ditemuinya, sekarang sudah resmi menjadi kliennya. Seorang perempuan berumur 39 tahun sengaja datang dari Bogor. Dia ingin memberikan kado pernikahan untuk adiknya berupa resepsi sederhana yang intim. Kebetulan pestanya akan diadakan di Bandung dua bulan lagi dan Pandora dipercaya untuk mengurus semuanya.

"Mbak..."

Naraya mendongak. Vicky sudah berdiri di depan mejanya.

"Gue baru balik dari Pangalengan."

"Oh, ya? Gimana, gimana?"

Vicky duduk. Wajahnya terlihat lesu.

"Kenapa? Nggak bisa?" Naraya menduga sesuatu yang tidak mengenakan dari ekspresi muka gadis di depannya.

Vicky menghela napas. Tidak lama kemudian dia menaikkan jempolnya hingga ke depan Naraya. "Keren abis. Sumpah."

Naraya seketika membuang napas lega. "Elo, ya."

"Nggak rugi jauh-jauh ke sana. Liat tempatnya bikin bahagia. Nih ya, Gue kirim foto-fotonya, biar lo nggak tegang." Vicky terkekeh, lalu membuka ponsel yang sejak tadi dipegangnya. "Jadi lo bisa langsung forward ke Kang Yausal."

"Gue laporan next time aja lah," ujar Naraya, sambil membuka laci mejanya dan mengambil sebuah buku kecil dari situ.

"Kenapa?" Tanya Vicky tanpa mengalihkan mata dari layar.

"Sakit dia."

"Oh ya?"

"Nyaris pingsan tadi."

"CIUS??" Vicky terkejut menatap Naraya.

Naraya mengangguk. Dengan singkat dia lalu menceritakan kejadian tadi siang pada Vicky.

"Sekarang aman, tapi?"

"Mudah-mudahan, ya. Gue belom ngecek lagi. Tapi kalo udah ada ceweknya, harusnya udah baek-baek aja, kan?"

"Emang ceweknya dateng?

Naraya mengangguk.

"Yang tempo hari kita pernah liat itu, ya?"

Naraya lagi-lagi mengangguk. Iya lah, yang mana lagi? Jelas-jelas Naraya melihat keduanya pegangan tangan di tangga dan suap-suapan di kantor. Belum lagi tatapan posesif perempuan itu yang terlihat tidak rela saat Naraya berada di antara mereka. Dan di ponselnya, Yausal memberi nama kontaknya dengan My Number One. Masa iya yang begitu cuma teman?

"Lo tadi sempet ketemu ceweknya emang, Mbak?"

"Nggak, sih." Naraya memainkan sampul buku yang tengah dipegangnya. "Cuma waktu gue nemenin Yausal, doi nelepon."

HATTRICK Where stories live. Discover now