#9 KUALAT

30 6 2
                                    


"DIa untukku, bukan untukmu

Dia milikku, bukan milikmu

Pergilah kamu, jangan kau ganggu

Biarkan aku mendekatinya."

(Dia Milikku – Yovie and Nuno)



Yausal membereskan meja lalu membawa alas makan dan cangkir bekas sarapannya ke sink. Di situ, di rak dekat bak cuci, ada piring dan gelas serta cangkir yang Naraya cuci sebelum pamit pulang tadi. Padahal hanya perkara alat makan, tapi melihat ketiganya Yausal seperti merasakan sesuatu yang tidak pernah dia alami sebelumnya. Ada perasaan tidak percaya bahwa Naraya baru saja dari rumahnya, sarapan bersama setelah sebelumnya bermalam di sini. Tapi mengingat bahwa mereka adalah teman lama dan sekarang bertetangga, Yausal mencoba meyakinkan diri kalau hal itu bukan sesuatu yang luar biasa.

Apa tadi? Teman lama?

Iya, iya, teman sempet mesra, Yausal mengoreksi dirinya sendiri. Dia kemudian berlalu menuju kamarnya setelah selesai mencuci bekas makannya. Laki-laki itu berniat hendak kembali tidur. Kejadian dini hari tadi membuatnya terjaga hingga pagi.

Saat melewati jendela kamarnya, tanpa sadar Yausal melihat ke seberang jalan, ke rumah tempat Naraya tinggal. Sedekat ini, ujarnya dalam hati. Dia bergeming sebentar di situ, lalu naik ke kasur yang jaraknya satu nakas saja dari jendela. Yausal membenamkan dirinya ke dalam selimut yang belum sempat dibereskan. Namun baru beberapa detik terpejam, ponselnya menyala. Osy meneleponnya.

"Iya, Sy?"

"Di rumah kan, A?"

"He-eh. Kenapa?" Yausal melirik jam dinding. Baru jam setengah delapan lebih sedikit.

"Aku di jalan nih, mo ke situ. Kak Bung—eh, Nana pengen maen."

Yausal terdiam sejenak. Perasaannya tidak enak. "Kamu sama Bunga?"

Osy terkekeh di seberang. Lalu suaranya berbisik. "Doi bawain makanan buat kamu. Masak dari tadi sebelum shubuh, katanya."

Sial.

Yausal sontak menendang selimut. Seketika dia bangun dari tempat tidurnya.

"Tapi aku mo pergi, Sy." Tanpa sadar dia berjalan cepat menuju lemari pakaiannya, menarik beberapa helai baju secara asal, kemudian menaruhnya di atas tempat tidur.

"Katanya di rumah?"

"Iya, sekarang masih di rumah. Tapi ini lagi siap-siap mo berangkat."

"Emang mo kemana?"

"Mau ke ehm..." Yausal berpikir cepat. Matanya berkeliling mencari clue supaya alasannya terdengar logis. "... ke gym," sambungnya kemudian, saat dia melirik nakas dan melihat sebuah kalender dengan foto seorang ustadz kondang terpampang di situ.

"Ke gym?" Suara di seberang terdengar tidak yakin. Sama tidak yakinnya dengan Yausal saat dirinya menyebutkan tempat itu "Mo ngapain ke gym?'

"Beli semen. Workout atuh, Sy." Yausal mengembalikan baju-baju yang tadi dia simpan di kasur ke lemari, kemudian mengambil setelan olahraga yang dia jejalkan dengan terburu-buru ke dalam tasnya.

"Kamu nge-gym, A? Sejak kapan?"

"Sejak hari ini lah." Yausal lalu mengeluarkan sepasang kaus kaki baru dari dalam laci dengan terburu-buru.

HATTRICK Where stories live. Discover now