"Eh, sorry, sorry. Aku tadi jalan nya agak meleng, gak liat ke depan. Maaf ya."

Loh? Kok jadi dia yang minta maaf?

Alva buru-buru mengambil bukunya yang tergeletak di lantai saat cewek itu juga akan mengambil buku.

"It's okay, salah aku juga jalan sambil baca buku. Kamu gak apa-apa?" Alva memastikan.

Walaupun tubrukan mereka tidak terlalu keras, tapi jaga-jaga itu harus. Apalagi orang yang bertubrukan dengan Alva ini memiliki postur tubuh yang mungil.

"Gak, aku gak apa-apa. Kamu gimana? Terus itu buku kamu rusak gak?"

Cewek ini cantik, bertubuh mungil, sopan, dan bersuara lembut. Jujur, Alva tidak berkedip selama beberapa waktu melihat sosok di depannya itu.

"Nggak, bukuku aman kok."

Cewek itu tersenyum, "Kalau gitu aku duluan ya. Agak buru-buru soalnya."

Sorot mata Alva masih mengikuti punggung cewek itu yang kian menjauh. Seolah baru sadar, Alva hampir saja berteriak untuk memanggil lagi cewek tadi.

Tapi bagaimana cara Alva memanggil? Namanya saja Alva tidak tahu!

Iya, Alva lupa untuk mengajak berkenalan.

Parah kan?

Tapi, seingat Alva, dia baru pertama kali melihat cewek tadi. Cewek itu, pasti sekolah di sini juga kan?

*****

Arul baru saja selesai menghabiskan sepiring siomay di hadapannya. Kemudian ia melirik Alva yang berada di depan, duduk bersampingan dengan Alma.

Biasanya, Alva akan menjadi rival Arul dalam menghabiskan makanan. Tapi untuk pertama kalinya, makanan Alva masih banyak cuy!

Alva ini sebenarnya kenapa? Tadi di kelas juga tidak banyak bicara, padahal biasanya dia paling berisik saat ada sesi tanya jawab.

Aneh.

Arul menyenggol kaki Alma yang berada di kolong meja, membuat cewek itu langsung melayangkan tatapan tajam padanya.

Ya, salah Arul memang karena sering menjahili Alma. Tapi untuk kali ini, Arul hanya ingin menanyakan perihal Alva. Barangkali Alma tahu kan?

"Si Alva kenapa?" Tanya Arul tanpa suara. Hanya isyarat dari gerakan bibirnya, dan seharusnya Alma mengerti.

Alma melirik Alva sekilas, kemudian kembali pada Arul.

"Gue juga gak tau," tentunya Alma menjawab dengan cara yang sama.

Hm, Arul jadi memiliki ide usil.

Pelan-pelan, Arul mendekat ke arah Alva, lalu menggebrakan meja di depan Alva. Membuat cowok itu terperanjat kaget dan teriakan yang cukup lantang.

Bahkan sepertinya beberapa orang di kantin langsung memperhatikan mereka.

Arul tidak tahu, dia langsung menunduk dan menutup wajah menggunakan tangan di atas meja soalnya.

Biar badannya gede begitu, Alva ini paling keos soal di kagetkan.

"Anjirlah, Rul! Bangsat ya lo! Babi emang."

Ck, ck, ck. Sangat tidak layak untuk di tiru memang.

"Bahasa, Va. Bahasa." Tegur Alma di sampingnya.

Padahal Arul tahu, cewek itu juga pasti sempat mengumpat di dalam hati karena sama terkejutnya.

"Eits, tenang, bro. Masih siang ini, gue udah dapet kata mutiara aja." Arul mencegah Alva yang akan bersumpah serapah lagi.

"Ya lo ngapain ngagetin gue, Sat."

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now