Sebuah Rencana

Mulai dari awal
                                    

Sialnya, aroma parfum cowok itu terlalu enak untuk dihirup.

"Gue bisa sendiri." Anya refleks mendorong dada bidang itu menjauh. Jantungnya hampir copot jika berada diposisi seperti tadi.

Reagan kembali duduk dengan tegap lalu menginjak pedal gas mobilnya. Anya melihat keluar jendela dengan wajah merah padam. Dia bukan tipe yang suka menunjukan emosinya pada orang luar, tapi entah kenapa Anya tidak ragu melakukan itu pada Reagan. Sesekali matanya melirik kesamping. Cara pemuda itu mengendarai mobilnya masih sama, terlihat begitu menarik. Oh sial. Anya bahkan tak sadar terus memperhatikannya.

Setengah jam dalam hening, akhirnya mereka sampai parkiran sekolah. Anya melotot melihat banyak orang yang berkumpul dipinggir parkiran.

Betapa apesnya hari ini. Harusnya dia minta diturunkan didepan gerbang saja.

"Mereka ga bakal makan lo." Reagan seolah tau isi pikirannya.

Huh, tentu saja mereka tidak akan memakannya. Tapi akan membullynya, seperti Mona dan atek-ateknya itu. Anya menggerutu dalam hati. Padahal dirinya sudah mencoba maksimal untuk menghindar.

"Hey."

Anya mengerjap kaget saat dahinya disentil pelan. Reagan sudah membuka pintu dan kini ada disampingnya dengan tubuh cukup dekat. Anya terkejut, kapan cowok itu keluar mobil? Bahkan dia tidak menyadarinya.

"L-lo ngapain?"

Dahi Reagan sedikit berkerut, telunjuknya mengetuk pelan dahi Anya. "Mau nginep disini?"

Eh, benar juga.

Anya menggigit bibirnya. Memalukan sekali. Dia keluar saat uluran tangan Reagan seakan menyambutnya.

Gerak gerik mereka tak luput dari mata para kaum hawa yang begitu menyukai Reagan.

"Makasih." ucap Anya menatap Reagan yang berdiri didepannya, cowok itu memiliki tubuh yang tinggi sehingga membuatnya harus mendongkak.

"Reagan sama siapa tuh?"

"Itu bukannya murid baru ya, kok bisa sih berangkat sama Reagan."

"Aaaa beruntung banget."

"Demi apa gue kalah sama adik kelas."

Anya menunduk mendengar bisik-bisik itu, menjadi pusat perhatian adalah hal buruk baginya. Menyadari gadis itu tidak nyaman, Reagan langsung menggenggam tangan Anya dan menariknya jauh dari keramaian.

"ANYA!"

Kedua orang itu itu menoleh saat nama Anya dipanggil. Ternyata Eliza dan Mayang. Cewek itu menelan ludah dengan susah payah, seolah sedang terciduk berbuat dosa. "Gue kesana dulu. Lo ke kelas aja." ucap Anya pada cowok itu.

"Hm." Reagan mengangguk kecil.

Baru saja akan melangkah, Anya berbalik lagi pada Reagan sebelum menghampiri temannya. "Makasih ya," setelah itu Anya berlari kecil meninggalkan Reagan.

Reagan menatap cewek itu dari belakang. Anya tampak diserang oleh berbagai pertanyaan teman-temannya. Reagan tersenyum kecil lalu berbalik menuju rooftop gedung utama.

****

Anya tidak ingin melihat keramaian kantin, jadi saat istirahat dia beralasan masih kenyang dan pergi ke perpustakaan sendirian. Sebenernya Anya tidak terlalu tau letak perpustakaan dimana, tapi dia malas bertanya, yang dia ingat Catherine bilang perpustakaan ada dilantai empat gedung utama. Setelah berkeliling di lantai atas, dia menemukan pintu lebar bertuliskan perpustakaan diatasnya.

REAGAN • POSSESSIVE BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang