XIV

294 43 1
                                    

Ia masih sangat muda. Namun sudah punya kewajiban dan tanggung jawab luar biasa. Tidak, bukan hal hebat kawan kawan. Ini bak sebuah kutukan juga siksaan dunia paling menyakitkan baginya. Hansol bisa saja lari dan mangkir dari tugasnya sebagai raja, namun bagaimana jika Tuhan lagi lagi menghukumnya?

Perang di putuskan berhenti sejenak. Namun sesuai janji, 3 hari yang akan datang perang yang sesungguhnya akan kembali di adakan. Memutuskan siapa yang akan menang, dan memutuskan bagaimana nasib dunia kedepan. Alpha muda yang berusaha keras menutupi rasa khawatir dan ketidaktahuannya itu hanya menatap tajam seluruh wajah di ruang rapat, memastikan tak ada lagi seorangpun yang menambah rasa peningnya.

Hansol pula baru sadar, ia paling muda di antara semua orang penting disini. Semuanya berdiskusi dengan berat, saling melempar argumen dan memberi nasehat. Nasehat ini, Nasehat itu. Tak lupa mempertimbangkan ini dan itu. Jujur Hansol rasanya ingin muntah saja. Kepalanya memang di latih untuk menjadi seorang Raja, namun siapa sangka perang dunia akan terjadi begitu saja.

Ia paham bagaimana kerajaan membutuhkannya. Jadi keputusan apapun yang baik ia setujui dengan sebuah anggukan. Namun bukan hanya kedamaian dunia saja yang ia inginkan, Hansol juga ingin sebuah fakta. Begitu rancu baginya, kenyataan soal apa yang sedang terjadi sebenarnya. Siapa yang seharusnya di salahkan? Apa yang mampu memberi solusi bagi rasa khawatir orang orang? Dan, Bagaimana keadaan orang yang di sayanginya sekarang?

"Apa Siwon sudah di perjalanan?"

"Tuan Siwon dan pasukan sudah tiba di benteng sebelah timur Yang Mulia."

"Tidak, Maksudku apa dia sudah hampir tiba kesini?"

"Ah, Itu. Beliau tidak akan datang—"

"Bukankah ia selalu menghindar begitu? Aku tak bisa terus bicara melalui perantara, Aku butuh—"

"Keadaan di luar sangat berbahaya Yang Mulia. Satu satunya jalan yang bisa di lewati dengan cepat hanya lapangan di depan sana, Jika para musuh tahu Tuan Siwon terutama anda pergi, Kehancuran mungkin terjadi."

Hansol membuang nafas jengah. Ia tak mau adu bicara dengan siapun hari ini. Yang ada di kepalanya hanya Seungkwan dan Kerajaan yang di ambang kehancuran. Karena sebenarnya Hansol tak yakin soal perang ini.

Bagaimana jika sebenarnya Seungcheol bersekutu dengan Siwon Oryn? Atau bagaimana jika Tulgey sebenarnya tak pernah ada dan di buat untuk memancing kemarahannya saja? Banyak sekali "Bagaimana" di kepala Hansol muda. Ia begitu takut namun tak berani memperlihatkan rasa penasarannya. Ia ragu untuk bertanya karena khawatir para prajurit dan pasukannya tak meyakininya sebagai Raja.

Namun hari ini, Tepat sehari sebelum perang terjadi, Hansol mendapat sebuah keyakinan akan satu hal.

Jun sukses, seperti biasa. Jika berhadapan dengan hewan buas saja ia berhasil lolos tanpa luka apalagi dengan manusia. Keahliannya menahan feromonnya kini kembali. Seperti saat kuliah dulu, Jun mengubur dalam dalam wangi pepohonan yang begitu menyejukan indra penciuman. Sehingga tak ada satupun prajurit yang curiga dengan baju kekecilan yang ia kenakan, Hasil membunuh seorang prajurit muda yang entah apa lagi kesalahannya selain membela Siwon Oryn di dunia.

Saat itu tak ada yang berani mengangkat tangan kala kapten pasukan bertanya, "Siapa yang bersedia mengirim pesan kepada Raja Orison sekarang?" Mengingat, berjalan atau berkuda ke arah Barat tak menjamin apapun selain hilangnya nyawa.

Namun Jun melihat sebuah kesempatan. Ia kini semakin dekat dengan Siwon Oryn. Setelah berhari hari menyamar menjadi kaki tangannya, Kini Jun bisa berhadapan langsung dengan Alpha yang luar biasa masih gagah saja. Ingin Jun panah kedua bola matanya, Namun ia rasa terlalu berbahaya jika ia lakukan sekarang karena di ruangan ini penuh dengan para prajurit Cappodacia. Lagi pula, di tangan Jun tak punya senjata.

Alphas - The War Where stories live. Discover now