Dan, hari ini banyak perempuan yang seperti itu, perempuan-perempuan yang tidak menyadari jika setiap detik, menit, dan langkah yang mereka lewati beribu-ribu dosa terus mengalir bak mengalirnya air di sepanjang sungai nil.

Aku melihat perempuan-perempuan seperti itu bukannya terpesona ataupun nafsu. Tapi, lebih kasihan sama orang tuanya. Karena dosa si anak akan di pertanggung jawabkan oleh orang tuanya juga. Maka dari itu, orang tua pun harus introspeksi diri.

Jika anaknya nakal jangan menyalahkan anaknya terlebih dahulu tapi tanyakan diri sendiri apakah sudah benar dalam mendidik anak dan apakah sebagai orang tua sudah memberikan pertanggungjawaban berupa nasehat baik secara lisan maupun tindakan"

"Ternyata jadi orang tua itu gak gampang ya Mas" Ajma menunduk sedih.

"Kamu gak usah takut. Kita tumbuh besar di keluarga yang harmonis. Umi Abi salah satu contoh orang tua yang bertanggungjawab, mendidik anaknya dengan baik, menasehati dengan cara yang benar, dan memberikan asupan agama yang cukup untuk anak-anaknya. Kita sebagai anak yang baik dan menyayangi mereka yang kelak kita pun akan menjadi orang tua, sudah sepatutnya kita bercermin pada akhlak mereka berdua" Ajma mengangguk menyetujui ucapan Kazam.

"Kamu bener Mas. Kita sepatunya bercermin kepada Umi dan Abi. Mereka orang tua yang baik dan tak pernah pilih kasih. Aku selama disini gak pernah merasakan perlakuan yang berbeda dari mereka, aku selalu di perlakukan sama seperti anak-anak kandung yang lain" Kazam menarik Ajma kedalam dekapannya.

"Istri aku perempuan hebat yang rela mengorbankan perasaannya demi berbakti kepada kedua orangtuanya"

"Sekarang, aku yakin kalo pilihan orang tua itu gak pernah salah, kalo kita nurut sama orang tua insyaallah hidup kita akan diberikan keberkahan oleh Allah subhanahu wata'ala. Seperti aku sekarang contohnya.

Kalo aja Mas Kazam dari dulu ada disini mungkin, Ajma jatuh cinta ke Mas Kazam duluan. Tapi, ya sudahlah mungkin emang Allah nakdirin kita buat bersatu dengan cara seperti ini" Ajma menyenderkan kepalanya pada dada bidang suaminya dan mengeratkan pelukannya.

Kazam mengulum bibirnya dan mengarahkan tangannya untuk mengelus pucuk kepala istrinya yang masih tertutup mukena tersebut dengan lembut.

"Aku sayang banget sama kamu Mas. Karena kamu merupakan pilihan Allah yang Allah kirimkan lewat perantara Abi. Aku yakin Allah memberikan kamu sebagai hikmah tersembunyi untuk ujian yang dahulu pernah aku hadapi"

"Hmm... Jadi sok dewasa" Kazam terkekeh mendengar kata-kata bijak istrinya yang tak biasanya dia berkata seperti itu.

"Hhh iya dong suami aku aja dewasa masa aku enggak" Ajma mendongak menatap Kazam sambil tertawa.

"Enggak kok kita seumuran"

"Si paling seumuran" Ajma menjulurkan lidahnya meledek Kazam. Kazam hanya tersenyum sambil menoel hidung mancung istrinya.

****

"Ajma berangkat dulu ya Umi" Ajma mencium punggung tangan Uminya dengan takdzim.

"Yah... Umi cuma berdua doang dong sama Abi " Umi Affah menunjukkan wajah berpura-pura sedih.

"Cuma tiga hari doang kok Umi" Ajma memegang tangan uminya dengan wajah memohon.

"Kamu hati-hati ya sayang" Umi Affah pun mencium kening Ajma dengan lembut.

"Iya Umi. Kan sama jagoannya Umi, tenang aja Ajma di jagain kok" Ajma menunjuk Kazam dengan matanya.

"Jagain Ajma ya Zam. Anak Umi gak boleh sampe lecet-lecet" Kazam memutar bola matanya malas. Sebenarnya disini yang anaknya Umi itu siapa si?

Different Brother✔Where stories live. Discover now