Dia, Adik Ku

7.6K 418 7
                                    

Dengan di temani kopi hitam serta pelengkapnya roti kering, para anak-anak santriwan yang kini sedang bertugas menjaga keamanan malam di gazebo pesantren, nampak semangat dan full energi berkat kedua sajian tersebut. Ikrar pun ada di sana juga bersama ke4 anak santri lainnya.

"Eh, si Naldo mana si kok gak dateng-dateng dia?" Tanya Damar salah satu santri yang menjaga.

Ikrar terdiam dengan ekspresi yang sulit di artikan. Ia jadi teringat kejadian sore tadi waktu Naldo di pukul oleh kakaknya. Ikrar menjadi khawatir takutnya Naldo kenapa-kenapa setelah terkena pukulan itu.

"Eh, Gue jemput Naldo di kamarnya ya. Sekalian biar Gue sama Naldo aja yang keliling" izin Ikrar.

"Oh, iya Gus ati-ati" Ikrar mengangguk dan sebelum pergi Ia pun meneguk habis kopinya terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum" ucapnya seraya berjalan pergi.

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka serentak.

Sesampainya Ikrar di depan kamar asrama Naldo, Ia pun mendorong pintu kamar tersebut yang kebetulan tak di kunci. Ikrar memang sudah sering keluar masuk kamar Naldo makanya Ia tak ragu untuk langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum" Di dalam kamar yang sunyi dan gelap itu, tak terdengar satupun orang yang menjawab salamnya.

Ikrar pun meraba-raba tembok mencari sakelar lampu, ruangan yang semula gelap pun akhirnya terang berkat cahaya lampu tersebut. Ia dapat melihat 3 orang laki-laki yang sedang tertidur pulas di atas kasur mereka masing-masing namun, ada satu kasur yang nampak kosong yaitu kasur milik orang yang kini sedang di carinya.

Ikrar mengedarkan pandangannya menatap ruangan sekitar namun, anehnya Ia samasekali tak menemukan keberadaan Naldo di sudut manapun.

Clek...

Atensinya teralihkan saat mendengar suara pintu terbuka.

"Naldo. Lo darimana? Gue cariin juga" Tanya Ikrar.

"Saya habis emm... Ke koperasi buat bayar utang" balas Naldo nampak kikuk.

"Utang mulu di gedein lo. Yaudah yuk keliling" ajaknya.

"Iya, bentar saya ambil senter dulu"

Setelah Naldo mengambil senternya, keduanya pun keluar dari kamar dan mulai berkeliling menyusuri area-area pondok untuk mengawasi takutnya ada santri yang melanggar jam malam.

"Gus, saya minta maaf ya soal kejadian tadi sore" kata Naldo di sela-sela langkah mereka.

"Iya gak papa. Gue tau lo gak sengaja kan? Gue juga minta maaf karena Mas Kazam asal tonjok aja" Naldo mengangguk tak mempermasalahkan.

"Gus, Gus percaya gak kalo misalnya saya kasih tau satu hal" Ikrar menoleh ke arah Naldo dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Hal apa?"

Naldo mengatupkan bibirnya dan menghela nafas gusar.

"Ning Ajma itu... Adik kandung saya"

****

Ajma menarik salah satu kursi yang kosong seraya mendudukinya untuk ikut sarapan bersama Umi dan Abi nya. Pagi ini Ia hanya sarapan bertiga saja bersama Umi dan Abi nya tanpa ke 2 kakak nya. Ajma pun tak tau mereka kemana mungkin, mereka pagi ini sarapannya di dapur santri, pikir Ajma.

"Abi, kebetulan ini masih pagi dan masih ada waktu sebelum Ajma berangkat sekolah, Juga sebelum Abi pergi menghadiri undangan ceramah. Ajma ingin menandatangani surat perjanjian itu sekarang" Kyai Abduh dan Umi Affah saling memandang dengan wajah tak percaya mereka.

Different Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang