Bab 9

663 27 0
                                    

Bab 9

Happy Reading

***

Keesokan harinya,

Vero keluar dari kamar mandi, ia duduk di kursi sambil menatap penampilannya di cermin. Ia seketika teringat tentang Kafka yang ingin tidur dengannya. Ia menggelengkan kepala, jika mengingat kejadian tadi malam, ia bisa gila. Ia tahu bahwa jika libido pria sudah diubun-ubun, target cuma satu, yaitu pelampiasan sex.

Ia tahu bahwa kenapa kaum pria itu suka membahas obrolan seks, mereka sangat bersemangat jika membahas hubungan intim dengan pasangan. Di selingi dengan tawa yang terbahak, terlihat sangat antusias dalam obrolan panjang dengan antusias dan bahagia.

Ia mengerti bahwa, setiap pria pasti akan tergoda secara visual, apalagi hal seksi pasti akan membuatnya menggila. Pria mulai berimajinasi, apa yang terjadi kemudian. Perhatiannya fokus pada tubuhnya yang sensual. Apa yang akan terjadi jika ia mengiyakan ajakan itu. Mungkin bisa jadi Kafka membanting setir lalu mengajaknya chek in di hotel terdekat atau ke apartemennya. Lebih gilanya lagi melakukan hubungan intim di mobil.

Oke, melakukan hubungan intim di mobil itu sangat bahaya jika dilakukan di luar, dan bisa aman jika mobil berada di dalam hutan dan garasi rumah.

Ia teringat, bagaimana saat sensasi bercinta di dalam mobil. Dulu ia pernah melakukan hubungan intim dengan Jay di dalam mobil, sungguh rasanya sangat luar biasa. Awalnya hanya ngobrol ringan sambil menyetir dan tertawa-tawa. Selanjutnya Jay meraba-raba bagian sensitive tubuhnya, akhirnya mereka melakukan itu di mobil.

Itu merupakan hubungan seks terliarnya, we did his car, like real car. Ia mengalami orgasme beberapa kali di dalam mobil. Ia tahu bahwa Jay itu selalu menjaga tubuhnya agar tetap prima. Itu dulu beberapa tahun yang lalu, saat mereka di Inggris, ketika mereka sedang perjalan camping.

Ia sebenarnya penasaran bagaimana Kafka di ranjang. Apakah dia hebat di ranjang? Apakah ia bisa puas? Jika dilihat dari bentuh tubuh proporsional, dan dadanya yang kokoh, otot-otot lengannya yang terlihat kuat, ia yakin dia sangat piawai di ranjang, menghujami tubuhnya.

Oh God, bisa-bisanya ia memikirkan bagaimana Kafka di ranjang. Ia ingin sekali membenturkan kepalanya ke dinding. Ia tidak ada lebihnya sama seperti Kafka. Vero membuyarkan lamunanya, ia melangkahkan kakinya menuju lemari, ia mengambil sheath dress berwarna navy.

Setelah mengenakan pakaian, ia mengoles makeup pada wajahnya. Rambut panjangnya ia biarkan terurai, ia melirik jam menggantung di dinding menunjukan pukul 08.00 menit. Ia akan bergegas turun ke bawah, untuk sarapan. Di rumahnya memiliki rutinitas yang harus di hadiri yaitu breakfast bersama-sama.

Ia melihat ruang di lantai bawah, ia menatap mama dan papa sudah berada di meja makan dan sedangkan bibi entah hilang ke mana. Vero berikan senyum terbaiknya kepada mama dan papa.

"Pagi, ma, pa," ucap Vero, ia melangkah mendekati meja, lalu ia duduk di kursi tepatnya di samping papa.

"Pagi juga sayang," ucap papa.

Ia melihat toast di atas piring, di sana juga ada potongan buah segar dan jus jambu kesenangannya. Vero mengambil gelas berisi air mineral, dan lalu meneguknya secara perlahan.

"Semalam kamu pulang jam berapa, Ver?" Tanya mama menatap putrinya.

"Jam 12 sih ma, kenapa ma?"

"Sama siapa pulangnya?" Tanya mama.

"Sama temen ma."

Mama menatap putrinya, "Oiya, bagaimana plan kamu, katanya mau buka cookies," tanya mama, menanyakan prihal keinginan putrinya membuat cookies ciptaanya yang akan dipasar ke masyarakat luas.

Di Atas Ranjang DokterWhere stories live. Discover now