Bab 5

709 35 1
                                    


BAB 5

HAPPY READING

***

Vero merasa lega akhirnya ia sudah tiba di Jakarta, ia melihat jam pada layar ponselnya menunjukan pukul 21.20 menit. Ia mendengar notifikasi masuk, lalu menatap pesan masuk dari sahabatnya Ester, ia membaca pesan singkat itu.

Ester : "Lo, di mana?"

Vero menarik nafas, ia tidak membalas pesan singkat itu melainkan langsung menelfonnya, ia meletakan ponsel di telinga kirinya. Suara sambungan terdengar di balik ponselnya.

"Halo, Ver," ucap Ester, ia mencoba menjauhi bar.

"Lo di mana?" Tanya Vero to the point.

Vero mendengarkan dentuman music disc jockey di speaker, ia yakin sahabatnya itu ada di bar.

"Gue di Fable, lo di mana?"

"Gue lagi di jalan. Kalian udah di lounge?" Tanya Vero.

Vero melirik jam digital pada layar ponsel menunjukan pukul setengah sepuluh, ia yakin sahabatnya itu move ke lounge. Ia sudah sangat telat, aksi makan di restoran batal, ini karena pergi ke acara wedding party, udah gitu parahnya bertemu dengan dokter sinting. Bisa-bisanya ia bisa bertemu dengan pria bernama Kafka, si narsis, sok ganteng dan sok cool. Jika mengingat kejadian tadi ia merasa dongkol.

"Iya, ini lagi di jalan, ini udah di Jakarta mau ke Fable, cuma agak macet gitu."

Ester menjauhi bar, ia keluar meninggalkan beberapa temannya, karena ada sesuatu yang akan ia sampaikan kepada sahabatnya ini,

"Ver, lo tau nggak di sini, gue liat siapa?"

Vero mengerutkan dahi, "Siapa?"

"Gue liat, mantan lo."

Alis Vero terangkat, ia menutup mulutnya agar tidak berteriak, "OMG! Siapa? Yang mana? Jay?"

"Iya, Jay, siapa lagi kalau bukan dia."

"Terus, terus!"

"Lo tau? Dia punya gandengan baru tau, ceweknya mungil-mungil, kayak marmut."

"HAH!"

Vero ingin membenturkan kepalanya ke dinding bisa-bisanya ketika ia hendak ke Fable justru ada sang mantan. Jay itu adalah mantannya kekasihnya dulu. Mereka dulu pacaran ketika mereka bertemu di Inggris.

Pria itu kuliah di Inggris dan dirinya di Paris. Pria itu rela bolak balik London – Paris demi dirinya. Ketika lulus kuliah, Jaynerusin perusahaan papa nya yang bergerak dibidang retail. Mereka putus hanya gara-gara si Jay terlalu posesif, posesifnya sampe nggak masuk akal, itu membuatnya jengah.

Menurutnya cowok kalau sudah terlalu posesif itu ngeri. Ke mana-mana mesti diawasi. Ia begitu hanya ingin keluar dari toxic relationship. Sifat posesif Jay itu membuatnya tidak tahan dan muak. Harus intensitas komunikasi, isolasi, cumburu yang ekstrem sehingga membuatnya tidak betah dan tidak berkembang. Akhirnya ia meminta putus dan si Jay mengiyakan. Awalnya sedih putus dari pria itu, karena selama pacaran mereka selalu bersama, setelah itu tiba-tiba ia harus terbiasa dengan kesendiriannya.

Cemburu itu wajar, tapi kalau sudah exstrem seperti Jay itu sudah masuk ke toxic. Hubungannya bisa berubah dari bahagia hingga marah-marah dalam waktu singkat. Terakhir sudah jelas toxic hingga mengganggu psikologisnya. Jay itu sangat posesif, kalau pesan yang dikirim dibalas dengan lambat, suka marah. Sedangkan dirinya juga tidak mau kalah, marah balik, ngambek berhari-hari, hanya gara-gara hal sepele seperti ini.

Di Atas Ranjang DokterWhere stories live. Discover now