Bab 3

711 34 5
                                    


BAB 3

HAPPY READING

***

"Saya seorang dokter," ucap Kafka.

"Really?"

"Yes."

"Oh God, pasti kamu cerdas sekali," ucap Vero, ia memperhatikan Kafka, wajahnya tampan, rambutnya tertata rapi. Ia tidak bisa membayangkan betapa cerdasnya pria itu.

"Dokter spesialis?"

"Iya, saya dokter spesialis bedah jantung."

"Wow, itu luar biasa. Good, semoga ilmu kamu bermanfaat."

Kafka lalu tersenyum, ia kembali melihat Vero, ia menatap ke arah depan. Mereka memandang pengantin di sana sedang berdansa. Mereka fokus ke acara pernikahan. Suasana pesta tampak bergembira, dan server mulai menyediakan makanan di meja. Sejujurnya ia lebih suka, ketika ada acara pesta, makanan utama tersedia di meja seperti ini diibanding mengambil di buffet.

Vero mengambil gelas bertangkai tinggi itu, menyesap wine secara perlahan. Ia bingung ingin berbicara apa lagi dengan pria bernama Kafka. Sejujurnya ia tidak terlalu tertarik dengan pria berprofesi dokter seperti Kafka. Ia tidak tahu alasanya apa, mungkin karena terlalu cerdas, dan hidupnya terlihat sangat flat, monoton, dan kaku.

Setelah memberikan gift ini, mungkin ia akan pulang. Lagi pula, di dalam pesta ini tidak ada satu orangpun yang ia kenal kecuali Kafka. Apalagi ia memasang wajah tebal, karena ia merupakan satu-satunya orang mengenakan dresscode hitam.

"Kafka," ucap Vero.

"Iya, kenapa?" Tanya Kafka.

"Kayaknya saya nggak bisa lama-lama deh di sini."

"Acara belum selesai, Vero."

"Apa saya nggak bisa nitip ke kamu, gift dari mas Andre," ucap Vero.

"Kenapa buru-buru banget? Kamu juga baru datang," Tanya Kafka.

Vero menarik nafas, "Enggak enak aja sih dilihatin banyak orang karena beda sendiri, soalnya saya salah dress code. Semua tamu undangan pakek dress code putih, hanya saya yang hitam sendiri."

"No problem, bukan masalah besar. Semua orang taunya, kamu tamu saya."

"Bukan seperti itu, Kaf."

"Tunggu habis pelemparan bunga saja, sebentar lagi juga acara hiburan," Kafka menenangkan Vero yang buru-buru mau pulang.

Vero kembali memperhatikan ke arah depan, step by step acara pesta sudah di lakukan. Ia menyesap wine nya lagi secara perlahan. Ia melirik Kafka yang masih berada di sampingnya.

"Umur kamu berapa?" Tanya Kafka penasaran.

"Umur saya tahun ini 25. Kamu?"

"30 tahun. Kesibukan kamu sekarang apa?"

Vero tertawa, "Saya menganggur, di rumah aja. Nonton Netflix, kalau capek ya belanja, ke rumah temen, bikin kue, ke club. Nothing special, kalau nggak, ya bantu papa dan mas Andre di office," gumam Vero.

"Udah punya pacar?"

Vero kembali tertawa, "Cowok kalau mau pacarin saya juga bakalan mikir beberapa kali."

"Kenapa?"

"Yah, mana ada cowok suka cewek pengangguran seperti saya. Saya juga kadang males sih pacaran, ada beberapa yang suka, cuma kadang saya males balas whatsapp, atau males angkat telfon, nggak tau deh, males aja. Saya aja nggak tau, mau arah ke mana tujuan hidup saya. Pacaran males banget."

Di Atas Ranjang DokterWhere stories live. Discover now