14. Je N'aime Pas!

553 137 8
                                    

Berbeda dengan Ariga, teman-teman Shahreen yang mengetahui bahwa Shahreen datang bersama Ariga tidaklah terlalu terkejut sebab mereka mengetahui kedekatannya bersama Syari bahkan sampai memiliki julukan. Yang pertama ada double S jika hanya bersama Shakira atau Syari saja dan triple S jika lengkap bertiga. Oleh karena itu, mereka hanya menanyakan ke mana Shakira dan Syari.

Shahreen bersyukur acara segera dimulai sehingga teman-temannya dan Ariga mereka kembali ke tempat semula, kecuali satu orang. Frida.

"Dek, bisa geser tukar tempat nggak?" pinta Frida dengan senyum termanisnya.

Ini orang kok nggak sopan banget? Masa nggak tahu aku datang sama Bang Ariga? dumel Shahreen dalam hati.

Frida jelas tidak bisa duduk di sebelah kanan Ariga sebab itu merupakan jalan alias Ariga duduk di pojok, sedangkan sebelah kirinya adalah Shahreen yang oleh karena itu menjadi incaran Frida. Padahal sudah bagus dia tadi ada tempat dengan teman-temannya yang lain.

Shahreen menoleh ke sekitar, di deretannya duduk semua sudah penuh, kalaupun ada kosong beberapa di deretan sebelah.

"Maaf, dia sama aku," kata Ariga pelan tapi tegas sambil menunjuk Shahreen dan dirinya sendiri.

"Oh! Aduh, maaf, ya, nggak tahu. Aku kira Ariga datang sendirian. Soalnya dari tadi diam saja sih," sahut Frida dengan gaya berlebihan, tapi Shahreen bisa melihat sekilas rasa kecewanya yang ditutupi dengan senyuman yang terlalu lebar.

Shahreen sendiri hanya menanggapi dengan anggukan dan senyuman yang sepertinya membuat Frida semakin dongkol.

"Ya, sudah, aku ke sana dulu, ya?" Frida pergi dengan gesture yang kaku seolah memperlihatkan kekesalannya. Ia kembali ke tempatnya semula dan sepertinya masih ada sisa satu kursi kosong di antara teman-temannya.

"Nyebelin banget!"

"Maaf, ya?"  ucap Ariga seketika sambil menoleh dan menatap Shahreen penuh penyesalan.

Shahreen sendiri balas menatap terkejut pada Ariga, sebab ia tak sadar sudah menyuarakan isi hatinya. Akhirnya ia tersenyum canggung. "Eh, aku juga minta maaf."

Mungkin itu salah satu alasan mengapa tidak usah pergi ke reuni sekolah, dikhawatirkan ada kisah-kisah lama yang bermunculan. Padahal di sisi lain, bisa tetap silaturahim dengan teman lama jika diniatkan baik pasti akan membawa kebaikan juga, misalnya saling membantu jika ada yang membutuhkan atau melebarkan usaha.

"Kenapa minta maaf?" tanya Ariga bingung.

"Karena bilang nyebelin?" Shahreen mengedikkan bahunya.

Ariga tersenyum. "Begitu selesai acara inti kita pulang."

Shahreen mengangguk. Ia setuju saja daripada nanti makin tidak menyenangkan situasinya, apalagi Frida sepertinya mengincar Ariga. Ia melirik lelaki di sebelahnya yang fokus ke arah panggung kemudian ke arah Frida yang tengah bisik-bisik dengan temannya dan tak lama salah satu dari mereka melirik ke belakang atau Ariga tepatnya?

Melihat hal itu perasaan Shahreen makin tidak nyaman. Tanpa sadar ia mencengkeram erat tas selempang yang dibawanya. Untuk pertama kalinya ia berharap perasaan yang dipendamnya tidak ada sama sekali.

Selama ini Shahreen pikir perasannya kepada Ariga hanyalah rasa kagum semata. Namun, ketika Javas pertama kali menyatakan perasaannya, tiba-tiba nama Ariga mencuat di hati dan pikirannya padahal saat itu ia tidak tahu bagaimana kabar lelaki yang kini duduk di sampingnya. Bisa jadi Ariga sudah ada yang punya.

"Kamu kenapa?"

Mendengar suara Ariga, Shahreen menoleh cepat seolah baru terbangun dari mimpi, tetapi ia segera menunduk lagi sebab tatapan Ariga begitu intens yang membuat jantungnya berpacu ekstra keras.

Caragana Where stories live. Discover now