~1~

129 54 90
                                    


-

-

-

Happy reading!

-

-

-

"Mau sampe kapan kita nunggu disini gue juga mau pulang Ziaaaaa, udah capek panas lagi." Keluh Tara yang kini sedang duduk bersama Kezia didepan ruko kosong sebrang sekolah.

Padahal baru saja sepuluh menit mereka menunggu tapi Tara sudah mengeluh ingin cepat-cepat pulang, itu pasti karena Ia sudah terlalu lelah hari ini.

Tidak biasanya Kakak Kezia telat menjemputnya seperti ini. Seharusnya Tara sudah pulang sejak tadi namun Kezia memintanya untuk menemaninya menunggu.

"Ini jadi ga sih abang lo ngejemput." Ucap Tara lagi, namun Kezia hanya terdiam menatap ke arah jalanan yang dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang.

"Ini si Lala kenapa duluan juga sih, biasanya juga dia nunggu ojol disini sama gue." Keluh Tara, sepertinya mood Tara sedang memburuk sekarang.

"Lo ga ada niatan gitu Ra mau buka hati buat Ray?" Dengan tiba-tiba Kezia menyeletuk bukannya menjawab pertanyaan Tara, Kezia malah memberikan Tara pertanyaan yang membuatnya bingung harus menjawab apa.

"Hah, apaan sih lo ga jelas banget tiba-tiba nanya begitu."
Lagi-lagi Kezia mendiamkannya bukannya menyaut.

Tara mengikuti arah pandang Kezia ternyata ia tengah melihat seseorang yang baru saja keluar dari gerbang sekolah, Tara yakin orang itu adalah orang baru saja dibicarakan oleh Kezia, dengan motornya orang itu bersiap-siap ingin menyebrang sepertinya ia ingin menghampiri mereka.

"Kalo misalnya Ray ngajakin lo pulang bareng terima aja." Kezia akhirnya menatap wajah Tara yang kini kebingungan dengan sikap Kezia yang aneh ini.

"Engga." Jawab Tara dengan cepat

"Udah sih Ra nurut aja daripada lo nanti sendirian nunggu lagi disini." Ucap Kezia lagi

"Hai Oktara." Sapa Ray yang tiba-tiba sudah ada didepan mereka

Baru saja Tara ingin menjawab, sapaan Ray membuat Tara akhirnya tidak bisa mengelak ucapan Kezia.

"Hai." Sapanya balik

"Pulang bareng yuk." Ajak Ray membuka helmnya namun masih tetep duduk diatas motor.

Sudah berkali-kali Tara mendengar ajakan itu dari mulut lelaki di depannya ini namun berkali-kali juga Tara menolaknya.

"Udah Ra sana pulang bareng Ray aja." Bisik Kezia seraya menyenggol lengan Tara.

Tara menatap Kezia lalu menggeleng pelan

"Dia mau kok Ray katanya." Akhirnya Kezia lah yang menjawab ajakan Ray pasalnya Kezia merasa kasihan keliatannya Tara sudah lelah.

Sebenarnya Tara tidak enak sudah menolaknya berkali-kali padahal Ray hanya ingin pulang bersamanya.

Setelah Kezia mengatakan itu sebuah motor berhenti didepan mereka. Siapa lagi kalau bukan Bang Haikal, Kakaknya Kezia.

Kezia mulai berdiri beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Kakaknya "Dah sana Ray nya nungguin tuh." ucapnya

"Lo lama banget sih Kal." Kesal Kezia sambil sedikit mendorong bahu Kakanya sambil menaiki motor kakanya itu.

"Yaudah sih udah bagus gua jemput lo, eh itu siapa? pacarnya Tara?" Tanya Haikal sedikit penasaran.

"Kepo amat lo." Jawab Kezia singkat

Haikal hanya berdecak seraya memperhatikan Tara dan Ray yang saling diam-diaman itu.

"Yaudah deh." Tara mengucap dengan ragu

Ray tersenyum lalu menoleh kebelakang melihat Kezia lalu mengatakan 'Makasih' tanpa suara, Kezia hanya mengangguk,
lalu motornya melenggang pergi meninggalkan Tara dan Kezia berdua.

Akhirnya sore itu Ray mengantarkan Tara, Ray terlihat sangat senang karena keinginannya terkabul kali ini.

*
*
*

Disepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan sama sekali, terasa canggung hingga akhirnya motor Ray berhenti didepan gerbang rumah Tara.

"Makasih ya" ucap Tara sambil turun dari motor tanpa menoleh sedikit pun kearah Ray.

Ray hanya diam namun setelahnya Ray memberanikan diri untuk membuka mulutnya.

"Ra, nanti weekend ada waktu luang ga?" Tanya Ray yang membuat Tara tidak jadi membuka gerbang rumahnya.

Ia berharap Tara akan menerima ajakannya untuk kencan bersama supaya proses pdktnya lancar, kalau terus-terusan Ray diam saja tanpa ada pergerakan nanti keburu Tara diambil orang lagi.

Sudah lama sekali Ray mengagumi Tara, namun susah sekali untuk mendekatinya, karena sekarang mungkin sudah waktunya, Ray berharap Tara akan bisa menjadi miliknya kali ini.

"Weekand ya? em kayaknya ada sih, kenapa?" ucap Tara sambil membalikkan tubuhnya menghadap Ray.

Dalam hati Ray sudah bersorak gembira, akhirnya ia bisa mengajak Tara kencan bersamanya.

"Itu aku mau ngajak kamu keluar, kemana kek gitu."

"Oh oke, nanti kabarin aja." Jawab Tara
lalu memasuki rumahnya.

Ray terdiam, bagaimana bisa Tara menerima ajakannya itu dengan mudah, sedangkan sudah berkali-kali ia mengajak Tara pulang sekolah bareng namun selalu ditolak. Kalau tau begitu Ray langsung saja mengajak Tara jalan.

*
*
*

"Eh, Ibu ngapain didepan pintu? bikin kaget aja"

Ketika baru saja membuka pintu Tara sudah dikageti oleh Ibunya yang berdiri didepan pintu.

"Baru Ibu mau keluar, siapa tadi yang sama kamu." Tanya Dina, Ibu Tara.

"Ray." Jawab Tara singkat, Ia sudah lelah sekali rasanya enggan untuk ditanya-tanya lagi, Tara hanya ingin membersihkan tubuhnya lalu istirahat, Ia berjalan dengan malas namun Dina mengikutinya, padahal tadi katanya mau keluar kenapa sekarang malah mengikuti Tara.

"Ray? oh yang sering mesen kue di Ibu itu ya? anaknya Bu Siva kan." Tanya Dina yang terus mengikuti Tara sampai ke dapur.

Tara duduk sambil mengambil air putih lalu meminumnya tanpa menghiraukan Ibunya itu.
"Iyaaaa Ibu."

Dina pun ikut duduk disebelah Tara
"Pacaran?"

"Engga, udah Bu Tara ga mau bahas dia."

"Ya kalau beneran pacaran sama dia Ibu setuju, anaknya baik kok." Setelah mengucapkan itu Dina beranjak dari duduknya sambil menepuk pundak Tara.

Tara mendesis, tidak ada satupun yang mengerti perasaan Tara, ia tidak menyukai Ray, patut digaris bawahi bahwa Tara tidak menyukai Ray.

-

-

-

To be continued.....

-

-

-

Tentang Kita?Where stories live. Discover now