EMPAT

57 4 0
                                    

Langit sore sudah semakin gelap, mentari yang sebelumnya dengan semangat memancarkan eksistensinya kepada bumi, perlahan mulai meredup dan siap digantikan oleh cahaya tenang sang rembulan yang akan ditemani oleh taburan bintang disekelilingnya.

Shena masih menunggu Raka di luar gedung artclub, lebih tepatnya di sebuah kursi yang tidak jauh letaknya dari parkiran. Sudah hampir dua puluh menit, namun gadis itu masih saja menunggu Raka yang belum juga memperlihatkan batang hidungnya.

Beberapa kali Shena sudah melihat kearah jam di ponselnya. Selain bosan menunggu, sejujurnya sedang mengkhawatirkan Raka. Lelaki itu terlihat tidak dalam kondisi hati yang baik-baik saja dan mendadak dipanggil oleh lelaki yang Shena yakini adalah kakak Raka.

Tepat dua puluh lima menit menunggu, akhirnya Shena melihat Raka keluar dari gedung. Raut wajah pria itu masih sama seperti ketika di dalam aula tadi, bahkan yang kali ini lebih parah.

Raka tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Shena. Sadar dirinya dicari, Shena melambaikan tangannya, "Raka, gue disini!"

Setelah melihat gadis yang beberapa waktu lalu ia cari keberadaannya, Raka segera bergegas mendekati Shena.

"Sorry Na, gue lama ya?" tanya Raka.

"Its okay, nggak papa kok" sahut Shena dengan senyum manisnya.

Raka menghela nafasnya, "Ternyata beneran lo nunggu lama, padahal ini pertama kalinya lo mau gue anterin pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raka menghela nafasnya, "Ternyata beneran lo nunggu lama, padahal ini pertama kalinya lo mau gue anterin pulang. Tapi malah gue bikin lo nunggu lama" ucap Raka menyumpulkan inti dari jawaban Shena.

Sejujurnya Shena ingin sekali bersimpati dengan Raka. Shena tidak tau pasti apa yang dibicarakan dan dilakukan Raka di dalam sana tadi, tapi Shena bisa menyimpulkan bahwa Raka tidak baik-baik saja.

Namun saat melihat ekspresi Raka yang seperti ini, membuat Shena gemas sendiri. Bagaimana mungkin lelaki yang dia tebak seumuran dengannya ini menjadi sangat menggemaskan seperti ini?

"Astaga, Raka. Gue nggak papa nungguin lo, nggak terlalu lama juga kok"

"Maafin gue ya, Na" ucap Raka.

Shena menggelengkan kepalanya sembari tersenyum menatap Raka yang kebetulan juga sedang menatap kearah wajahnya juga, "Nggak ada yang perlu dimaafin ataupun minta maaf Raka, gue emang mau nungguin lo. Kalau gue udah nggak sabar, tinggal pesan ojek atau taxi online gampang. Tapi emang kali ini gue pengen nungguin lo" jelas Shena dengan senyum khasnya.

Raka tersenyum tipis mendengar penjelasan Shena, entah kenapa ucapan gadis itu membuat kondisi hatinya membaik. Apakah ini yang dinamakan efek jatuh cinta?

"Oh my God, She so sweet!" batin Raka. Raka sejujurnya ingin memeluk erat gadis yang ada di hadapannya, namun ia tahan karena enggan membuat Shena tidak nyaman.

"Udah kan? Ayo balik, tapi gue kayaknya pengen mampir dulu ke apotek. Kalau lo habis nganterin gue ke apotek buru-buru balik duluan aja gak papa, kayaknya gue bakalan agak lama nanti disana" ucap Shena sembari menggenggam tangan Raka dan berjalan menuju parkiran.

Trust IssueWhere stories live. Discover now