Bagaimana bisa Ren menargetkan Kaycia? Jawabannya, karena waktu itu Ren tak sengaja melihat Kaycia di kantin saat mereka sedang membully seorang laki-laki kutu buku. Karena melihat Kaycia, Ren terbesit hukuman yang cocok untuk diberikan pada Asten.

Ren tahu jika Asten adalah pria yang sangat menjauhi wanita terutama seorang kutu buku. Asten bahkan tak segan-segan membully mereka karena tak senang melihatnya. Entahlah, Ren juga tidak mengerti kenapa Asten memperlakukan mereka seperti itu.

Awalnya, Asten menolak hukuman Ren mentah-mentah. Menurutnya, Ren memberikan hukuman yang tidak masuk akal dan gila.

Namun, karena dirinya tak ingin dicap seorang pengecut, ia pun akhirnya menerimanya. Harus digarisbawahi, jika Asten terlalu gengsi.

Kembali lagi pada tiga makhluk berandal yang sedang menertawakan nasib temannya. Wajah Asten begitu terlihat tertekan.

"Sekali lagi ngetawain gue, gue tendang sekarang!" ancam Asten mendengus kesal.

"Iya-iya bro, sorry." ucap Tio.

"Oh ya, jangan lupa nanti malam kita harus lawan Phoenix." sela Ren.

"Gue tau. Nanti malam pokoknya kita harus hati-hati." ucap Asten diangguki oleh Ren dan Tio.

Mereka menghentikan obrolan mereka saat Kaycia datang dengan beberapa nampan ditangannya. Setelahnya, Kaycia memberikan pesanan mereka.

Baru saja Kaycia ingin berbalik, tiba-tiba saja teriakan bariton terdengar memekakkan telinganya. Bisa ia lihat, seorang wanita tak sengaja menumpahkan jus ditangannya di seragam Asten.

"SH*T!! LO!!" tunjuknya. Asten sangat tidak suka jika pakaian atau barangnya dirusak begitu saja oleh seseorang.

"Ma-maaf k-kak ... A-aku gak sengaja, maaf." seorang siswi tersebut terbata-bata.

Bahkan kini tubuhnya bergetar. Ia takut Asten akan memperlakukannya seperti yang rumor katakan mengenainya. Tentang bagaimana Asten tak kenal bulu jika seseorang sudah mengusiknya.

Seperti dugaannya, Asten dengan wajah merah padam mengambil saus dimeja dan dilemparkannya ke arah wanita tersebut.

Tak cukup sampai disitu. Asten dengan teganya, melemparkan sambal ke wajah wanita tersebut hingga membuatnya kesakitan.

Semua orang yang menyaksikan, menutup kedua mata mereka. Terutama Kaycia yang mematung. Asten itu benar-benar sangat kejam dan sadis.

"Lo tau 'kan kalau udah nyenggol gue, bit*h?" ucap Asten menarik rambut wanita tersebut.

"Cepet minta maaf!"

Wanita tersebut mulai menangis. Jujur saja, dirinya sangat ketakutan.

"A-aku minta maaf kak ..." lirih wanita tersebut dengan isaknya.

"Lakuin yang bener!" Asten menyentak rambut wanita tersebut.

"Aku minta ma-maaf kak, aku salah." Wanita itu mengulangi kata-katanya dengan lantang.

"Bukan gitu caranya. Gini—" Asten mendorong kepala siswi tersebut untuk bersujud di kakinya.

Melihat kejadian itu, tentu membuat Kaycia naik pitam. Asten keterlaluan dan sudah menginjak-injak martabat seorang wanita. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Minta maaf!" gertak Asten seraya menekan kepalanya.

"Aku—" belum sempat siswi tersebut kembali berucap, Kaycia menyela.

"CUKUP!" teriak Kaycia, lalu melangkah lebih dekat pada Asten. Entah, seketika saja rasa takutnya menghilang begitu saja.

"Kenapa kak Asten berlebihan cuma karna tumpahan jus? Dia juga udah minta maaf, kenapa kak Asten harus merendahkan dia?! Apalagi dia cewek!"

"Jangan ikut campur!!" sentak Asten menatap tajam Kaycia.

Tio dan Ren berusaha menarik Kaycia menjauh, namun, Kaycia tidak tinggal diam. Dengan menggunakan seluruh tenaganya ia melepaskan cengkraman Tio dan Ren.

"Gue bakal ikut campur kalau menyangkut martabat cewek!"

"Pfftt! Hahaha ..." Asten tertawa keras dan setelahnya menyeringai menatap Kaycia.

"Martabat cewek ya ..." angguk Asten seolah meledek pernyataan Kaycia.

"Gue bakal kasih tau apa itu martabat cewek yang gue tau!" ujarnya, lalu menekan lebih dalam lagi kepala siswi tersebut hingga beberapa centi lagi wajahnya menyentuh kaki Asten.

Dengan langkah yang menggebu, Kaycia menarik Asten. Hingga satu tamparan keras mendarat di pipi Asten. Rasa panas akibat tamparan Kaycia menjalar di pipinya.

Kedua tangan Asten mengepal kuat. Ia tidak menyangka si cupu akan seberani itu. Apalagi menamparnya di tempat umum. Si cupu sudah mempermalukannya.

Tanpa menunggu lama, Asten menarik Kaycia menjauhi kerumunan orang-orang. Langkah Asten terlalu menggebu, sampai membuat Kaycia jalan terseok-seok mengikuti langkah Asten.

Ia tau, jika dirinya sudah berani menampar seorang raja hutan. Tapi hal tersebut tidak ia sesali. Karena bagaimanapun itu, Asten pantas mendapatkannya.

Orangtuanya pernah mengajarkan padanya dan kedua kakaknya untuk tidak menurunkan martabat seorang wanita dalam kondisi apapun.

Asten membawa Kaycia ke rooftop sekolah. Ia mendorongnya sampai Kaycia terhuyung kebelakang.

"Lo tau kesalahan lo apa cupu?!"

"Gue gak salah."

Asten tersenyum miring, "Fine, lo kayaknya harus gue hukum lagi." seringainya.

"Gue gak punya salah, kenapa harus dihukum?!"

"Lo udah mempermalukan gue bit*h!" Asten menoyor kepala Kaycia.

"Karna lo udah mempermalukan gue di tempat umum, lo harus rasain konsekuensinya. Malam ini lo ikut gue!" lanjut Asten.

"Gue gak mau!" Kaycia ingin melangkah pergi, namun, ditarik oleh Asten.

"Gue gak terima persetujuan dari lo!" lantangnya membawa Kaycia pergi dari sana.

Siang itu, sepanjang pelajaran Kaycia dikurung di dalam basecamp Asten. Tentu saja Kaycia meronta untuk dibukakan. Tapi apa boleh buat, ruangan itu kedap suara. Ia hanya pasrah terkurung sampai jam pelajaran usai.
.
.
.
.
.

To Be Continue🦋

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now