bab enam

219 41 19
                                    


"Is he your boyfriend?"

Perkenalkan Tatiana Shandiwinata, keponakan kesayanganku, akan berulang tahun yang kelima dua minggu lagi, pandai bahasa Inggris untuk anak seumurannya, dan seharusnya tidak menanyakan hal semacam itu ketika baru pertama kali bertemu dengan Sean.

"Bukan," jawabku cepat. "Dia temannya Auntie. This is Uncle Sean."

"Hey there," sapa Sean ramah sambil menyejajarkan tingginya dengan Tita dengan berjongkok, "Nice to meet you. Siapa namanya?"

"Tita," jawab anak itu sambil menjabat tangan Sean, lalu seakan-akan tidak puas dengan jawaban yang dia terima dariku, Tita bertanya lagi. "Uncle pacarnya Auntie aku?"

Sean tertawa hambar. "Well..."

"Bukan!" potongku sebelum memukul pundaknya.

"Kenapa bukan?" Tita bertanya lagi dengan nada penasaran.

"Kenapa ya?" Sean malah ikut-ikutan bingung, lalu mereka berdua menatap ke arahku, seakan-akan meminta jawaban.

"Boys and girls can be friends, cantik," kataku pada Tita, "Kaya kamu kan? Di TK banyak teman laki-laki? Nah Auntie sama Uncle Sean juga begitu."

Tita menggeleng. "Nggak kok. Semua yang ganteng di TK pacar Tita. Uncle Sean kan ganteng, Auntie Shara cantik. Kenapa Uncle bukan pacar Auntie?"

Sean tersedak sebelum terbahak-bahak. Aku menatap keponakanku tidak percaya, sementara laki-laki di sebelahku tertawa sampai sesak. Sekalian sesak napas sekalian, aku harap.

"I like her!" tukas Sean sambil mengacak-ngacak rambut Tita.

Anak itu tersenyum lebar, "I like you too, Uncle! But I like Auntie more."

Sean tersenyum simpul sebelum bangkit berdiri. "I like your aunt too."

Aku melotot padanya yang melenggang pergi dengan seenaknya setelah mengatakan hal itu. Tita mengikutinya, dan dengan senang hati masuk ke dalam mobilku setelah Sean membukakan pintu untuknya. Sial, mereka cepat akrab!

"Yuk, stalker. Let's get going."

Dengan sinis aku mendengus dan bergegas masuk ke dalam mobil. Entah kenapa aku merasa ini akan menjadi malam yang panjang.

***

"Jadi, kamu mau acara ulang tahun sebentar lagi?"

"Hu-uh."

"Dimana?"

"Di rumah Ah-ma*!"

"Ohhh..."

Semenjak quality time-ku dengan Tita terganggu oleh keberadaan curut ini, Tita malah lebih banyak mengobrol dengan Sean. Sementara aku, masih bingung dengan bagaimana ini bisa terjadi, hanya bisa memotong banana split dengan emosi.

"Nanti temanya apa?" tanya Sean lagi.

"Sofia The First!" jawab Tita excited, "Auntie and Mommy yang bantu pilih."

Aku tersenyum manis padanya. "Terus nanti kita cari baju yang mirip-mirip ya? What color?"

"Purple!"

Aku bisa merasa Sean sedang menatapku dari ujung mata, tapi aku mengabaikannya. "Invitation-nya udah ada? Kemarin katanya lagi dicetak Mommy."

Tita menggeleng. "Belum ada. Kalau ada nanti aku kasih ke Auntie," lalu dia menoleh ke arah Sean, "Ke Uncle juga!"

Table For TwoWhere stories live. Discover now