Miho : "...... itu..... apakah yang anda bicarakan adalah ten'nyo ?"

Ingatan akan makhluk bersayap putih yang tersenyum manis seperti sedang menonton pertunjukan yang menarik tiba-tiba muncul di benaknya.

Itu adalah senyuman yang indah dengan bagaimana dia memiliki wajah cantik yang begitu langka .... namun-

Lyra : "...... Bukan..... Tapi makhluk sama, yang juga tinggal di langit dan dielu-elukan oleh banyak sekali ras."

Makhluk itu, makhluk yang tersenyum disaat rubah berekor sembilan sedang diserang beramai-ramai, mau seberapa agung dan sucinya aura makhluk itu, Lyra Syldan akan tetap membencinya.

Alma : "Menjadi pelopor dalam reformasi ini..... Aku tidak menyesalinya. Aku percaya, setiap makhluk berhak untuk hidup dan bebas dari diskriminasi. Jadi, jangan berduka untukku, Lyra. Perubahan yang besar ini, memerlukan harga yang setara."

Dalam bola kaca, wajah cantik yang penuh bekas luka dan darah, tersenyum kearahnya.

Dan ingatan itu pun berakhir dengan hanya jantungku yang terasa sakit seperti tertusuk setelahnya.

Begitu perih .... begitu pedih.

Perasaan itu .... sangat menyakitkan ....

Semakin jauh aku melangkah menuju ingatan Lyra Syldan yang terdalam, semakin banyak pula rasa sakit yang harus ku rasakan.

Saat ku pikir kenangannya adalah jendela pengetahuan yang menarik dari dunia fantasi yang menakjubkan, alhasil, yang ku dapatkan justru darah bau dan bilah tajam di antara daging penuh luka.

Miho : "...... kedengarannya...... buruk...."

Lyra : "Ya..... jangan mudah percaya pada cerita dan legenda, karena sebenarnya, sejarah ditulis oleh mereka yang menjadi pemenang, bukan mereka yang berada di sisi yang benar."

Setelah percakapan menyenangkan dan flashback berakhir, akhirnya kami pun tiba di desa Inahi.

Dan seperti yang Miho-chan katakan, pada dasarnya desa Inahi adalah desa terpencil yang tidak memiliki keistimewaan apapun.

Semua standar.

Ada peternakan meski kecil, ada kebun sayur meski tidak luas atau bervariasi, dan beberapa toko .... Serta ....

Lyra : "Bengkel pandai besi ?"

Miho : "Ya, Lyra-sama. Meski desa kami terpencil, pandai besi adalah hal yang penting, tentu saja kami harus memilikinya."

Itu cukup mengejutkan.

Nobunaga pernah mengatakan bahwa pandai besi diawasi dengan ketat, karena senjata adalah hal yang tidak boleh sembarang orang miliki.

Tapi ....

Melihat tempat yang agak bobrok, sepertinya tidak akan ada katana atau senjata yang bagus bisa muncul dari tempat itu.

Meski salah, menilai sesuatu hanya dari tampak luarnya saja, tapi apa boleh buat kan ?

Visual itu penting.

Kebanyakan orang akan menilai sesuatu dari apa yang pertama kali mereka lihat, itu sudah seperti insting.

Miho : "Lyra-sama ! Lihat ! Kepala desa dan istrinya datang untuk menyambut anda !"

Trapped in the otome game world as a yokai (Slow Update)Where stories live. Discover now