R! - Bagian 2

121 9 0
                                    

Di setiap umat manusia, pasti diciptakan kekuarangan di dalam dirinya. Hanya bagaimana cara dia memaknai kekurangannya itu.

Makhluk Tuhan itu menghembuskan nafas panjangnya. Memar di tangannya tertutup sempurna. Luka yang semakin mendiami tubuhnya memang tak sesakit luka hatinya.

"Kamu sadar kan kenapa aku ngelakuin ini semua ke kamu?"

Kieara menganggukan kepalanya pelan.

"Bagus. Emang seharusnya kamu tau apa kesalahan kamu, Kieara. Lima tahun hubungan kita, selalu kamu yang buat masalah."

"Aku cari kerja buat hidup kita nanti, Kieara. Bukan buat main-main. Aku bahkan nggak punya waktu untuk sekedar duduk sambil ngopi. Itu semua aku lakuin buat kamu."

Kieara menghembuskan nafas perlahan. Berulang kali Denis selalu mengucapkan hal yang sama setiap kali tangan lelaki itu mulai dengan entengnya memukul atau menyakiti dirinya.

"Aku nggak bisa lama-lama disini. Apa yang mau kamu omongin?" Tanya Denis tajam.

Kieara menggelengkan kepalanya.

"Bagus kalau nggak ada. Aku balik ke kantor." Denis mencium kening Kieara sekilas sebelum akhirnya pergi.

Bagaimana aku bisa lepas dari jeratan pria itu.

Tiga tahun terakhir, Kieara membiarkan Denis menyakiti dirinya secara fisik. Namun, satu yang membuat wanita itu bertahan sampai sekarang.

Kepercayaan.

Denis tidak pernah merusak kepercayaan yang diberikan Kieara kepadanya. Dan itu satu-satunya hal yang membuat Kieara bertahan.

PING!!!

Diandra Pulungan: Masi butuh kerja ga cyiinn?:*

Kieara D. A.: Emgny lo pny?

Diandra Pulungan: Ada nih. Tapi...

Diandra Pulungan: Tapi jangan marah ya...

Diandra Pulungan: Temen gue lagi nyari asisten rumah tangga...

Kieara tersentak. Kegigihan sahabatnya dalam hal mencarikan pekerjaan memang patut diacungi jempol.

Tapi ya... Tetep aja belom ada satupun kerjaan yang nyangkut di hati Kieara.

PING!!!

Diandra Pulungan: Raaaa? Lo marah ya sm gue???:(:(

Kieara D. A.: Oke gue ambil. Kapan interview?

Diandra Pulungan: Gaada cyyiiinn. Gue yang ditugasin nyari dan gue percaya sama lo.

Diandra Pulungan: Besok jam 10 gue tunggu di kantor gue ya. Kita ketemu Bos lo. Oke cyyyinn?:*

Kieara D. A.: Okey. See ya'

Kieara menghembuskan nafas lega. Akhirnya sistem keuangan dalam hidupnya akan berputar.

-----------------------------------------------------------------

"Permisi... Ruangan Diandra Pulungan dimana ya? Saya sudah buat janji dengan beliau."

Resepsionis itu menatap Keiara dibalik kacamatanya.

"Di lantai 15. Mbak bisa naik lift yang disitu, terus langsung belok kanan. Meja Diandra nggak jauh dari situ."

Kieara mengucapkan terimakasihnya lalu meninggalkan meja resepsionis dengan langkah santai.

"Selamat pagi Pak Rei."

Suara resepsionis itu kembali terdengar. Kieara menangkap sosok tampan tak yang tersenyum ramah ke mba resepsionis tadi.

Dan sosok itu berjalan mendekati Kieara.

TING

Pintu lift terbuka. Kieara melajukan kakinya menuju lift dan memencet tombol 15 dengan cepat.

Tanpa sadar, ternyata pria tadi sudah berada di sebelahnya dan menunggunya menutup pintu lift.

TING

Kieara segera melangkahkan kakinya cepat menuju meja Diandra. Dilihatnya sahabatnya itu sedang menandatangani sesuatu di atas mejanya.

"Selamat pagi Pak Rei." Sapa Diandra manis.

Pria -yang ternyata bernama Rei- tadi tersenyum lalu masuk ke dalam ruangannya.

"Apa kabar looo? Kangen banget gueee." Diandra memeluk Kieara erat sebelum memutar mutar tubuh sahabatnya itu.

"Lo kurusan ya? Nggak dikasih makan sama Denis?" Tanya Diandra sinis.

Kieara tersenyum. Diandra lah satu satunya orang yang tau tentang betapa tidak sehatnya hubungannya dengan Denis.

"Mana nih calon bos gue?" Kieara melongok longokan kepalanya.

Diandra memukul kepala Kieara dengan pulpen, "Tadi yang jalan bareng sama lo itu calon bos lo. Masa nggak sadar sih?"

"Gila apa calon bos gue macem model celana dalem begitu? Minder gue ah nanti."

Diandre berdecak kesal, "Yaampun, kan lo mau cari kerja, bukan suami."

Kieara memajukan mulutnya, "Iya juga sih..."

Diandra menggiring Kieara menuju pintu kayu berukirkan tulisan 'Reindra Mahaga'

"Ini dia pesenan lo, Rei." Diandra menyodorkan Kieara yang terlihat bingung.

Rei menatap Kieara dari ujung kepala sampai ujung kakinya lalu mengangguk anggukan kepalanya.

"Silahkan duduk."

Kieara menarik salah satu kursi lalu duduk di atasnya.

"Gue keluar ya? Masih ada berkas yang harus gue tanda tanganin," kata wanita itu lalu melengos keluar.

"Jadi kamu yang disarankan Diandra buat kerja di rumah saya?"

"Iya, Pak."

"Panggil nama saja, tidak perlu formal begitu."

Kieara meringis. Nggak mau formal tapi ngomongnya aja formal banget.

"Kamu ada pengalaman kerja sebelumnya?"

"Belum ada. Tapi saya dulu pernah membantu bude saya menjaga rumah dan anak anaknya."

"Saya percaya dengan pilihan Diandra. Jadi mulai besok kamu bisa datang ke rumah saya pukul 6.30 pagi. Ini ada beberapa berkas yang harus kamu lihat,"

Rei memberikan kertas berisikan tugas tugas Kieara di rumahnya nanti.

"Kamu boleh tulis nomor rekening kamu disini. Saya akan bayar kamu langsung pagi ini juga."

Kieara menuliskan nomor rekeningnya lalu memberinya kepada Rei.

"Kalau kamu sudah mengerti, kamu boleh keluar."

Kieara mendesah panjang. Semoga saja ini jalan yang paling benar yang diambilnya.

-----------------------------------------------------------------

R!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang