The Shadow

29 3 0
                                    

Dengan lengan kiri yang masuk kedalam kantung celana, dan tangan kanannya memegang ponsel yang menempel di kuping kanannya, Suga berbicara dengan sangat serius kepada orang yang sedang berbincang dengannya di balik ponsel tersebut.

Suga menatap hampa langit yang mulai menguning dari jendela kamarnya. Ia membuang nafas gusar.

Baru beberapa hari lalu Suga merasa sangat nyaman saat bersama Mira, hingga tak ingin pergi jauh-jauh darinya. Namun, kali ini pekerjaannya benar-benar tidak bisa di tunda lagi. Ia harus pergi keluar Negeri untuk menjalankan satu misi. Dan tentu saja Suga tidak bisa membawa Mira bersamanya. Jika Suga tetap memaksa untuk membawa Mira bersamanya akan sangat membahayakannya. Tapi jika ia meninggalkannya disini sendirianpun sama bahayanya. Bisa saja Jimin tiba-tiba datang dan kembali menculik Mira dan untuk kali ini mungkin Jimin akan melancarkan misinya.

Hingga akhirnya Suga memutuskan meninggalkan Mira untuk beberapa Hari kedepan. Tentunya Suga sudah menyiapkan beberapa bodyguard untuk Mira.

Suga berjalan menuju ruangan kerjanya. Disana sangat tertutup, bisa di bilang ruangan itu adalah markas baginya. Semua foto-foto dan susunan rencana ada di dalam ruangan itu. Suga kembali menatap dengan teliti satu persatu foto dari targetnya beberapa orang sudah ia selesaikan, dan beberapa lagi akan menjadi targetnya.

Sebenarnya semenjak ia dengan Mira menjalin hubungan, Suga sering merasa menghianati Mira ketika ia mengingat pekerjaanya, apalagi saat ingatan Suga tentang ayah angkat Mira yang pernah menjadi targetnya itu terputar di kepalanya membuatnya semakin bersalah.

Kakinya berjalan meninggalkan ruangan. Ia menarik knop pintu dan menguncinya.

Suga menatap dirinya di depan cermin. Melihat luka yang samar-samar masih terlihat bergaris dari kening melewati mata, hingga ke setengah pipinya. Ingatan itu kembali terputar, ketika luka itu tercipta. Ia perlahan mengangkat tangannya, meraba luka itu. Dengan wajah datarnya, matanya yang tajam, perlahan terpejam, dan membuang nafas dengan kasar.

Suga kembali membuka matanya dan beranjak dari tempat. Ia berjalan hendak keluar kamar. Ketika Suga membuka pintu, tepat sekali di hadapannya berdiri sosok gadis dengan tangan yang siap mengetuk pintu.

"Huh? Untung saja aku tak mengetuk tepat di wajahmu," ujar Mira sambil menurunkan tangannya. "Ayo makan aku sudah membuat makan malam untukmu."

Suga menatap kedua bola mata Mira dan tersenyum tipis. Lelaki itu melangkah mendekat ke arah gadisnya, sebelah tangannya melayang menangkup pinggang ramping milik Mira dan tanpa kata, menarik nya berjalan bersama menuju ruang makan. Mira sedikit terkejut, namun ia seketika mengimbangi langkah Suga.

Suga melepaskan kaitan tangannya dari pinggang Mira. Ia segera menarik bangkunya lalu duduk.
Disusul Mira yang duduk di sampingnya.

Suga menatap beberapa makanan yang tersaji di atas meja.

"Apa kau meamsaknya sendiri?" Suga bertanya dengan menatap Mira yang duduk di sampingnya.

"Iya." Mira bergerak mengambil beberapa masakan dan menyimpannya di atas piring Suga. "Cobalah."

Suga kembali tersenyum. Suga benar-benar berubah ia jadi lebih sering tersenyum kepada Mira, membuatnya terus jatu cinta.

Suga mengambil sendok dan menyendok nasi dan beberapa lauk yang ada di dalam piringnya. Beberapa saat kemudian ia menyuap makanan itu, dengan perlahan ia mengunyah dengan hening, ia seperti tengah mengecap-ngecap rasa yang terasa dari masakan tersebut.

"Bagaimana?" Tanya Mira dengan tidak sabar menunggu respon Suga yang masih mengunyah dengan diam tanpa suara. Hingga akhirnya pupil mata Suga membesar dan mulutnya yang membentuk senyuman menuntun Mira tersenyum juga akibatnya. Suga mengangguk.

AmygdalaWhere stories live. Discover now