12. Pertunjukkan Memotong Tubuh Seseorang menjadi Setengah

Mulai dari awal
                                    

"Bukankah akan lebih memalukan kalau aku kabur?"

Darius menahan tawa. "Kau—astaga, jangan sok keren. Kalau saja Selena tidak buru-buru datang—"

"Darius." Selena memotong. "Bukankah kau pusing? Jangan membuang-buang tenagamu untuk memarahi Luca. Istirahat saja, ya? Sekaligus, aku mau bicara sesuatu denganmu."

Alis Darius terangkat sebelah. "Tumben? Bicara apa?"

"Sesuatu yang penting."

Bella dan Luca dengan pengertian keluar dari tenda setelah Selena melayangkan tatapan tolong keluar sebentar, ya? Aku dan Darius mau bicara berdua dulu dan ini rahasia.

Busana Selena kini berubah menjadi gaun sabrina berwarna merah muda yang dibanjiri mutiara warna serupa. Bagian atasnya mengekspos leher dan bahunya yang bersih. Tidak semewah kostum Ratu Keriting, tetapi Selena masih terlihat seperti seorang putri kerajaan yang menghilang. Dengan gaun yang sebenarnya amat dia benci, Selena melangkah ke arah Darius yang menatapnya dengan penantian. Pola air yang mengalir dari dagu ke lehernya masih belum kering, dan Darius terlihat seperti bedebah dengan tampilan itu.

"Tolong jangan katakan apapun kepada Luca dan Bella tentang kucing emas." Selena terlihat sedih, entah kenapa. "Aku tidak mau mereka tahu kalau Kucing Emas adalah diriku, apalagi Luca. Dia tidak boleh tahu."

"Kucing Emas?"

"Luca menamaiku begitu." Merah menjalar di pipi Selena, seolah dia senang dengan sebutan itu.

"Apa ada alasan kuat kenapa aku harus menurutimu?"

"Kumohon, Darius." Selena maju selangkah. Kini, dia berada di jarak yang cukup dekat untuk bisa berbisik. "Ini adalah permintaan pertamaku setelah terakhir kali aku meminta sihir permanen agar aku bisa berubah menjadi kucing kapanpun aku mau. Anggap saja aku meminta kepadamu dua puluh tahun sekali, dan ini adalah permintaanku yang terakhir sebelum dua puluh tahun yang akan datang."

Darius melipat kedua tangan di dada. Wajahnya condong ke depan, ke wajah Selena, berusaha mencari bukti dari dugaannya di mata cokelat terang gadis itu. "Kau tidak harus terlihat seputus asa ini demi permintaan sederhana itu. Kau pasti menyembunyikan sesuatu."

Selena menunduk. Menurutnya, apapun yang keluar dari mulutnya setelah ini adalah kesalahan. "Aku mencintainya."

Darius menegakkan tubuhnya, tersenyum puas. "Kau melakukan kesalahan, Selena. Kau tahu itu tidak boleh."

"Bagaimana denganmu?" Selena menyela cepat. Matanya yang merah dan berair berkilat-kilat menatap Darius. Antara marah dan sedih. "Kau juga tahu itu tidak boleh. Kita sama-sama tahu itu tidak boleh, tapi kita melakukannya."

"Aku sudah mengalami hal ini lebih dari sekali, dan aku tahu betul apa yang harus aku lakukan. Berbeda denganmu, Selena. Kau baru kali ini jatuh cinta dengan seorang manusia, dan kau gegabah. Kau gegabah dalam memutuskan segala sesuatu. Kau akan lebih gegabah lagi kalau berurusan dengan cinta."

"Aku akan berhati-hati." Suara Selena bergetar.

"Dan jangan bawa-bawa aku. Jangan minta aku apapun untuk membuat kalian berakhir bahagia, karena bahkan aku tidak bisa memastikan kisahku akan berakhir bahagia."

Setetes air mata mengalir ke pipi Selena yang putih. Hal itu langsung menyadarkan Darius bahwa Selena tidak main-main. Rasa cinta sudah sangat besar ketika berhasil membuat seseorang menangis, dan Darius tidak tahu apa yang membuat Selena begitu mudah mencintai Luca padahal mereka baru bertemu beberapa kali. Apa Selena mulai mencintai Luca sejak pria itu mengelus bulunya di toko Dunja? Apa sesederhana itu membuat Selena jatuh cinta?

Darius Circus: The Master Who Loses His HatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang