1. Kuliah, Kerja, Menemukan Hal Ajaib

554 60 13
                                    

DARIUS CIRCUS:
THE MASTER WHO LOSES HIS HAT

—Kuliah, Kerja, Menemukan Hal Ajaib—

BERTAHAN hidup bagi Bella adalah berusaha menghapus diri dari lukisan tinta permanen. Bella yang jarang bersyukur ini tidak akan keberatan melakukannya kalau di dalam lukisannya, ia berada di tengah padang bunga wangi yang warna-warni, rumah desa hangat yang muntah asap, dan lain-lain gambaran kehidupan idealnya selama ini. Namun, di lukisannya, Bella justru tengah berlari sambil menggenggam sepatah tulang, dengan anjing menggonggong di belakangnya sehingga tergambar adegan kejar-kejaran brutal.

Bella sungguh ingin melemparkan lukisannya ke lautan lava dan melukis yang baru.

Kalau bak pengaduk adonan yang berputar lelet di hadapannya mampu menampung tubuhnya meskipun ia harus menggulung diri seperti trenggiling, Bella akan melakukannya (roti varian rasa Bella bukan pilihan yang buruk juga). Kau tidak akan pernah bersuka cita melakukan hal-hal yang tidak kau sukai, demikian Arabella yang mulai muak dan pening menyaksikan adonan pucat berputar-putar dan menghipnotisnya hingga mengantuk.

Bella menguap.

"Tutup mulutmu saat menguap, Arabella. Jangan sampai bakteri mulutmu masuk ke adonannya."

Lensa hazel Bella melirik diam-diam agar tidak dipecat. Setelah bakteri mulutnya mungkin sudah teraduk bersama adonan donat, Bella baru menutup mulut.

Seorang piatu dan anak tunggal harus berusaha gila-gilaan di dunia yang jahat ini. Kalau kau bisa mengibaratkan populasi manusia sebagai kumpulan piranha dewasa lapar yang berebut makanan, maka Bella masihlah bayi piranha—ia mengais dan menyuap apapun di hadapannya tanpa strategi. Kalau ia tidak jadi pelanggan tetap toko roti Pak Jack, pria 50-an yang masih tampan itu tidak akan menyadari kalau sebenarnya Bella hanya makan roti Pak Jack untuk makan tiga kali seharinya. Artinya, Bella butuh pekerjaan dan uang.

Dalam dua tahun terakhir, Bella baru bersyukur satu kali, yaitu kepada Pak Jack yang mau mengasihaninya dengan memberi pekerjaan.

"Kudengar dari Luca, kalian butuh uang untuk biaya program kampus kunjungan. Benar?"

Siku Bella berbunyi patah saat memindahkan berkilo-kilo adonan roti jadi ke meja aluminium. "Benar. Tapi sepertinya aku akan mengusahakan untuk tidak ikut."

"Kenapa tidak?" Pak Jack cekatan membagi adonan yang baru Bella angkat menjadi tiga bagian sama berat, kemudian dimasukkan ke dalam tiga wadah yang berbeda pula. "Kudengar dari Luca program itu jadi syarat kelulusan."

Bella tersenyum dengan perasaan putih terang yang tak nyaman. "Luca sepertinya anak baik, ya, Pak? Kali ini dia jujur sekali kepada Bapak."

Masalahnya, terakhir kali Pak Jack mengatakan kudengar dari Luca, pria lucu berbahu papan itu menipu ayahnya dengan mengatakan kalau ia membutuhkan uang untuk biaya praktik lapangan. Padahal, dengan ingatannya yang tak tajam-tajam amat, Bella tahu tidak ada satu pun jadwal praktik lapangan di semester itu. Karena Bella hanya dibayar sebagai karyawan toko roti, ia tidak melaporkan informasi penting tersebut kepada Pak Jack.

Topik teralihkan. Pak Jack tertawa. "Jangan terang-terangan memujinya, Bella. Anak itu memang tidak bercela. Suatu hari kau mungkin akan jatuh cinta padanya."

Bella mengulum senyum hambar. "Memangnya Bapak mau jadi mertua saya?"

Pak Jack berhenti mengaduk, menatap Bella dengan mata bulatnya secara dramatis, sedangkan dari ujung matanya, Bella melirik waspada berharap Pak Jack tidak benar-benar setuju. "Kenapa tidak? Kalau jadi menantuku, aku akan sepenuhnya menyerahkan toko roti ini padamu."

Darius Circus: The Master Who Loses His HatWhere stories live. Discover now