4. Cara Darius Meyakinkan Bella Pergi

129 30 5
                                    

DARIUS CIRCUS:
THE MASTER WHO LOSES HIS HAT

—Cara Darius Meyakinkan Bella Pergi—

SEJAK enam belas tahun lalu, Bella tidak pernah lagi datang ke sirkus atau festival atau tempat liburan mana pun yang menjadi destinasi akhir pekan para keluarga bahagia. Pada dasarnya Bella iri karena dia tidak punya keluarga bahagia; ayah yang akan mengajaknya dan ibu pergi ke taman hiburan untuk menebus rasa bersalahnya karena terus-terusan bekerja; ibu yang menyiapkan bekal lucu dan enak sejak matahari belum bangun agar mereka tak perlu menghambur-hamburkan uang di taman hiburan.

Kali terakhir Bella pergi ke taman hiburan, Bella hanya pergi bersama ibunya, dan pulang tanpa ibunya.

Darius mengkhayal kalau Bella akan setuju mengekori pria itu ke sirkusnya yang aneh tanpa alasan masuk akal. Keberadaan pria itu disertai bubuk-bubuk kejaiban yang dia tunjukkan kepada Bella saja sudah membuat Bella seringkali senewen. Sihir itu tidak ada, dan tidak ada kemungkinan Darius bisa menemukan ayahnya.

Namun, jika Darius menawarkannya bertemu sang ibu, Bella mungkin akan mempertimbangkan.

Langit cemberut dan protes dengan gemuruh karena Darius sewenang-wenang menghentikan hujan agar mereka bisa duduk di taman terbuka karena Bella menolak untuk dibawa pergi jauh-jauh dari danau. Bukannya apa, Darius yang digadang-gadang sakti itu bisa saja menyelundupkannya ke dalam jubah meskipun sejak tadi benda besar berdebu itu tidak terlihat di pelukan Darius. Namun, Bella hanya berhati-hati. Dia tidak mau memperlebar kemungkinan dirinya pingsan lalu bangun di dalam bianglala.

Bella duduk berjarak dengan Darius di bangku di dekat jungkat-jungkit karatan meskipun Darius berkali-kali kedapatan bergeser mendekat tiap dua menit sekali. Penyihir—atau master sirkus?—itu merayu Bella dengan cara apapun agar mau turut dengannya ke sirkus. Katanya, kalau Bella tidak mau pergi, maka dia akan menunjukkan kepada Bella sihir-sihir menakjubkannya yang lain. Katanya juga, sihirnya terkadang bisa membuat orang jadi tidak waras.

"Aku lebih tidak waras jika mempercayaimu," jawab Bella beberapa menit lalu. Namun, Darius masih tidak hilang akal.

"Aku tahu kau rindu sirkus dan taman hiburan. Serius tidak tertarik melihatku beraksi?"

Bella tertawa kering tanpa suara. "Kenapa aku harus tertarik? Kau sama sekali—" Dari ekor matanya, lagi-lagi dia mendapati Darius coba-coba bergeser. "Bisa kau berhenti berusaha berdempetan denganku? Kau menjengkelkan."

Darius menunjukkan cengiran polos anak kecil. Pria itu bahkan bisa salah tingkah; menggaruk-garuk belakang lehernya sambil menjauh tak lebih dari lima senti. Masih terasa dekat karena aroma muram itu masih tercium.

"Kau tumbuh dengan baik, Primrose. Aku hanya mengetesmu, dan ternyata kau mampu melindungi diri dengan galak."

"Kau bicara seolah-olah menyaksikan pertumbuhanku."

"Tentu saja aku menyaksikannya." Darius meregangkan kaki-kakinya yang panjang ke arah depan, sedangkan dua tangannya disilangkan secara angkuh ke dada. Dari jeda yang tercipta sebelum pria itu bicara, Bella menduga Darius tengah memikirkan sesuatu, atau mengenang masa lalu. Entah apa yang menyenangkan, bibir merah Darius tiba-tiba tertarik ke arah kanan dan kiri. "Dulu kau anak yang manis—meskipun sekarang juga masih—tapi dulu kau banyak sekali bicara."

Bella sebetulnya ogah menatap Darius karena khawatir pria itu menudingnya naksir, tetapi dia penasaran dengan perasaan apa yang tengah Darius simpan di balik ekspresinya ketika menceritakan masa kecilnya yang bahkan sudah terasa samar-samar di kepalanya sendiri. Dan, secara tidak sadar Bella percaya kalau Darius benar-benar menyaksikan pertumbuhannya selama ini.

Darius Circus: The Master Who Loses His HatWhere stories live. Discover now