11. Pidato Darius setelah Meminum Arak Jagung

95 23 3
                                    

DARIUS CIRCUS
THE MASTER WHO LOSES HIS HAT

— Pidato Darius setelah Meminum Arak Jagung —

FESTIVAL Musim Panas di Danfell meriah oleh bunga-bunga dan nyanyian tradisional Danfell. Kisah Darius terpotong karena kereta kuda selesai mengantarkan Darius dan Bella ke depan pintu gerbang Festival Musim Panas. Gerbang berbentuk setengah lingkaran setinggi lebih dari orang dewasa, terbuat dari akar-akaran cokelat muda dan dihiasi bunga-bunga, kelapa tua, serta sulur hijau. Karpet matahari—simbol Danfell—tergelar sepanjang perjalanan menuju sentral acara. Pada kanan dan kiri jalanan panjang, Bella lagi-lagi melihat bunga berbagai warna tertanam di atas rumput hijau.

Lintasan berbalut karpet membentuk pola angka delapan, sedangkan sisanya adalah rumput berbunga. Pada masing-masing lingkaran angka delapan, terdapat sebuah panggung tempat seniman-seniman lokal menampilkan kreativitas mereka, mulai dari tarian, alat musik, nyanyian, hingga yang akhir-akhir ini sedang viral di Danfell, trik sulap.

Danfell adalah negeri bunga impian siapa saja, termasuk Bella yang selama hidupnya tidak pernah digandeng romantis oleh seorang pria sambil berjalan di sekeliling bunga-bunga.

Di atas hamparan bunga yang tak keberatan diinjak-injak, orang-orang menari dengan piala berisi susu madu, arak jagung, atau air tebu di genggaman mereka. Minuman-minuman itu bisa didapat sepuasnya secara cuma-cuma di tong-tong besar yang dijaga oleh seorang wanita ramah seumuran Dunja. Untuk mendapat minuman, yang perlu dibawa hanyalah piala kosong, dan Darius dengan pengertian menyerahkan bukan sekadar piala kosong, tetapi piala berisi cairan putih kekuningan kepada Bella.

"Terima kasih," ucap Bella.

Darius berkedip menggoda. Dia kembali menjadi Darius yang Bella temui di dunianya. "Bukan masalah, Sayang."

Bella takut-takut mencicipi cairan yang kata Darius adalah susu madu. Dan, ketika menyapa lidah Bella, itu memang susu madu. Namun, rasanya kurang normal. Aroma susu begitu pekat seolah baru diperas dari induk sapi, tetapi madu sedikit menetralisirnya agar tidak terasa amis-amis amat.

"Apa itu sesuai seleramu?" Darius memastikan Bella baik-baik saja. "Kalau kurang suka, kau boleh cicipi minumanku."

"Tidak perlu. Ini cukup." Bella mencubit hidung merasakan aroma susu menyengat hingga ke otaknya.

"Tapi kau tidak terlihat menikmati itu." Darius tersenyum lembut, memandangi Bella yang menggemaskan dengan sorot paling tulus sedunia. "Ayo, ke tempat yang lebih sepi."

Isi gelasnya jelas bukan alkohol, tetapi Bella merasa susu madu membuatnya sedikit mabuk saat lagi-lagi tanpa bisa dilawan Darius menggenggam tangannya dan berjalan menjauhi keramaian. Bella tidak nyaman dengan sapaan dan tatapan para pengunjung yang entah kenapa didominasi oleh orang tua. Namun, Darius justru menikmatinya. Dia benar-benar memamerkan Bella sebagai gadis cantik yang bisa dia gandeng ke Festival Musim Panas.

Mereka tiba di pinggir sungai yang berwarna biru jernih. Di sini, suasana tidak ramai dan suara musik tidak terlalu terdengar. Tempat yang cocok untuk melanjutkan pembicaraan serius mereka yang sempat tertunda.

"Ini kedua kalinya aku datang ke Festival Musim Panas Danfell, pertama kalinya bersama ibumu."

Bella terkejut, tentu saja. Lehernya bergerak cepat menyamai angin untuk menatap Darius yang kini tengah tenang memandang genangan air jernih sambil sesekali menyesap minumannya. Mata Darius terlihat sayu, mungkin karena dia mulai mabuk. Namun, Bella cukup peka untuk menyadari ada kesedihan di wajah pria itu; suasana sendu yang sama seperti yang dia dapati di kereta beberapa saat lalu. Dan alasan di balik itu lagi-lagi berkaitan dengan ibunya.

Darius Circus: The Master Who Loses His HatWhere stories live. Discover now