Bab 12 : Rasa yang hangat dan membekas dihati

660 32 5
                                    

Aku terbangun saat terasa sesuatu yang dingin menyentuh kulit pipiku. Perlahan aku membuka mataku dan melihat sosok Arfan di depanku.

"Eh! mas Arfan?"

"Kita salat subuh berjamaah dulu. Greya sudah menunggu," ucapnya dengan nada lembut.

"Em... masih ngantuk." Aku berbalik memunggunginya. Beberapa saat aku merasa pundakku diguncang pelan.

"Kiya, ayo salat dulu. Setelah itu kamu boleh tidur lagi," ucapnya.

"Ahhh, Mas!" Aku hanya bisa merengek sambil mengucek kedua mataku dan beranjak bangun.

"Ngantuk!" Aku menguap dan dia langsung menutup mulutku.

"Tutup mulutmu saat menguap, nanti setan pada masuk dan bersemayam ditubuh kamu," ucapnya membuatku merinding.

"Ih Mas jangan nakutin!" dia hanya terkekeh menanggapiku.

"Perkataanku benar. Lagi pula, menguap itu datangnya dari setan, supaya mereka bisa masuk ke tubuhmu. Lebih baik saat menguap kamu tahan supaya tidak jadi menguap, atau kalau tidak, tutup mulutmu saat menguap," nasehatnya.

"Masih subuh Mas, jangan ceramah." Aku hanya mendengar kekehannya.

Ah, entahlah, dia jadi lebih santai berbicara denganku setelah kejadian malam itu. Ya, aku juga tak memungkiri kalau aku mulai tidak canggung lagi berbicara dengannya dan menunjukkan sikap asliku.

"Ayo cepat ambil wudhu. Atau mau Mas gendong ke kamar mandi," ucapnya spontan membuatku melotot sempurna.

"Aku bisa sendiri. Sudah sana, Mas keluar saja." Aku mendorongnya keluar kamar.

"Lima menit tidak juga keluar, Mas akan menggendongmu ke kamar mandi," ucapnya.

"Iya iya, aduh Mas ini cerewet banget." Aku kembali mengusirnya dan ia pun berlalu pergi.

"Haduh! mata pake lem apa sih, sampai sulit banget terbuka." Aku pun berjalan menuju kamar mandi.

---

Benar saja kalau Greya dan mas Arfan sudah menunggu di musholla.

"Ndaaa," sapa Greya yang selalu ceria, membuatku terpancing untuk tersenyum.

"Ayo kita salat," ajak Arfan dan kami pun mulai berdiri di belakang Arfan yang menjadi imam.

Entah sejak kapan, aku selalu menikmati lantunan mas Arfan saat membaca ayat suci Al-Quran. Suaranya sangat merdu dan menenangkan hati. Walau surat yang dia bacakan merupakan surat panjang, tetapi aku tidak pernah mengantuk ataupun merasa bosan. Aku benar-benar menikmati setiap lantunannya yang begitu merdu.

Usai salat, mas Arfan membalikkan badannya ke arah kami membuat aku dan Greya bergantian menyambut uluran tangannya dan mencium punggung tangannya. Setelah itu kami berdzikir dan berdoa bersama.

"Greya, hari ini sekolah libur. Kamu di rumah sama Nda, ya. Papa ada pekerjaan di kantor," ucap Arfan saat kami membuka mukena dan melipat mukena kami.

"Em, Mas, apa aku boleh mengajak Greya ke rumahku. Sudah lama aku tidak mengunjungi Ayah dan Bunda."

Aku memberanikan diri untuk bertanya pendapatannya. Semoga pria ini tidak melarangku untuk menemui kedua orang tuaku.

"Boleh. Mas antar kalian dulu ke rumah Ayah. Nanti pulangnya, Mas akan jemput kalian," ucap Arfan membuatku dan Greya spontan bersorak. Dan Arfan hanya terkekeh melihat tingkah kami yang kekanakan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jodohku, Sugar DaddyWhere stories live. Discover now