Bab 8 : Jangan Terlalu Baik

349 33 2
                                    

"Wah siapa ini, halo pengantin baru," sapa sahabat-sahabatku saat aku sampai di tempat tongkrongan kami.

"Sst.. berisik. Banyak yang liat in." Aku menegur mereka yang hanya dibalas dengan kekehan.

Aku mengambil duduk di samping Raisa.

Kami berempat sudah bersahabat sejak kami duduk di bangku SMP, SMA dan Kuliah. Sayangnya, hanya aku dan Raisha yang kuliah di tempat yang sama, sisanya memilih bekerja setelah lulus SMA. Selain Raisha, ada Meli dan juga Safa. Walau sibuk, kami selalu menyempatkan waktu untuk nongkrong bersama di akhir pekan, dan itu juga yang membuat mereka akrab dengan Bima. Apalagi, Bima sosok pria humble yang bisa akrab dengan siapa saja.

"Jadi Non, bisa lu jelas in kenapa lu nggak jadi nikah sama Bima?" tanya Safa yang langsung mengajukan pertanyaan. Aku tahu mereka bukan hanya penasaran melainkan juga kaget karena melihatku bersanding dengan pria lain di pelaminan.

"Gue akan jelas in semuanya, tapi biarin gue pesan minum dan camilan dulu, oke."

"Silakan. Lu perlu tenaga buat jelas in semuanya," goda Meli dan aku hanya bisa menampilkan cengiranku.

Pesananku pun datang dan aku menyeduh minuman dingin itu untuk meredakan tenggorokan yang kering.

"Jadi?" tanya Raisa.

Mereka benar-benar sudah kepo akut.

"Pria itu adalah Omnya Bima."

Lihatlah ekspresi kaget mereka bertiga, aku sudah tahu kalau mereka akan sangat terkejut mendengarnya.

"Anjirrrr! Lu, lu selingkuh sama Pamannya?" tuduh Safa.

"Gimana bisa, lu nikah sama Pamannya? Bukannya sejak awal, lu mau nikah sama Bima?" tanya Raisa.

"Terus gimana sama Bima? Di pernikahan kemarin, gue liat orang tuanya datang. Tapi Bima nggak ada," ucap Meli.

"Gue kunci, ya, pertanyaan kalian. Sekarang tutup mulut kalian dan dengerin penjelasan gue." Ternyata mereka penurut juga. Mereka bertiga benar-benar diam dan hening bagai kerbau yang dicocok hidungnya.

Aku pun mulai menjelaskan semuanya pada mereka bertiga. Ketiganya saling beradu pandang dengan tatapan syok dan mulut terbuka, saking kagetnya.

"Astaga. Nggak sangka kalau si Bima bisa se-brengsek itu!" ucap Raisa terlihat kesal.

"Dia benar-benar Pengecut! Euhh, kalau ada, udah gue kasih bogem!" ucap Safa, di mana dia memang paling tomboy dan bar-bar.

"Terus, kenapa lu mau nikah sama Pamannya? Padahal jelas-jelas lu nggak suka sama dia?" tanya Meli.

"Ditambah usia kalian terpaut 12 tahun. Jauh banget, Ki." Raisha berkomentar.

"Awalnya, gue juga nolak. Gue nggak mau pertaruhin masa depan gue buat hidup sama orang asing dan yang gak gue cintai. Tapi nyokap gue ngotot, dan katanya, Arfan ini pria baik yang akan bahagia in gue. Gue cuma nurut aja, katanya feeling seorang ibu tuh gak salah."

Aku menjawab dengan enteng, karena memang itu alasan aku menerima pernikahan yang tidak aku inginkan ini.

"Kalau di ingat-ingat lagi sih, Paman Bima juga nggak jelek. Dia malah lebih ganteng dari Bima, iya gak sih? Apalagi perawakannya dewasa banget, macho gitu," ucap Meli.

"Ck, otak lu malah mikirin itu," gerutu Safa.

"Kata lu, Bima ada ngehubungin lu lagi?" tanya Raisa.

Jodohku, Sugar DaddyWhere stories live. Discover now