mulai depresi #10

44 5 1
                                    

Anto terbaring lemah sembari merintih kesakitan,hujan masih turun mengguyur dengan cukup deras ditemani angin yang cukup kencang

Anto berusaha bangun dengan susah payah dan menghampiri Lita yang terbaring tak sadarkan diri,lalu memapahnya dibantu Adi yang sudah ada disamping lita terlebih dahulu

"Kesana dulu" perintah Edwin menunjuk sebuah pohon yang cukup besar

Akhirnya mereka berteduh dibawah pohon besar itu

Adi meneliti kesekitar mencari sosok dari Fia yang tak nampak,namun tiba tiba Fia sudah ada di belakang Adi dan menepuk pundaknya

Lita masih tak sadarkan diri dan wajah Fia terlihat begitu pucat karena dingin, ditambah beberapa luka lecet di wajahnya

Tangan Anto berdarah akibat jatuh tadi begitu juga dengan lutut Adi,Edwin memegangi kepalanya sembari menatap Lita di pangkuan Anto

Adi langsung mengambil kotak p3k dari kerirnya untuk mengobati lukanya dan luka Anto,sementara mengambil kain untuk membersihkan wajahnya

Hujan masih turun dengan cukup deras saat itu sehingga suasana terasa begitu gelap yang padahal harusnya masih siang hari

"Ni hujan kayanya bakal awet" ujar Fia

"Terus mau gimana?" Tanya Adi

"Kita harus maksain lanjut jalan" kata Edwin

"Setuju" timpal Fia

"Tapi Lita~"

"Justru karena itu kita harus cepet cepet,gimana kalo Lita malah hipotermia!" Potong Edwin

"Ayo to,kita pasti bisa" semangat Adi

Anto mengangguk,dan akhirnya mereka melanjutkan perjalanan masih dengan posisi Edwin sebagai leader dengan dua kerir,lalu Anto dengan Lita,Fia,dan Adi dengan dua kerir juga

Anto memasangkan kain yang cukup tebal di kepala Lita untuk sedikitnya melindungi dari kontak langsung air hujan yang memang turun dengan deras

Mereka berjalan dengan hati hati dan waspada sembari menahan rasa sakit juga dingin di sekujur tubuh,hingga tiba tiba Edwin mengisyaratkan untuk berhenti melangkah

Dan selang beberapa detik kemudian sebuah dahan pohon terjatuh di jalan yang hendak mereka lewati,untung mereka mengikuti Edwin

Namun belum sempat mereka senang akan keberuntungan itu,tiba tiba terdengar tawa seseorang yang entah darimana asalnya

Jantung berdegup semakin kencang atas kejadian itu,suara tawa itu menggema hingga perlahan hilang begitu saja

Anto menelan ludahnya dengan susah payah,lalu Edwin kembali memerintahkan untuk kembali berjalan

Dan beberapa menit kemudian hujan terasa sedikit mereda namun masih tetap menyulitkan mereka,jalanan licin dengan angin yang masih menerpa mereka

~|~

Angin berhembus menerpa badan dengan cukup kuat, dedaunan terus bergerak mengikuti hembusan angin bak melambai lambai ke arah mereka

"To.." suara Lita lirih

Anto langsung menghentikan langkahnya "iya ta?"

"Kita belum mati?" Tanya Lita pesimis

"Ta!,sebentar lagi kita pulang" kata Anto meyakinkan

"Tadi aku mimpi,kalo kita udah mati disini" ujar Lita lemas

"Ga!,kita semua bakal selamat!" Tegas Anto

Nazar (gn Slamet) ~•on goingWhere stories live. Discover now