TMDHY | 11. Hari Pertama

1.6K 339 85
                                    

Kangen nggak?

Aku kangen Kikan-Jaffin dan kalian 🥺

This week's a hell but we meet again. Happy reading~

💙💙💙

"Jadi, hari ini hari pertama kita?"

Jaffin tersedak, yang detik setelahnya membuat pria itu meringis sendiri karena obat luka yang sedang Kikan oleskan jadi mengenai luka bibirnya dengan semena-mena. Mengundang perih.

Usai perkelahian dengan Wisnu sore itu, Kikan mampir ke mini market kampus sampai harus rela berjalan sejauh dua ratus meter, demi membelikan air mineral, obat luka dan plester untuk Jaffin. Lalu, keduanya memilih satu tempat di dekat taman kampus, pada bangku kosong yang tersirami cahaya matahari sore menjelang petang.

"Sori, sori," Kikan menyengir dalam rasa bersalah. Ia mengoleskan kapas dengan hati-hati kali ini. "Makanya jangan gerak."

Jaffin hanya menatapnya, tidak menyahut meski sorot mata pria itu jelas menyalahkan Kikan atas ucapannya. Tetapi Kikan tidak ambil pusing. Dia masih fokus mengobati pria itu (meski dengan ceroboh) dan melanjutkan percakapan yang nyaris seperti monolog tersebut.

"Eh iya, kita belum kenalan, kan ya? Gue Kikan! Kikanetha Ruby Setyohadi. But I'll let you call me K since you helped me."

"Oh."

"Oh?"

"Hm."

"Ih, harusnya lo tuh nyebutin nama juga kalo orang nyebutin nama. Gitu kata guru etiket gue."

"Jaffin."

"Udah tahu."

Jaffin mendelik, seolah bilang, 'kalau udah tahu ngapain nyuruh-nyuruh nyebutin nama?!' Tetapi entah karena malas, atau tidak ingin kecerobohan Kikan membuat bibirnya perih lagi, dia diam.

Sementara gadis itu terus mencerocos. "Biar gampang dan lebih meyakinkan, kita pakai aku-kamu aja, ya. Kamu boleh panggil aku K aja. Dan em ... makasih ya udah mau bantuin jadi pacar pura-pura aku."

Sementara Kikan merobek plester luka lalu menempelkannya dengan hati-hati di sudut bibir Jaffin, pria itu mengangkat satu alisnya.

"Siapa bilang gue mau?"

"Hah?"

"Siapa bilang gue mau bantuin?"

"Ish, bukannya lo sendiri yang tadi ngaku jadi pacar gue? Pokoknya lo udah nggak bisa mundur! Eh, kamu."

Jaffin mendengkus. Mungkin Kikan salah lihat, tetapi ia seakan melihat secara sekilas ... senyum geli di bibir pria itu. Apa dia baru saja menganggap Kikan sebagai lelucon? Kurang ajar!

"Pokoknya kamu harus bantuin. Nggak ada puter balik."

"Hm."

"Jadi lo kuliah jurusan apa?" tanya Kikan lagi, demi menjaga obrolan tetap berlanjut karena ... tentu saja dia tidak bisa mengandalkan Jaffin yang sepertinya cukup pelit membuka mulut. Kalaupun pria itu bicara, omongannya selalu ketus. Meskipun ya, dia sudah tahu jawabannya.

Jaffin memberinya tatap menghakimi. "Lo masuk kelas gue kemaren."

Tiba-tiba Kikan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Oh, iya ya. Bener juga. Kalau gue jurusan Administrasi Bisnis sih."

"Oh."

"Bokap sih yang milihin, makanya gue nggak suka."

"Hm."

Truly Madly Deeply Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang