TMDHY | 07. Another Girl

1.1K 319 112
                                    

Anak-anak itu berjalan dengan bekal penerangan satu senter kecil di tangan Pao, menyusuri gedung sekolah yang gelap dengan hawa dingin yang kental, yang menusuk. Seorang dengan rambut belah tengah yang disebut-sebut mirip Haitham bersembunyi di belakang temannya yang lain, yang katanya mirip Jian.

"Pao pen ngai bang? klap-ban kan thoe?" kata anak itu dengan wajah was-was. Di bagian bawah, tersedia subtitle yang menjelaskan arti percakapan tersebut. Gimana ini, Pao? Kita pulang aja?

"Oi! Cha pai nai dai? Rao tong-ha nang-sue!" Pao yang memegangi senter, menyahut. Oh, nggak bisa! Kita harus cari buku itu!

Anak yang mirip Haitham hampir menangis. "Tae chan klua... tha mi phi la?" Tapi aku ketakutan... bagaimana kalau ada hantu?

Dan Pao alias Naga versi rambut oranye di layar kaca menyahut dengan enteng. "Mai tong klua! chan cha dai phi nai phai-lang!" Tidak usah takut! Nanti aku slepet hantunya! (subtitle oleh www PenggemarJanda com do not share).

Tepat saat itu juga, sesuatu jatuh dari atap dengan suara sangat keras, mengagetkan semua orang di layar kaca, juga semua orang di depan layar kaca. Semuanya berteriak, termasuk Haitham, Naga, Jian, Hengky. Terutama ketika kepala dengan wajah mengerikan melayang seolah akan keluar dari layar laptop.

"Ganti! Ganti!"

Serentak mereka menutup laptop Hengky dan berbalik ke laptop Haitham. Dengan menekan tombol play, pemandangan bukit-bukit hijau dengan rumput yang lembut tersaji di depan mata. Matahari cerah tertawa. Teletubbies berlarian di sepanjang bukit dengan musik ceria mengiringi.

"Tinky winky!" Haitham dan yang lain ikut menyanyi sambil bertepuk tangan.

"Dipsy!" Seru Hengky.

"Lala!" Haitham berkata centil.

Lalu di sebelahnya, Jian menyerukan, "Jamal!"

"Eh, udah! Udah! Lanjut horor!"

Kembali, mereka mengganti arah duduk dan menukar tontonan di laptop. Namun, belum semenit mereka kembali masuk dalam suasana mencekam, pintu sekre mendadak terbuka, membuat semuanya spontan berteriak.

Bahkan Fiona, yang baru saja membuka pintu.

"Ngagetin aja, Fi!" Haitham menggeleng sambil mengelus dada. Siang-siang, dia sudah senam jantung.

"Hehe, maaf," Fiona menyengir.

Dan sebelum Fiona bahkan mengutarakan alasan yang membuat dia datang ke situ, Haitham sudah menerkanya terlebih dahulu. "Pasti nyariin Jaffin! Ada tadi, ke kamar mandi!"

Tepat saat itu, Jaffin muncul di pintu. Ia mengerutkan alis bingung kepada orang-orang yang semuanya mengalihkan perhatian padanya, lalu kepada Fiona. "Ada apa?"

Fiona menyengir, lalu mengeluarkan puppy eyes terbaiknya. "Bisa minta tolong, nggak?"

***

Lonceng kafe berdenting pelan ketika Fiona mendorongnya dan melangkah masuk. Jaffin mengiring di belakang, begitu pasif. Dengan senyum cerah, gadis itu berbalik sebentar, menoleh pada pria itu.

"Aku ke toilet dulu ya. Kamu pesan aja duluan."

Jaffin mengangguk sekali dan Fiona pun berlalu. Di saat yang sama, ponsel Wisnu berdering. Ia bergeser ke sisi lain sembari mulai berbicara di telepon.

Itulah saat tatap Jaffin dan Kikan bertemu, tanpa penghalang selain udara di antara keduanya.

Ada kata-kata yang tidak terucapkan. Pertanyaan yang tak tersuarakan. Kikan ingin meminta pertolongan. Tetapi bayangan gadis lain masih membekas di ingatannya. Jadi dia ... sudah punya pacar? Karena itu dia menganggap Kikan tidak menarik dan menyebutnya telah melakukan pelecehan?

Truly Madly Deeply Hate YouWhere stories live. Discover now