TMDHY | 04. The Aftermath

1.5K 355 77
                                    

Happy weekend~

Rencananya aku mau update tiap Sabtu (dan hari lain kalau memungkinkan). Semoga berhasil, ya!

Yuk, bisa yuk part ini 75 komen?

***

Panas. Silau. Meski telah berguling ke sisi dan menutup wajah dengan bantal, Kikan tetap bisa merasakan dirinya seakan terbakar. Jam berapa sekarang? Dan, oh pertanyaan yang terlebih penting adalah, who the fuck opened the curtain?!

Kikan melempar bantal dari wajahnya dan menggeram kesal. Ketika bangkit dari duduk, kepalanya berdenyut nyeri. Seseorang seperti menjambaknya hingga rambutnya tercerabut satu persatu. Hingga ia harus berpegangan pada sisi tempat tidur agar tidak oleng. Ah ya, sepertinya dia minum terlalu banyak tadi malam sampai tidak sadarkan diri dan mengubah paginya menjadi neraka.

Tirai putih, lemari di sebelah kiri, hiasan bunga kering, seketika Kikan sadar dia bukan berada di kamarnya, melainkan kamar Grace. Gadis yang dimaksud berdiri di depannya, lengan disilangkan. Kikan sedikit bersyukur untuk itu karena keberadaan Grace lumayan untuk memblokir cahaya pagi menjelang siang yang baru saja merajamnya. Meskipun raut wajah gadis itu tidak terlalu mengenakkan. Grace menatapnya dengan tajam, seakan menguliti.

"Dah bangun lo?" tanya gadis itu sembari berdecap.

"Lo yang bawa gue ke sini?"

"Sama Willa sih. Lo udah hampir nggak bisa bangun, mesti digotong."

Kikan memijat kepala. Kenapa sih dia sampai minum sebanyak itu? Ini bukan Kikan yang biasanya. Meskipun ia doyan minum minimal seminggu sekali, ia tidak pernah sampai begitu mabuk apalagi sampai mesti digotong pulang. Lalu, alasan itu muncul sebelum diminta. Ingatan yang membuat Kikan ingin memukulkan kepalanya ke tembok saat itu juga.

"Minta maaf. Atau gue lapor polisi," pria itu berkata dengan wajah datar.

Perlu setidaknya satu menit penuh bagi Kikan untuk mencerna maksud ucapannya. Dan ketika menyadarinya, matanya membelalak. Dia ... tidak salah dengar, kan? Kikan baru saja menciumnya. Kikan, Kikanetha Ruby Setyohadi yang notabene gadis paling diincar di kampus. Siapapun pasti akan bersujud hanya untuk mendapatkan sedikit senyum darinya. Apalagi ciuman! Mereka semua hanya bisa bermimpi.

Sementara pria di depannya ini ... rakyat biasa yang Kikan bahkan tidak tahu namanya. Dari phonecase yang pria itu gunakan, ada lambang kampusnya, kampus yang sama dengan yang dimiliki Kikan. Ya, dimiliki.

Harta, tahta, Kikanetha, kata mereka. Sudah cantik, kaya raya, body goals, siapa sih yang tidak menginginkannya? Dia, pria ini, katakanlah baru saja menggunakan keberuntungan seumur hidupnya untuk rezeki nomplok sebanyak ini. Tetapi apa yang dia katakan? Bagaimana mungkin dia ... mengatakan ... akan melaporkan Kikan ke polisi?!

Pasti ada sel saraf yang mendadak rusak di otaknya karena ciuman tadi!

"Lo nggak tahu siapa gue?!" berangnya.

"Tahu. Pelaku pelecehan."

Wah, beneran sudah gila!

Tanpa berpikir lagi, Kikan menamparnya saat itu juga.

"Jangan sampe kita ketemu lagi!"

Dengan langkah gegas, ia berderap pergi. Wajahnya memerah panas, dan bukan hanya karena alkohol. Marah, malu, keduanya bercampur menjadi satu. Dan Kikan melampiaskannya dengan banyak menenggak minuman beralkohol setelahnya. Bergelas-gelas. Berbotol-botol. Ia meminumnya seperti menelan air putih.

Truly Madly Deeply Hate YouWhere stories live. Discover now