🧙 - nineteen

21 3 0
                                    

Pukul tujuh pagi. Seluruh penghuni Hogwarts meninggalkan Hogwarts setelah perang yang telah mereka menangkan.

Para Professor menyuruh muridnya untuk beristirahat selama beberapa bulan. Mengingat banyaknya jumlah penyihir yang terluka hingga tewas saat melakukan perlawanan kepada Voldemort.

Hermione, Ron, dan Stela sudah berbaikan. Berkat perang ini seperti perkataan orang-orang di sekitar Stela.

Mereka berpelukan sebelum akhirnya memasuki kereta, karena Hermione dan Draco akan menggunakan sapu terbang untuk pulang ke Malfoy Manor.

Stela tersenyum ketika tahu sahabatnya kembali dengan orang yang di sayanginya, walaupun hatinya harus menahan rasa sakit.

Di dalam kereta.

"Serius lo berdua gak apa-apa?" Tanya Harry. Yang dia maksud tentu Hermione dan Draco.

"Gak apa-apa lah, emang gua kenapa?" Ron balik bertanya.

"Gua pengen cepet balik, ini Apollo mana sih?" Stela merasa uring-uringan ketika kembarannya tidak ada disana.

"Hadir," Apollo datang dengan senyumannya yang melekat di wajahnya. Dia merasa nyeri di pipinya, karena saat berperang dia terlempar cukup jauh dan tidak sengaja pipinya menabrak dinding kastil yang cukup tebal.

Stela memeluk saudaranya itu, di susul Ron dan Harry yang juga senang bahwa Apollo baik-baik saja.

"Gak apa-apa kan? Pipinya coba liat," Stela membolak-balik pipi Apollo dengan pelan, dia meneliti setiap inci wajah kembarannya itu yang hanya ada luka lebam disana.

"Lebam doang."

***

Hermione memeluk Draco dari belakang ketika mereka menaiki sapu terbang milik Draco menuju ke rumahnya.

Niatnya Draco ingin mengenalkan Hermione kepada keluarganya, walaupun dia takut. Takut akan reaksi keluarganya akan Hermione, mengingat dia adalah seorang muggleborn.

Ketika pikirannya di penuhi kekhawatiran dari reaksi orangtuanya, Draco menggenggam tangan Hermione. Tangannya dingin, mungkin karena udara pada malam hari itu.

Sesampainya mereka di depan Malfoy Manor, Hermione merasa tegang dan gugup. Untuk pertama kalinya dia kesini sebagai kekasih Draco.

Pintu gerbang di buka oleh pelayan yang bekerja di keluarga Malfoy. Para pelayan memberi hormat kepada Draco selaku tuan rumah.

Mereka sedikit terkejut dengan siapa Draco pulang. Yang mereka tahu, tunangan Draco adalah Stela bukannya Hermione.

"Selamat datang," kata salah satu pelayan. Draco bertanya kepadanya dimana kedua orangtuanya, dan pelayan mengatakan jika Lucius dan Narcissa sedang berada di dalam rumah.

Dengan menggandeng tangan Hermione, Draco masuk ke dalam rumah yang sudah lama dia tinggalkan itu.

Narcissa sangat senang putranya kembali ke rumah dalam keadaan sehat, tidak ada luka di tubuhnya.

"Mom, dad, ini Hermione. Pacarku," Draco tanpa basa-basi sudah memperkenalkan Hermione kepada orang tuanya.

Raut wajah Lucius berubah drastis ketika mengetahui Hermione adalah pacar putranya. Dia sangat tidak suka, apalagi Narcissa yang memang sudah setuju jika Draco dengan Stela bukannya Hermione.

Melihat reaksi kedua orang tua Draco membuat Hermione semakin menciut mentalnya. Dengan tatapan teliti, Narcissa memperhatikan Hermione.

"Selamat datang, Hermione. Di rumah keluarga Malfoy, anggap ini rumahmu sendiri," ucapnya, tersenyum tipis ke arah Hermione.

Lucius akhirnya menyuruh Draco untuk mengantar Hermione ke kamarnya. Tentu Hermione terkejut dengan sikap Lucius. Pasalnya, sedari dulu dia sangat membenci orang seperti Hermione, muggleborn.

Di kamar orang tua Draco.

"Dia serius?" Tanya Lucius. Mempertanyakan niat anaknya dengan Hermione Granger.

"Menurutmu? Setelah dia tahu bahwa Stela mencuranginya ku pikir dia kecewa," ucap Narcissa.

"Tapi kenapa harus Granger?"

"Tanyakan pada putramu, Lucius."

***

Dear Stela,

Apa kabar sayang? Ku harap kamu baik-baik saja setelah perang yang kamu alami dengan murid Hogwarts lainnya.
Aku sangat merindukanmu, begitu juga dengan Lucius.
Apa pekan depan kamu senggang? Aku ingin mengundangmu ke rumah untuk makan siang bersama.
Tenang, Draco tidak akan ikut. Hanya ada kita bertiga nantinya, kalau kamu mau mengajak saudaramu yang lain juga boleh.
Aku sangat mengharapkan kamu bisa datang.

With love,

Narcissa Malfoy.

Stela membaca surat dari ibu Draco, untuk pertama kalinya dia tidak tertarik dengan penawaran yang dia berikan. Bukan karena apa, dia sendiri sadar jika dirinya pasti akan canggung jika pergi ke rumah Draco.

"Bisa gak sehari aja gak khawatir?" Tanya Apollo yang juga merasakan apa yang dirasakan Stela sekarang.

"Kenapa?" Tanyanya lagi. Stela menunjukkan surat yang baru saja di bacanya itu.

"Waduh dari camer gak jadi," ejek Apollo yang langsung mendapat tamparan ringan dari kembarannya.

"Males," ucapnya. Dia beranjak ingin pergi ke kamarnya untuk segera tidur. Namun sang kakak menghentikannya.

"Gua temenin."

Dua puluh menit setelahnya Sasha mengajaknya untuk berbelanja kebutuhan bulanan di supermarket terdekat dari rumah mereka.

Mereka berdua sedikit terkejut karena di jalanan mereka banyak sekali penyihir, mereka tahu karena orang-orang itu memakai jubah tua dan bahkan ada yang membawa burung hantu yang membuat orang-orang di jalanan penasaran.

"Sesenang itu kah mereka bahwa musuhnya akhirnya telah tewas?" Tanya Sasha yang sudah tahu jawabannya. Tentu para penyihir sangat senang ketika Voldemort tewas di tangan Harry Potter untuk kedua kalinya, yang pertama saat Harry masih sangat kecil walaupun Voldemort tidak benar-benar tewas.

Stela mencari sayuran yang ingin di makannya saat makan malam nanti, dia juga bercerita jika orang tua Draco mengundangnya untuk makan siang.

"Widih kok malah orang tuanya yang mau kamu balik," komentar Sasha yang kesusahan saat membawa setumpuk tisu.

"Kan udah di bilang tadi bawa troli aja," Stela mengambil sebagian tisu sementara matanya mencari-cari keberadaan troli.

***

Sore yang cerah terlihat dari jendela kaca kamar Stela. Dia sedang bersantai di temani buku, camilan, dan teh yang masih hangat.

Beginilah dia karena tidak ada kegiatan sementara saudara-saudaranya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Stiven bersama dengan istrinya, mungkin sedang berlibur. Sasha pergi dengan tunangannya untuk menonton film, Samuel pergi dengan teman-teman mugglenya, dan Apollo entah dia kemana. Namun dari pagi sosok kembarannya itu tidak ada di rumah.

Sore yang membosankan untuknya, hingga akhirnya ada seekor burung hantu yang mengatup-atupkan sayapnya ke jendela kamarnya.

Stela membuka jendela dan membiarkan burung hantu itu masuk ke dalam kamarnya. Burung hantu yang belum pernah dia lihat sebelumnya itu membawa surat yang terikat di kakinya.

Dear Ms. Slytherin,

Bagaimana rasanya mengalahkan Voldemort? Penyihir terjahat yang ada di dunia sihir, aku harap kau senang, karena setelah ini aku ragu kau akan merasakan hal itu lagi.
Setelah apa yang kau perbuat kepada sahabatmu, Hermione. Bagaimana kau bisa begitu tenangnya menyetujui ajakan dari orang tua Draco?
Jika aku jadi kau, aku pasti akan malu dan bersujud di depan Hermione untuk meminta maaf.
Mungkin sudah cukup perkenalannya, aku harap di semester berikutnya kau akan mendapat balasan yang setimpal dengan apa yang sudah kau perbuat.

From C.

To be continued...

Dracosta ➤ Draco Malfoy Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ