🧙 - ten

45 3 0
                                    

"Gua di ajarin sama Sirius," kata Stela ketika Harry bertanya bagaimana bisa dia berbicara dengannya melalui api ketika Harry masih berada di Hogwarts.

"Sirius Black?"

"Ya Harry, dan ini pasti hal yang gak akan lo sangka."

"Apa?"

"Dia...sahabat ayahmu."

"What?"

"Gua aja taunya ya waktu di ajarin itu sama Sirius. Kita lagi kumpul di markasnya Voldemort karena kakek moyang gua masih ngejar gua sampai sekarang. Terus disana ada Bellatrix, Sirius, ayahnya Draco.....intinya dia cerita ke gua semuanya."

***

"Morning," sapa Harry ketika membuka korden yang ada di kamar Stela. Secara teknis bukan kamarnya, tapi kamar tamu di rumah Dursley.

"Morning, ini jam berapa?" Tanya Stela, mengucek matanya yang masih lengket tidak bisa di buka.

"Jam tujuh. Mau sarapan apa nanti gua buatin," tawar Harry, tiba-tiba saja Stela rindu masakan ibunya.

"Belanja yuk!" Ajak Stela, Harry mengiyakan karena bahan masakan di rumahnya telah habis.

Sementara keluarga Dursley masih ada di dalam rumah, mengerjakan kegiatan seperti biasa saat natal tiba. Namun mereka masih menganggap Stela dan Harry tidak ada di dalam rumah itu.

"Baru kali ini ada orang natalan malah belanja sayur," komentar Harry ketika melihat Stela mengambil wortel dan sayuran lainnya.

"Langka kan manusia kaya gua," ucap Stela dengan bangga.

"Abis ini mau beli apalagi?" Tanya Harry seraya mengecek belanjaan mereka, takut ada yang tertinggal.

"Udah deh kayanya, emang lo mau bikin kue juga? Tapi gak apa-apa sih, laper banget soalnya."

Setelah berunding akhirnya mereka menuju ke tempat toko kue. Bukan untuk membeli kue, melainkan bahannya. Di dalam cukup sunyi, padahal jika melihat di luar toko cukup ramai orang yang berlalu-lalang.

Harry sebenarnya curiga dengan tingkah Stela sekarang. Dia sama sekali tidak was-was, mengingat banyaknya kejadian belakangan ini.

Dari dalam, datanglah penjaga toko yang menanyai mereka akan membeli kue yang mana. Harry menjelaskan dengan seksama.

Saat itulah Lucius Malfoy datang dari luar toko, diikuti Bellatrix Lestrange dan beberapa orang pelahap maut lainnya.

"Mr. Potter," kata Lucius dengan nada sepelan mungkin. Stela perlahan bergerak ke sebelah Lucius dan Bellatrix.

"Maaf, Harry," katanya. Hanya itu yang di ingat Harry selain warna hitam dan bau yang memabukkan.

***

Harry membuka matanya yang terasa berat, yang dia lihat pertama kali adalah seekor ular yang lumayan besar sedang duduk di perutnya, entah apa itu bisa di bilang duduk.

"Minggir Nagini, jangan membuat tamu kita tidak nyaman," kata suara serak yang sudah lama tidak di dengar Harry. Siapa lagi kalau bukan musuhnya, Voldemort.

"Harry Potter," kini Voldemort mendatangi Harry yang masih terbaring di meja. Meja itu di kelilingi oleh pelahap maut lainnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya lagi.

"Tuan, di luar ada Dumbledore," kata salah satu penyihir yang Harry tidak tahu dia siapa.

"Untuk apa Dumbledore kesini?" Voldemort menyuruh Bellatrix untuk menemui tamu yang tidak di undang itu. Sementara dirinya masih menatap Harry.

"Bagaimana bisa bocah sepertimu tumbuh dengan cepat."

"Bukan urusanmu," kalimat yang pertama kali keluar dari mulut Harry. Voldemort tersenyum sinis menatapnya.

"Kau tahu ajalmu sudah dekat? Berkat temanmu sendiri. Bagaimana rasanya? Di khianati oleh teman baik?" Tanya Voldemort, Harry sontak melihat sekelilingnya, tapi disana tidak ada Stela.

Sementara itu di depan, tepatnya Dumbledore yang di sambut oleh Bellatrix dengan tawanya yang menggelegar.

"Professor Dumbledore, apa kau tersesat?" Tanya Bellatrix, berjalan memutari Dumbledore dengan tingkah kekanak-kanakannya.

"Kembalikan muridku," permintaan Dumbledore langsung di tertawai oleh para pelahap maut yang ada di belakang Bellatrix.

"Harry Potter?"

"Bukan, Ms. Slytherin," jawaban Dumbledore membuat mereka yang awalnya menertawainya menjadi bungkam.

"Apa aku tidak salah dengar, Professor?"

"Tidak, kembalikan muridku, Bellatrix."

"Sepertinya Potter sudah tidak berguna untukmu, Professor."

***

Bellatrix membawa Dumbledore masuk. Saat itu di dalam sudah ada banyak orang termasuk Stela juga ada disana. Sementara Harry masih ada di posisi yang sama.

"Ah, Dumbledore. Selamat datang, dan nikmati hiburanmu," Voldemort mengayunkan tongkatnya ke arah Harry yang tidak bisa bergerak.

"Avada kadavra!" Kilatan cahaya berwarna hijau itu menembus ke arah tubuh Harry, seketika itu juga dia tidak bernafas untuk selamanya.

Para pelahap maup tertawa dengan sangat kencang, terutama Voldemort yang langsung membuat pengumuman yang bisa di dengar oleh penyihir manapun.

"Harry Potter is dead and i win....bersiaplah untuk berperang atau kalian langsung menjadi sekutuku agar tidak terjadi pertumpahan darah....cukup Harry Potter yang tiada, jangan sia-siakan hidup kalian yang berharga untuk berperang denganku," suaranya menggema di seluruh dunia sihir. Tanpa terkecuali Hermione yang sedang ada di rumahnya, dunia Muggle.

Semua orang yang kenal baik dengan Harry tertunduk lemas ketika mengetahui Harry tiada.

"Let me go," kata Stela, setelah Voldemort selesai memberikan pengumuman. Dia memberi isyarat agar Stela mendekat ke arahnya.

"Ms. Slytherin, aku harus banyak berterimakasih kepadamu. Karena jika kau tidak menjalankan tugasmu, malam ini Harry Potter tidak akan terbunuh."

Voldemort sengaja memberikan mantra agar seluruh dunia sihir tahu siapa yang membantunya untuk membunuh Harry.

Di rumah keluarga Weasley.

"Stela yang bantuin?" Tanya Ron tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Dia keturunan Slytherin? Untuk apa dia membantu Voldemort?" Tanya Mr. Weasley.

"Bukankan itu sudah jelas?" Saut Ginny. "Maksutku, dia keturunan Slytherin dan kau-tahu-siapa dia berhubungan dengan Slytherin. Jadi mereka memiliki kesamaan," lanjutnya.

***

Malam itu juga Dumbledore membawa Stela ke Hogwarts. Yang tidak mereka ketahui adalah, para murid sudah ada disana untuk mengenang Harry Potter.

"Pembunuh," ucap salah satu siswa Hufflepuff yang melihat Stela berjalan melewatinya.

Stela tidak bergeming. Dia terus meneruskan langkahnya untuk menuju toilet Moaning Myrtle.

Ketika dia sampai disana, hantu pemilik kamar mandi itu tidak ada. Untunglah karena Stela sedang ingin sendiri, untuk saat ini.

"Udah gua duga lo bakal ada disini," kata Hermione yang di temani Ron di sebelahnya. Stela menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan kosong.

"Gua gak nyangka....lo bakalan ngelakuin hal itu, setelah semua yang kita alami bareng," Hermione melanjutkan.

"Gak ada pembelaan?" Tanya Ron heran, Stela tetap diam. Karena dirinya sudah lelah menghadapi semuanya sekaligus.

"Percuma Ron, dia gak akan buka mulut. Dia kan salah satu pelahap maut sekarang," setelah mengatakan itu, Hermione meninggalkan Stela. Ketika Ron hendak mengikutinya, tangannya di tarik oleh Stela.

"Temenin gua."

To be continued...

Dracosta ➤ Draco Malfoy Where stories live. Discover now