🧙 - seventeen

19 3 0
                                    

"Harry?" Hermione memanggilnya karena dia mendengar ada suara orang mengobrol di ruang rekreasi. Ketika dia memeriksa, ternyata ada Harry disana.

Yang dia kira pasti sedang mengobrol dengan Sirius Black menggunakan api yang ada di perapian, tebakannya memang benar tapi dia tidak menebak apa yang sedang mereka bicarakan.

"Gimana tadi?" Tanya Harry, yang dia maksud adalah rencana Hermione yang mengenang masa lalu bersama Draco.

"Lancar, btw....gak ada kabar dari Stela sama Ron ya?" Tanya Hermione. Hampir saja Harry mengatakan jika dirinya tahu dimana Stela dan Ron sekarang.

Akhirnya Harry hanya menggeleng sebagai jawabannya saat ini. Dia tidak tahu bagaimana harus bersikap jika akhirnya seperti ini.

"Lo gak kecewa sama Stela?" Tanya Harry. Saat itulah Apollo berjalan ke arah mereka, tapi terhenti ketika nama Stela disebut.

"Kecewa lah, orang mana yang gak kecewa kalau di gituin sama sahabatnya sendiri? Lo kalau jadi gua gimana? Kecewa kan? Mereka berdua tahu seberapa besar sayang gua ke Draco."

Saat itu juga Stela mengetahui apa yang sudah di katakan Hermione barusan. Apollo sengaja menghubungkan dirinya dengan Stela supaya dia bisa mendengar sendiri perkataan sahabatnya itu.

Stela terdiam. Dia merasa hancur, dia memang salah, salah besar. Namun dia tidak bisa memutar kembali waktu yang telah berlalu. Kalaupun bisa, dia bingung harus mulai dari mana.

"Kenapa?" Sirius memberikan minuman kaleng kepadanya. Sedari tadi dia mengamati tingkah Stela yang aneh.

"Kayanya aku gak bakalan balik ke Hogwarts," jawabnya.

"Karena Hermione?"

Dia mengangguk.

"Stela, aku dulu juga pernah melakukan hal yang salah. Bahkan sampai seluruh dunia sihir membenciku....aku akui ada sedikit kesalahpahaman disana, tapi aku tetap berusaha untuk membuktikan bahwa aku tidak salah."

"Tapi memang kau tidak salah Sirius, dalam kasusku, aku memang salah."

"Kalau begitu perbaiki, memang tidak segampang itu...tapi aku bisa membantu."

***

Ron pagi-pagi sekali sudah berlari bersama Sirius. Sudah lama dirinya tidak berolahraga secara manual, tanpa menggunakan sihir.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Sirius di pinggir jalan, mereka sedang beristirahat.

"Aku ingin kembali ke Hogwarts, meminta maaf kepada Draco dan Hermione."

"Tapi Stela tidak sependapat."

"Benar."

"Kau tahu kan kalau Voldemort pasti akan balas dendam?"

"Tentu, kenapa dia tidak."

"Mungkin itu bisa membantu memperbaiki hubungan kalian, dalam perang. Aku tahu ego Stela sangat besar mungkin perang bisa menjadi perantara."

Kelas di mulai dengan sorakan riuh ketika Cedric Diggory terpilih menjadi kapten Quidditch asrama Hufflepuff.

Mereka dengan senang memberikan selamat, walaupun berbeda asrama. Harry menyalami Cedric dengan senyuman mengembang.

Saat itulah langit yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap gulita. Dari arah barat, ada asap berwarna hijau yang muncul.

Semakin lama semakin banyak, sekarang asap itu membentuk sebuah ular seperti pertanda kedatangan Voldemort.

Saat itu juga datang beramai-ramai penyihir pelahap maut menaiki sapu terbang yang melayang menuju lapangan Quidditch tempat mereka berada sekarang.

Mereka turun dengan perlahan. Satu persatu dari mereka turun dengan tenang, berjalan mendekat ke arah kerumunan siswa yang di pimpin oleh Madam Rolanda Hooch.

Voldemort datang terlambat. Dia menyibak-nyibakkan para pelahap maut agar minggir dari jalannya. Melihat sekeliling seperti mencari sesuatu.

"Rolanda Hooch, bagaimana kabarmu? Ku harap kau baik karena mulai sekarang hari-hari mu akan melelahkan," ucap Voldemort, masih dengan mata yang tidak bisa berhenti memandang sekitar.

"Mencari sesuatu?" Tanya Madam Hooch.

Voldemort terlihat sedang berfikir lalu berkata, "dimana perempuan spesialku? Dimana dia?"

Semua murid saling pandang. Nama yang ada di pikiran mereka sama kali ini, Stela John Salazar Slytherin. Mereka pikir dialah orang yang dicari Voldemort sekarang.

Apollo bersembunyi di belakang tubuh Vincent Crabbe yang di sebelahnya ada Gregory Goyle dan Draco Malfoy tentunya.

Setelah tahu Voldemort mencari Stela, dengan cepat Draco mencari Hermione untuk melindunginya. Voldemort yang tahu pergerakan Draco hanya bisa tertawa.

"Sangat lucu melihatmu berubah drastis, Draco Malfoy," katanya.

"Seharusnya kau bisa lebih baik dalam mengurus keponakanmu, Bella," lanjutnya, berbicara dengan bibi Draco, Bellatrix Lestrange yang saat itu berdiri tepat di belakang Voldemort.

Kepergian Voldemort dari lapangan Quidditch membuat semua orang merasa lega. Namun juga ngeri ketika tahu sang penguasa kegelapan telah kembali untuk balas dendam kepada mereka.

Dua Minggu setelahnya.

Teror demi teror terjadi di Hogwarts, mulai dari banyaknya hewan yang belum pernah mereka lihat sampai banyaknya jebakan yang berada di sekitar Hogwarts yang mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit.

Dear my son,

Ibu sudah memperingatkan mu sebelumnya, tapi ini waktunya untukmu kembali ke rumah. Ibu tahu, kau pasti kecewa dengan perbuatan Stela dan ingin balas dendam, ibu tahu sifatmu itu.
Keadaan sekarang sangat genting, pangeran kegelapan telah kembali untuk membalaskan dendamnya dan ibu tidak mau kau terlibat, Draco.
Untuk kali ini tolong turuti perkataan ibumu, sekali ini saja kau menurut kepadaku.

Salam sayang,

Ibumu.

Draco membaca surat dari ibunya itu berulang kali. Mungkin sudah ke sepuluh kalinya dia membaca ulang. Dia berfikir, apa yang harus dia lakukan sekarang.

Tidak ada Stela disini, harusnya dia senang. Sumber masalahnya tidak ada, tapi di hati kecilnya berkata lain.

Dia rindu. Amat sangat rindu dengan senyuman yang Stela berikan hanya untuknya. Dia merindukan bibir yang telah lama tidak di ciumnya itu.

Dia rindu ketika memeluk tubuh Stela yang hangat, merasakan detak jantungnya yang berdetak begitu kencang hanya dengan obrolannya yang singkat.

Voldemort telah beraksi kembali, apa kau tidak ingin kembali dan menyelamatkan kita semua? Terutama Draco.

Suara Apollo terdengar di telinga Stela yang saat itu tengah tidur siang sehingga membangunkannya.

"Oh ayolah, gua mau tidur, Apollo!"

"Kenapa?" Ron tergesa-gesa berlari ke arah kamar Stela setelah mendengarnya berteriak. Dia kira ada yang mengganggu Stela hingga dia terbangun, dan itu memang ada.

"Apollo bilang dia udah berulah."

"Dia?"

Stela memutar bola matanya dengan malas, "Voldemort," katanya. Ron hanya ber-oh ria.

***

"Bring me Harry Potter and Stela John Slytherin," lagi-lagi Voldemort membuat pengumuman seperti saat dirinya menyerang beberapa waktu yang lalu.

"Maksa banget," komentar Stela yang juga mendengar perkataan Voldemort.

"Hahahaha," bukannya takut, Ron malah tertawa mendengar penuturan Stela barusan.

"Coba bilang kalo gua gak mau gimana?" Stela menantang Ron agar menjawab perkataan Voldemort dengan menggunakan mantra yang sama agar dia bisa mendengar.

"Ogah," tolaknya. Baginya sudah cukup berurusan dengan kemarahan Hermione.

"Cukup bercandanya, kalian harus serius untuk melawan Voldemort," ucap Sirius yang sedari tadi mengamati kelakuan Ron dan Stela.

"Siap, paman," ucap Stela masih dengan nada bercandanya.

To be continued..

Dracosta ➤ Draco Malfoy Where stories live. Discover now