9. 🥀DADDY🥀

2.8K 236 68
                                    

Di perusahaan Devan

"Kalau begitu saya permisi." Ucap Devan langsung melangkah pergi dari meeting hari ini.

Sungguh membosankan, tak ada yang menyenangkan kecuali saat ia bertemu dengan ulat miliknya.

Kira kira, anak itu sedang apa? Memikirkan wajahnya yang bodoh itu membuat ia gemas sendiri.

"Sialan, kenapa si ulet belum nelpon gue?" Tanya nya dengan perasaan gondok sembari melihat handphone milik nya yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan.

Beberapa menit ia menunggu, tetap saja tidak ada yang menelepon nya.

"Dasar bodoh, kenapa dia tidak menelpon?" Gerutu devan dengan kaki yang tidak bisa diam.

Drtt.. drtt .

Devan berhenti, dengan perasaan sedikit antusias ia segera mengangkat panggilan telpon sembari berdehem agar suaranya terlihat keren.

"Hallo." Ucapnya dingin

...

"Brengsek, kenapa kamu yang menelpon saya?! Dasar asisten tidak berguna." Bentak Devan kemudian menutup panggilan telpon dari sang sekertaris.

Siapa lagi kalau bukan Rion yang saat ini diam akibat shock sehabis di bentak.

Hey?? Apakah bos nya ini semakin gila?? Mengapa tiba-tiba berteriak seperti orang tak waras begitu.

"Dasar orang kaya menyebalkan" Gumam Rion menatap handphone nya kesal.

Sementara itu di ruang kerja Devan, ia benar benar merasa frustasi. Dirinya ingin sekali meremukkan sesosok anak kecil yang sudah membuat ia seperti ini.

Benar benar menyebalkan, ada apa dengan dirinya sekarang?? Apakah dia mulai gila?? Kenapa ia sangat merindukan buntelan bodoh yang tidak berguna itu?

________________________________••

Di taman kompleks dekat mansion keluarga Pradipto

"Adohh tamu jalan hati hati dong!! Liat tuh pelmen na aku jatoh." Resa menunjuk permen nya yang sudah terjatuh ke tanah.

Menatap kesal ke arah seorang anak perempuan yang seumuran dengan nya.

"Hikss huwaaaa maap." Tangis anak itu dramatis.

What the f---  Hey bukankah di sini ressa yang di rugikan?? Mengapa anak ini yang menangis?

Sialan, kenapa anak kecil di sini semuanya sangat menyebalkan?'

"Apacih, kok tamu yang nangis." Sungut ressa malas.

"Ganti lugi pelmen aku donk mahal nih, aku lagi miskin" Paksa Ressa membuat tangis anak itu semakin kencang.

"Bundaaa!!!" Teriak anak perempuan itu kencang membahana.

Ressa sedang tidak mengarang, demi apapun suara bocah ini terlalu sakti untuk kesehatan gendang telinga nya.

"Udah janan nangis, amu jadi makin cantik tayak monetna dola."

Ressa membantu anak itu berdiri, dan dia masih  menangis bahkan ingus miliknya pun sudah meluber ke mana-mana.

"Makacih udah bilang aku cantik, aku tau kok kalo aku cantik hehe."

"Kenalin namaku Yuki Tato, kamu panggil aku Yuki yahh" anak itu memperkenalkan dirinya pada Ressa yang di buat cengo setelah mendengar namanya.

Yuki Tato?? Pft-- Nama macam apa itu!'

Ingin sekali ia tertawa, tapi Ressa takut anak ini kembali menangis.

My Psyco Daddy ||Where stories live. Discover now