-II-069-11-

59 11 2
                                    

TUBUHKU bergetar, menggigil dengan nafas memburu. Aku langsung terlonjak kaget dan terduduk di atas kasur. Selain terkejut karena baru saja terbangun dari mimpi buruk, aku juga terkejut karena terbangun di tengah-tengah sebuah kamar mewah yang tidak aku kenali. Bernuansa tenang dengan lampu berwarna hangat yang seharusnya membuatku nyaman dan segar ketimbang ketakutan. Kasur luas yang empuk. Jenderal tinggi dengan tirai satin yang menjuntai——ngomong-ngomong aku bisa melihat cahaya matahari terik di sela-selanya. Barang-barang di ruangan itu tidak banyak, sepertinya bukan kamar dari seseorang. Lebih mirip kamar hotel atau kamar tamu di sebuah rumah. Aku langsung melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Kuperas pikiranku untuk mengingat-ingat kejadian sebelum aku sampai di tempat ini. Namun yang pertama aku ingat adalah mimpi buruk. Sudah dua malam semenjak aku pergi meninggalkan Ayah dan Bibi, dan aku semakin sering bermimpi buruk.

Sedikit demi sedikit, ingatan tentang malam sebelumnya aku ingat dengan jelas. Immanuel melanjutkan kisah tentang kakek buyutnya ketika kami bersiap untuk tidur. Aku bersandar di depan dadanya, sedangkan ia bersandar ke pohon. Evan dan Ethan bersandar di satu pohon yang sama tapi di sisi yang berbeda. Sedangkan Ella meringkuk di atas dedaunan kering tak jauh dari aku dan Immanuel.

“Vlad menerjang semua manusia di tempat itu. Membunuh dan memakan mereka hidup-hidup. Itu kali pertama ia menjadi makhluk buas. Meminum darah manusia dan memakan dagingnya. Hampir semua manusia yang ada di sekitaran tempat itu mati, namun ada beberapa yang berhasil lolos untuk menceritakan kisah baru sehingga menjadi mitos dan legenda baru di Eropa timur. Di tengah-tengah Vlad yang sedang tenggelam dalam amarahnya, kakek buyutku dan Mariam merangkak saling mendekat di sela-sela tubuh mereka yang terbakar. Matahari semakin meninggi, membuat cahayanya yang hangat bisa lolos dari perisai bayangan hutan. Setengah tubuh mereka sudah terbakar habis, tapi tangan mereka sudah saling menyentuh. ‘Aku mencintaimu, terima kasih atas kehidupan yang menakjubkan yang engkau berikan,' kata Mariam. ‘Aku lebih mencintaimu. Engkau adalah cahaya dan harapan dalam hidupku,' balas suaminya.

“Vlad sadar jika kedua orang tuanya sedang sekarat, perubahan emosi tiba-tiba yang terjadi membuatnya kembali ke tubuh remaja tujuh belas tahun. Karena ia belum pernah berubah menjadi makhluk sebesar itu sebelumnya, tenaganya habis. Ia bahkan kesulitan berdiri, apalagi berlari untuk mendekap kedua orang tuanya. Tapi ia tidak menyerah, ia tetap bergerak mendekati mereka. Ia berdiri, mencoba berlari dengan kaki pincang lalu terjatuh, ia mencoba bangkit kemudian merangkak dan kembali terjatuh, terus seperti itu sampai ia akhirnya sampai. Ia menangis tersedu-sedu melihat tubuh dua orang yang paling ia cintai, yang sekarang hanya tinggal seperempat. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan keduanya. ‘Ayah, Ibu,” lirihnya, memanggil kedua orang tuanya. ‘Kau hebat, Anakku. Kau akan menjadi pria perkasa,' puji ayahnya. ‘Gunakan kekuatanmu untuk melindungi dirimu sendiri dan orang yang kau cintai, nanti.’ Vlad mengusap air mata di wajahnya ketika mendengar kalimat dari kedua orang tuanya itu. ‘Tapi Ayah dan Ibu tidak bisa aku selamatkan,' jawab Vlad. ‘Kisah kami sudah berakhir. Tapi kisahmu baru akan terbit,' ujar kakek buyutku. ‘Aku mencintai Ayah dan Ibu,' kata Vlad, air mata semakin mengucur deras dari matanya. Mariam berusaha meraih wajah Vlad dengan tangannya yang masih utuh, sedangkan tangannya yang lain——yang sudah hampir menjadi abu——masih menggenggam tangan suaminya. ‘Percayalah, kita akan bertemu kembali. Dan sebelum itu terjadi, jalanilah hidupmu dengan baik. Kau akan menemukan orang-orang baru yang akan sangat kau cintai. Lindungilah mereka dengan seluruh kekuatan yang kau miliki.’ Vlad mendekatkan wajahnya agar bisa bersentuhan untuk terakhir kalinya dengan tangan sang ibu. ‘Ada jalan untuk kita berpisah, dan jalan lainnya akan menghubungkan kita untuk kembali bertemu. Kematian bukanlah akhir dari semuanya. Kematian adalah pintu ke kehidupan yang lain. Berjanjilah kau tidak cepat-cepat menyusul kami, Nak,' ujar ayahnya.

“Tangan Mariam yang menyentuh pipi Vlad sudah berubah menjadi abu. Sekarang Vlad beralih memegang kedua tangan ayah dan ibunya yang saling menggenggam dengan lembut, agar ia tidak menghancurkan tangan-tangan rapuh itu dengan mudah. ‘Selamat tinggi, Putra Kesayangan Kami. Kami berdua mencintaimu,’ kata mereka, berbarengan. Lalu tubuh-tubuh keras bagaikan batu marmer tersebut berubah menjadi patung arang, kemudian terjatuh ke atas rerumputan menjadi serbuk abu. Vlad bersimpuh dan menangis di atas abu kedua orang tuanya sampai beberapa saat. Sampai akhirnya ia bangkit dengan mata berkilat-kilat karena dendam, ia tidak menghiraukan rasa lelah dan tubuhnya yang tidak bisa bergerak, ia kembali berubah ke wujud naga dan terbang ke langit. Pembalasan dendamnya dimulai pada saat itu. Pembantaian umat manusia terjadi besar-besaran.”

Membeku #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang