05 - Es Krim

Mulai dari awal
                                    

"Pelan-pelan, nggak bakal ada yang minta es krim lo kok. Kalo perlu nanti gue beliin lagi." ujar Allaric sembari memberikan tepukan pelan dibahu Alana. Ia tak menyadari jika ucapannya tadi dapat membuat hati mungil Alana berdisko sekian kencangnya.

"Ehm, astaga jantung aku.." gumam Alana bingung sendiri.

"Kak Allaric jangan gitu, aku ini perempuan." omel Alana.

Allaric menatapnya heran. "Lo emang perempuan, siapa yang bilang lo cowok?" tanya nya kembali.

"M-maksudnya, maksudnya gitu deh. Pokoknya jangan sembarangan bilang suka. Nanti suka beneran baru nyesel." Alana menunduk tak mau bersitatap dengan Allaric, ia memakan es krimnya kembali dengan tangan yang gemetaran.

"Gue emang suka sama lo, dan gue nggak menyesel akan hal itu." jawab Allaric mantap.

Jantung Alana semakin tak karuan mendengar ucapan Allaric. Cowok itu menyatakan perasaannya segamblang ini tanpa ada rasa malu sedikitpun. Alana pikir, urat malu Allaric telah putus.

"Apa sih, Kak Allaric nggak usah aneh-aneh." tegas Alana berusaha tetap kalem.

"Apa yang aneh? Gue manusia, gue cowok, suka sama cewek itu hal wajarkan?" sahut Allaric.

Ia melirik beberapa mobil yang melintas dan berdehem pelan, lalu meneruskan ucapannya. "Kecuali kalo suka sama sesama jenis, sesama cowok. Itu kayaknya..."

"Ya lo bisa menilai sendirilah." sambung Allaric.

Mulut Alana terkunci seakan kehabisan kata-kata. Ia biarkan saja Allaric mau berbicara apapun itu.

"Alana, jangan diem." ucap Allaric.

Dan seperti biasa, larangan adalah perintah. Alana semakin membisu tak mau membuka suara.

"Jadi pacar gue, mau? Kalo diem berarti iya, kalo jawab berarti iya."

"Ih apaan, curang!" sewot Alana.

"Oke fiks, lo jadi pacar gue." goda Allaric. Melihat muka Alana yang memerah tiba-tiba ia semangat untuk menggodanya.

"Aku kan nggak bilang iya." protes Alana. Ia melemparkan bungkus es krim kedalam tong sampah yang berada tak jauh darinya.

"Kayak yang gue bilang tadi. Diem artinya iya, jawab artinya juga iya." jelas Allaric tetap santuy.

"Maksa." sungut Alana, jika dilihat dari wajahnya sepertinya perempuan itu merajuk.

Allaric tertawa kecil, ia menarik tangan Alana pelan untuk segera beranjak dari sana.

"Bercanda doang, nggak usah marah. Lo marah makin cantik, kalo gue makin suka jangan salahin gue nanti." kelakar Allaric. Lengkungan kecil dibibir Alan terbentuk. Ia tersenyum malu-malu kucing.

"Mau kemana?" tanya Alana.

"Jalan-jalan dulu, mau? Gue pengin ajak lo muter-muter kota sambil liat sunset. Seru banget, gue yakin lo bakal suka." ajak Allaric, senyum laki-laki itu menjadi riang saat memasangkan helm dikepala Alana.

"Boleh, tapi jangan sampai terlalu sore ya, Kak. Nanti aku dimarahin Mama." sahut Alana. Ia juga tak munafik dengan menolak ajakan Allaric. Alana juga ingin melihat sunset yang akhir-akhir ini hanya dapat ia lihat dari balik jendela kamar.

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang