Tanpa menanggapi keterkejutan Kaycia, Asten yang kebetulan saat itu sedang mengunyah permen karet, ia lagi-lagi menempelkannya di rambut Kaycia.

"Kak Asten!!!" teriak Kaycia dengan wajah yang memerah menahan emosinya. Boleh saja Asten menyuruhnya membersihkan apapun itu, terkecuali mengenai rambutnya. Kaycia sensitif dengan itu.

Tanpa di duga-duga, Kaycia menendang selangkangan Asten hingga membuatnya menggaduh kesakitan. Asten belum siap menampik serangan tiba-tiba dari Kaycia.

Sedangkan disebrang sana, Tio dan Ren yang masih melihat rekaman CCTV tertawa lepas sekaligus merasakan apa yang Asten alami. Hebat juga si cupu itu, bisa melakukan hal tersebut pada Asten. Pikir mereka.

"Pertunjukkan ini semakin seru," ujar Tio dan diangguki Ren.

Kita balik lagi di mana Kaycia dan Asten berada.

"O'ow," Kaycia menutup mulutnya, sepertinya ia sudah melakukan kesalahan besar telah memancing singa yang tertidur. Salah, melainkan singa yang sudah mengaung.

Sebelum Asten mengeluarkan cakarnya, Kaycia segera berlari dari sana, menjauhi kemungkinan yang akan terjadi padanya.

Dirinya terus berlari tanpa memperdulikan orang-orang yang tanpa sengaja ia senggol. Sampai akhirnya, dirinya tak sengaja menabrak seseorang sampai dirinya terjungkal ke belakang.

"Aduh, sial banget sih gue!" Kaycia mengelus bokongnya.

Ia berdiri dengan tertatih seraya meminta maaf atas kesalahannya tadi. Namun, wajahnya menjadi semakin muram ketika melihat siapa yang ditabraknya itu.

Dia adalah Fani, kakak kelas yang melabraknya tempo hari.

"Ma-maaf kak," ucap Kaycia, siap menerima cercaan dari Fani.

Namun, Kaycia salah. Tanpa diduganya Fani hanya mengangguk, setelahnya pergi begitu saja dengan tergesa-gesa.

Melihat itu tentu  membuat Kaycia terheran-heran. Ada apa dengan kakak kelas galaknya itu, apa ada yang salah dengannya. Batin Kaycia penuh tanya.

Saat memikirkan hal tersebut, ia pun kembali teringat pada Asten. Ia melanjutkan larinya menuju tempat aman.

"Lo kenapa?" tanya Rere.

Dengan nafas yang tersengal-sengal sambil memegang dadanya yang sedikit sesak, Kaycia merebut sebotol air ditangan Rere lalu meminumnya. Rere dibuat bingung oleh kelakuan Kaycia. Apa Kaycia sedang bermain kucing-kucingan, pikir Rere. Rasanya tidak mungkin.

"Lo kenapa sih?" kembali, Rere bertanya.

"Dikejar setan." jawab asal Kaycia.

"Setan? Lo liat setan?" tanya Rere dibalas anggukan Kaycia.

"Jadi, lo--- Lo punya mata batin kayak Roy Kiyowo itu?" Rere nampaknya percaya dengan ucapan Kaycia.

"Kiyosi Re ... Roy Kiyosi!!" Kaycia membenarkan ucapan Rere.

"Ya itu maksudnya."

Kaycia menggeleng, "nggak. Ini yang gue liat setannya beda dari setan yang lain."

"Kayak gimana?"

Kaycia memijat pelipisnya, "Re, udah ya jangan bahas setan lagi. Gue mau istirahat bentar sebelum jam kedua dan ketiga dimulai." ucapnya, sedangkan Rere mengangguk seraya memikirkan perkataan Kaycia.

"Setan yang beda dari setan yang lain. Kayak gimana bentuknya?" pikir Rere.

🍭MNIP🍭

Akhirnya jam yang dinantikan telah tiba. Dering bel sekolah sudah berbunyi. Menandakan jam pulang datang. Semua orang tengah berhamburan keluar kelas, begitupun Kaycia dan Rere. Mereka tengah merapikan peralatan sekolah untuk dimasukkan ke dalam ransel.

Saat keduanya berjalan keluar kelas, tiba-tiba sesuatu yang lengket dan bau, meluncur bebas dari atas kepala Kaycia. Guyuran itu tepat mengenainya, hingga membuat ketiga pria tertawa terbahak-bahak melihat itu.

Mereka bertepuk tangan, menandakan keberhasilan mereka telah mengerjai Kaycia.

"Guys, liat mukanya ... Tambah jelek! Hahaha," tawa Ren.

Kedua tangan Kaycia mengepal kuat, dadanya bergemuruh hebat. Tak disangka, mereka berbuat seperti ini padanya.

Dengan tangan dikedua saku celananya, Asten berjalan menghampiri Kaycia. "Itu gak seberapa sama perbuatan yang lo lakuin tadi sama gue." menarik ujung bibirnya.

"Oh ya, besok lo harus ke kelas gue. Ada yang mau gue sampaikan," lanjutnya, lalu melangkah pergi bersamaan dengan siulannya.

'Gue gak sudi ngikutin perintah lo!' Kaycia menatap nyalang punggung Asten.

Sebelum pergi mengikuti langkah Asten, Tio menepuk pundak Rere yang masih dengan keterkejutannya. "Lo cantik, gak cocok temenan sama si cupu." bisiknya diakhir dengan kerlingan matanya, menggodanya.

"Ci, lo gak apa-apa?"

Kaycia melepas kacamatanya yang sudah dipenuhi lumpur. "Gue gak apa-apa, cuman baju gue kotor. Gue gak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini." suara Kaycia sudah bergetar, hampir saja ia menangis, membayangkan kedua orangtuanya dan kedua kakaknya mengetahui hal ini.

"Lo pake baju gue aja yang di loker. Kebetulan baju itu belum gue pake."

"Makasih Re,"
.
.
.
.
.

To Be Continue 🦋

To Be Continue 🦋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now