[2] Kenapa Susah Bikin Dia Jadi Mantan?

511 88 23
                                    

Dear barisan para mantan, gimana bab pertama kemarin?

Jangan lupa tinggalkan jejak voment.

Boleh banget ditandai yang saltik atau typo.

Terima kasih.


Love aya

nb. DM-ku selalu terbuka buat yang mau nyurhatin kelakuan mantan.

Thanks to awomancalledt untuk inspirasinya

oOo


Bersikap menyebalkan adalah tips pertama Dasha. Alih-alih mengucapkan terima kasih kalau di antar jemput, aku cukup turun tanpa bilang apa-apa. Aku nggak boleh menganggap Jeha istimewa. Kalau dia melakukan sesuatu, tanggapi dengan, "Gitu doang, semua orang juga bisa." Bisa juga pakai, "Gue nggak minta dibantu. Apa gue kelihatan kayak orang susah yang butuh pertolongan?"

Daripada mengatakan 'hai' atau salam, aku lebih baik mencebikkan bibir atau menarik lurus ujung bibirku. Daripada menanggapi panggilannya dengan 'apa?' atau 'iya', aku disarankan untuk menggunakan jawaban yang minim effort  seperti 'hm'. Kalau dia ngomong panjang lebar, aku cukup jawab, 'oh gitu' atau 'apa iya?'

Ada efeknya? Awalnya ada. Lama-lama nggak ngefek. Jeha selalu punya cara buat membuatku lebih kesal lagi dan ujungnya jawabanku lebih panjang.

Lama-lama aku kapok pakai trik itu. Gara-gara Dasha nyuruh pakai tanggapan yang lebih ekstrim. Misalnya, mengganti pertanyaan 'lagi apa?' saat telepon dengan 'masih napas?'

Tahu jawaban Jeha? Dia diam lama di seberang sampai aku mendengar suara orang megap-megap kayak kehabisan napas. Lalu, sambil terbata dia bilang, "To-tolong Au, gu-e b-butuh napas buat-an."

Edan lama-lama aku!

oOo


Trik putus sebelumnya tidak berhasil. Kini aku mencoba trik lain yang disarankan Dasha.


Maaf ya nggak bisa antar balik.

Y

Lo marah?

G

Layar hp lo rusak?

G

Oke fixed rusak.


Sudah tiga harian aku mempraktikkan saran Dasha dengan cara yang dinamakannya sebagai hubungan sehambar air tawar—terus gimana air mineral yang ada manis-manisnya itu?—Tidak menghubungi jika tidak dihubungi duluan. Tidak bicara jika tidak ditanya duluan. Jika pun dihubungi dan ditanya, jawab sesingkat-singkatnya. Jika dia ngajak jalan, jangan terlihat terlalu senang atau kesal. Datar. Tawar. Kalau sudah begitu, Jeha dijamin bosan dan ikhlas melepaskan. Benar-benar ide brilian. Siapa yang bisa tahan dengan hubungan semacam ini?

Teriakan Mama dari kamar mandi membuyarkan senyum di bibirku. Mama memintaku mengangkat telepon rumah. Iya, emang enggak salah. Telepon rumah. Di saat orang-orang udah memutuskan berhenti berlangganan telepon rumah, mama masih pakai. Alasannya sederhana, nomornya sudah terkenal di kalangan pelanggan air bersih. Bisnis yang diturunkan dari kakekku sudah berjalan puluhan tahun dan operasional bisnisnya tetap sederhana. Mama cuma punya satu orang yang mengelola pembukuan, satu mengurus administrasi, dan satu perantara yang mengatur operasional keluar masuk tanki air. Kantornya juga cuma di rumah. Driver tanki air sendiri ada lima orang. Sementara soal urusan menerima pesanan, siapa pun yang mengangkat telepon wajib mencatat di buku pesanan. Sejak memutuskan buka 24 jam, praktis aku atau mama yang paling sering berhubungan dengan pesanan pelanggan.

Mantan Rasa SetanWhere stories live. Discover now