Bagian 18

890 79 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






"Sorry gue nggak bisa Fan" Tolak Sridevi, membuat hati kecil Afan hancur.

"Gapapa kali Dev, Lo gak sudah minta maaf"

"Gue bakal tungguin Lo siap buat jadi pacar gue" Sambung Afan.

"Makasih Fan, udah bisa ngertiin" Ucap Sridevi sedikit tidak enak dengan Afan.

Setelah menaiki bianglala, akhirnya Afan dan Sridevi berjalan menelusuri pasar malam.

"Mau main apa lagi" Tanya Afan?

"Udah pulang aja, gue capek"

"Yaudah ayoo" ajak Afan.

Mereka berdua sudah sampai di parkiran, Afan menyodorkan sebuah helm untuk Sridevi pakai.

"Pegangan, nanti jatuh" Titah Afan.

"Gak usah, gini aja"

"Bener gak jatuh? Kalau jatuh jangan salahin gue " Afan masih mencoba mencairkan suasana, Sridevi hanya memutar bola matanya.

Setelah Afan memutar kunci motornya, lantas dia langsung memutar gass secara mendadak, membuat Sridevi kaget bukan main dan seketika langsung memeluk Afan dengan sangat erat, dirinya memekik karena Afan sudah berhasil membuat jantungnya berdegup tidak terkendali.

Afan sengaja melakukan itu agar Sridevi berpegangan ke pinggangnya, jika tidak begitu maka Sridevi tidak akan mau berpegangan.

"Afan!!, Lo ngeselin banget sihh!!" Bentak Sridevi sembari memukul-mukul punggung Afan, yang di pukul malah tertawa dengan kepanikan gadis itu.

Saat Sridevi akan melepaskan tangannya dari pinggang Afan, dengan sigap lelaki itu menggenggam tangan gadis itu agar tidak melepaskan nya, akhirnya Sridevi menurut saja.

Dan kini mereka berdua sudah tiba di kontrakan Sridevi.

"Makasih fan buat malam ini, dan maaf soal tadi" Ucap Sridevi.

"Gapapa santai aja, gue pamit" Ujar Afan, lalu pergi dengan motornya.

"Sorry fan" Sridevi gumam dalam hati, lalu masuk ke dalam kontrakan.




...000...



Hari ini kelas sebelas MIPA 1 Kembali jam kosong, para manusia penghuni kelas ini pun merasa sangat bahagia, waktu yang paling di tunggu-tunggu saat di sekolah tak lain jam kosong, bel istirahat, dan bel pulang sekolah, pasti semua murid manapun menyukai ketiganya.

Jam kosong kali ini, lima puluh persenya lebih memilih konser dangdut, dan sisanya lebih memilih bergosip, pergi ke kantin, ngadem di perpustakaan, mabar main bareng, nonton Drakor, dan lain-lain.

Suara berisik konser memekakkan telinga, bagaimana tidak peka di telinga jika konsernya memakai mic, satu toa, dan tiga speaker.

Nanging ngopo, walesanmu neng aku
Kowe luwih milih dek'e
Kowe ninggal aku ninggal tatu
Kurang opo, nek ku mertahanke kowe
Kowe malah ngeboti liyane

Aku kaget ndelok status mu tangan gandengan
Jelas udu ro aku sik ngancani koe tahunan
Janjimu janji taek jare arep tekan tuek
Nyatane cangkemu elek ati ajur mbok suwek

Tiwas wis nguwang wektu aku ngancani dapurmu
Wong kere koyo aku tok tendang seko uripmu
koe ngeboti bondo dinggo nuruti gengsimu
Koe milih kono sik iso nuruti senengmu

"Sawer dulu mang" celetuk salah satu murid dengan mengibas-ngibaskan uang lima ribuan.

Mereka bernyanyi serempak dan suaranya terdengar bersahutan. Jika boleh jujur, suaranya tidak ada yang merdu-merdunya sama sekali, lebih mirip suara suporteran.

"Tung dundang mbokmu...tung" Suara Bayu yang menirukan suara gendang.

"Ayolah kumpul semua nya, kita bikin video untuk di upload di Ig, sekalian konser dangdut" Ajak Paul.

"Muka gue jangan kelihatan dong, gue udah terkenal kalem di luar, masa di kelas jadi bobrok gini"

Suara-suara rusuh yang lainnya lebih kentara daripada suara penyanyi nya, memang susah sekali diatur ini kelas.

Yang lainnya pun kembali fokus untuk melihat dan mengikuti konser dadakan ini, ada yang joget-joget tidak jelas, nyawer, ataupun ikut heboh jadi penonton bayaran. Sembilan puluh persen dari mereka berhasil di kumpulkan.

Suasana riuh pun terdengar di sudut-sudut kelas sebelas MIPA 1, mereka tidak menghiraukan kelas tetangga yang sedang pelajaran, bodoamat dah pokoknya, selagi tidak di tegur guru ya terobos aja.

Ditengah-tengah konser dangdut tadi, tiba-tiba ada seorang guru yang membuka dengan kasar pintu kelas. Para kerumunan masa tadipun terkejut dan terbengong-bengong. Mereka masih syok melihat guru itu lakukan.

"WOII bubar-bubar" akhirnya salah satu dari mereka tersadar apa yang akan segera di perbuat guru itu.

"Apa-apaan ini? Kelas atau pasar? Kelas MIPA kok tidak bisa di atur, jika gurunya belum datang dicari, ada tugas dikerjakan, bukan malah nyanyi-nyanyi tidak jelas seperti ini. Memang kalian suaranya bagus? Itu speker juga, kelas sebelah lagi pelajaran ehh malah nyalain musih keras-keras, kalau sampai diulangin lagi, saya akan hukum kalian semua. Paham tidak!!?" Cerocos guru yang membuka pintu dengan tak berperasaan tadi.

"Paham pak" Seru mereka bersamaan.

Guru itupun segera kembali ke habitat asalnya yang tak lain kelas yang sedang diajar tadi, namun , dengan tidak tahu dirinya kembali melakukan aktivitas yang terhenti, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Kira-kira peribahasa nya seperti itu.





Jangan lupa vote and komen
Terimakasih

22 Juli 2023

CINTA DAN RAHASIA Where stories live. Discover now