🍠Prolog 🥕

19 2 0
                                    

Siang itu saat hujan sedang lebat-lebatnya, keempat personil NOIR berkumpul di ruang rapat agensi bersama manajer mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang itu saat hujan sedang lebat-lebatnya, keempat personil NOIR berkumpul di ruang rapat agensi bersama manajer mereka. Septa, pria itu sedari tadi hanya menatap wajah mereka satu-persatu dengan ekspresi yang sangat tidak mengenakan. Berkali-kali helaan napas berat keluar dari mulutnya menyiratkan ketidaksetujuan.

Sambil bertopang dagu di atas meja, pria itu bertanya, “Kalian semua yakin mau minta cuti??”

Kompak saja keempat orang itu mengangguk.

“Heh yang benar saja?!”

Semua terkaget-kaget ketika Septa berteriak sambil menggebrak meja. Setelah ini, pasti mereka akan mendapat ceramah panjang lebar dari manajer itu.

“Saya gak habis pikir sama kalian. Memang, saya selalu mengajarkan kekompakan dalam grup. Tapi saya gak mengira kalian jadi kompakan minta cuti juga?” Septa membuang napas frustasi.

Kemudian, Agus selaku yang tertua pun mulai berani angkat bicara, “Tapi bang Dar, saya kan sebelumnya udah bilang kalo setelah rilis album, saya mau minta cuti.”

“Iya, alasannya apa?”

Mendengar pertanyaan Septa, Agus mendecak sebal. “Istri saya mau lahiran bulan ini, astaga...”

Namun Septa masih juga ngeyel, “Kan yang lahiran istri kamu, kenapa kamu yang cuti?”

“Bang lo bener-bener ya!!” Agus pun mulai jengkel.

“Eeehh... Iya iya deh, saya izinin. Tapi kamu jangan lupa pikirin projek selanjutnya ya...”

“Aman sih, tenang aja bang..”

Akhirnya Septa pun bisa bernapas lega untuk satu orang personil. “Terus kamu Jojo, ngapain ikut-ikutan minta cuti juga? Kamu vokalis loh, nyawanya band ini. Kalo gak ada yang nyanyi nanti kita gak ada job.”

Perkataan Septa membuat keempat orang itu mengurut dada, ‘Cuan teruuss..’ batin mereka.

“Ya justru itu bang, saya harus recovery suara saya dulu sebelum tampil di berbagai event. Nanti kalo suara saya tiba-tiba abis pas manggung, abang mau tanggung jawab?”

“Hhhh.. Yaudah deh, karena alasan kamu demi menjaga suara agar tetap bagus, saya izinin.. Tapi khusus kamu 3 bulan cukup ya?”

Jojo pun merosot dari kursinya. “Yaampun.. Gini amat jadi vokalis..”

Merasa tak adil, ia pun memprotes, “Bang Dar, yang suaranya bagus kan bukan cuma saya. Si Sena, Ian, kenapa harus saya bang, kenapa harus saya terus..??”

“Yeeuu.. Terima aja sih jo, udah syukur lo dikasih cuti,” celetuk Sena.

“Ya tapi ini gak adil! Gua keberatan cuma dikasih cuti 3 bulan, sementara kalian setengah tahun!”

“Astaga, cuma beda 3 bulan loh bang Jojo.” Ian pun akhirnya ikut menimpali.

Di tengah perdebatan ketiga bocah itu, Agus diam-diam keluar dari ruangan itu setelah pamitan menggunakan isyarat kepada Septa.

Septa hanya bisa menelungkupkan kepalanya di bawah kedua lengannya, pusing sekali mendengar tiga bocah yang ribut-ribut itu.

Pada akhirnya, Septa pun mengalah, dan memberi waktu masing-masing 6 bulan kepada mereka bertiga.

Sorakan penuh kebisingan pun memenuhi ruangan, menambah pengang telinga Septa.

“Tapi ada satu syarat,” Kata Septa sebelum Ian, Sena dan Jojo keluar. “Kalian harus membuat masing-masing satu buah lagu setelah kembali ke sini, mengerti!?”

Dan mereka pun setuju.

*
*
*

Sore harinya, Ian dan Jojo langsung berangkat ke stasiun untuk pulang ke Tanggerang. Sedangkan Agus dan Sena yang orang Samarinda memilih untuk pulang esok hari karena cuaca yang buruk tidak memungkinkan mereka berdua untuk mengambil penerbangan hari ini.

Di dalam kereta, mereka menggunakan masker dan topi agar tidak dikenali oleh siapapun. Ian dan Jojo cukup sadar bahwa kini mereka bukanlah orang biasa. Di manapun berada, pasti akan ada penggemar mereka, jadi harus berhati-hati jangan sampai terlihat mencolok dan menarik perhatian orang-orang.

“Bang jojo, lo beneran serius minta cuti buat recovery suara?” tanya Ian membuka topik obrolan.

Jojo terkekeh dibalik maskernya. “Sebenarnya kaga sih, gua cuma jenuh aja gitu nyanyi-nyanyi terus. Sekali-kali gua pengen lakuin hobi lain, misalnya buka les ballet kek di kampung gua.”

Sontak Ian tertawa ngakak.
“Iya ih lumayan tuh bang, liburan lo jadi lebih produktif dan ngehasilin cuan. Sesuai ajarannya bang Dar ya.”

“Nah iya makanya kan, gua juga gak mau kalah noh sama si Sena. Dia kan sebelum gabung di NOIR udah terjun di dunia modelling. Ya paling pas nanti pulang di Samarinda dia digaet jadi BA sarung istimewa.”

Lagi-lagi mereka berdua tertawa ngakak, membuat penumpang di samping mereka menegur supaya mereka jangan terlalu berisik.

Mau gak mau, dua cowok random itu harus minta maaf dan memelankan suara mereka.

“Duuhh.. Untung gak ada yang ngeh sama suara kita,” ucap Ian lega.

“Bang Agus tuh yang paling enak. Udah mah dikasih cutinya bebas, gaji ngalir terus lagi. Pantes aja udah kebeli Pajero Sport.”

“Ya tapi kan bang jo, bang Agus juga yang paling capek produserin lagu-lagu kita.”

“Iya bener juga sih, bang Dar juga pasti capek banget ngurusin kita berempat. Mana kita mah pecicilan orang-orang nya susah diatur, gak inget umur. Kadang gua suka malu sendiri tau.”

“Yaelah bang, baru sadar lo?”

Mereka berdua pun diam sebentar, tiba-tiba Jojo kepikiran sesuatu, “Oh iya, btw lo sendiri kenapa minta cuti?”

“Hmm, gua ya..” Ian termenung beberapa saat, bingung sendiri karena gak punya alasan.

“Sebenernya gua cuma ngikut kalian aja. Sama ini loh, gua kangen masakan emak, hehehe..”

Jojo cuma bisa ternganga mendengar jawaban Ian.

*
*
*

TBC

My Sweet PotatoWhere stories live. Discover now