chapter 10 : protective

8K 443 58
                                    

༺❀༻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

༺❀༻

Milan memarkirkan motornya di depan sebuah rumah sakit membuat Berlin termenung sejenak. Langit sudah gelap, Bunda-Nya akan khawatir apabila tidak melihat Berlin di rumah.

"Kok ngajak gue ke rumah sakit?" tanya Berlin yang masih belum berkutik dari tempatnya.

"Nanti gue pesanin taksi buat lo," ucap Milan setelah melepas helm, "turun dulu."

Berlin mengernyit namun mengikuti perintah Milan untuk turun dari motor lelaki itu. Kemudian, Berlin melepas helm dan kembali menghadap Milan.

"Kenapa gak dari basecamp Salvador aja lo pesanin taksi buat gue?" tanya Berlin.

Alih-alih menyahuti pertanyaan Berlin, lelaki itu membuka ponselnya. Berlin memutar bola mata malas, dengan kesal dia merampas ponsel Milan.

"Karena gue udah terlanjur ikut lo, berarti lo harus tanggung jawab anter gue sampai rumah, jangan setengah-setengah," ucap Berlin. "Emang lo mau jenguk siapa?" tanya gadis itu kemudian.

"Kamila," ucap Milan yang mengambil kembali ponselnya, kemudian dia membalikkan tubuh masuk ke dalam rumah sakit.

Berlin mengernyitkan dahi berpikir, lalu dia tersenyum dan berlari menghampiri lelaki itu. Berlin melangkah pelan mengekori Milan sampai keduanya berada di depan pintu ruangan VIP. Milan memasuki ruangan tersebut dan diikuti oleh Berlin. Sesampainya di dalam, ekor mata Berlin menangkap Kamila yang sedang terbaring.

"Kamila," panggil Milan pelan.

Kamila membalikkan tubuh ketika namanya disebut, kedua mata bulatnya berbinar saat mendapati Milan.

"Abang!" Kamila merentangkan tangan yang kemudian disambut pelukan hangat oleh Milan.

Kedua sudut bibir Berlin terangkat ketika melihat pemandangan hangat dihadapannya, sebelumnya Berlin tidak pernah mengira bahwa Milan sangat penyayang, kini lelaki itu membelai rambut Kamila penuh sayang.

"Cewek cantik dibelakang Abang itu siapa?" bisik Kamila penasaran, lalu anak kecil itu melepas pelukannya.

Milan menoleh pada Berlin membuat gadis itu mengangkat sebelah alis, kemudian Milan menarik lengan Berlin mendekat. Berlin memberikan tatapan kesal pada Milan, namun raut wajah gadis itu berubah menjadi manis ketika berhadapan dengan Kamila.

"Halo, aku Berlin," ucap Berlin memperkenalkan diri untuk kedua kalinya.

Kamila mengernyit namun sedetik kemudian anak kecil itu tersenyum.

"Teteh tinggal di samping rumah Abang, ya?" tebak Kamila yang langsung diangguki oleh Berlin.

"Iya itu aku, senang ketemu Mila lagi, terakhir kita ketemu itu udah lama banget," ucap Berlin.

Kamila mengangguk, "huum, soalnya Mila nggak tinggal sama Abang, kalau teteh mau main kucing sama Mila, teteh boleh kok datang ke rumah Bunda," ucapnya.

MILAN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now