EXTRA: EZRA

138 23 115
                                    

After The Cure: So It Can Be A Pagecoming soon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

After The Cure: So It Can Be A Page
coming soon...


Sejujurnya, gue bingung harus mulai nulis dari mana.

Apa yang gue alami, bisa dibilang nggak masuk akal manusia. Gue sendiri selama hidup nggak pernah membayangkan bakal melewati masa-masa itu. Tapi begitu semua selesai, gue sadar kalau itu memang rencana yang udah Tuhan buatkan ke gue. Cara gue ketemu teman lama gue, sekaligus cinta pertama gue. Clara.

Konyol, memang. Gue harus berpisah dulu sama tubuh gue cuma buat ketemu dia. Untuk sebagian orang, memang ada yang sedikit dipermainkan takdirnya. Sayangnya, gue salah satu dari mereka.

Semua berawal dari wanita bernama Sania. Gue nggak tahu harus kecewa atau justru berterimakasih sama dia. Ibu sambung gue, yang kalau gue boleh jujur, posisinya udah setara dengan ibu kandung bagi gue. Gue nggak tahu salah gue apa, padahal gue udah memperlakukan dia dengan baik. Berusaha lebih dekat sebagai anak, bahkan terkadang gue bikin jebakan ala-ala biar dia bisa lebih dekat sama Papa gue. Tapi apa yang gue dapat? Gue justru hampir kehilangan nyawa di tangan dia.

Iya. Masih hampir. Karena gue nggak mau mati waktu itu. Gue melakukan tawar-menawar sama Tuhan, mati-matian tetap sadar walau ingatan gue udah lemah banget. Sakit, seluruh tubuh gue kayaknya udah mati rasa karena air sungai malam itu benar-benar dingin. Kepala gue, udah gak tahu lagi gue bentukannya malam itu. Gue cuma merasa pipi gue beberapa kali dialiri cairan kental kayak keringat-mungkin darah kali, ya.

Gue nggak terlalu ingat sama malam itu, cuma yang gue inget, tuh, ada seseorang yang ambil gue dari sungai. Gue aja gak lihat wajahnya dengan jelas, tapi dalam hati gue mengucapkan banyak terima kasih sama dia. Dan gue langsung bikin janji sama diri gue sendiri, kalau gue berhasil selamat, gue bakal membalas jasanya.

Dari sana, tahu-tahu gue sehat. Bener-bener nggak merasa sakit atau badan yang penuh luka. Gue seneng banget, gue pikir yang terjadi kemarin itu cuma mimpi. Tapi waktu gue melangkah, rasanya ringan, nggak ada beban tubuh yang biasa gue rasain kalau lagi jalan. Terus, waktu gue berusaha nyapa orang-orang buat tanya lokasi, mereka mengabaikan gue. Dari sana gue akhirnya sadar, gue sudah bukan manusia.

Gue arwah penasaran yang nggak tahu lokasi gue berada, dan kenapa gue di sana. Bahkan, gue nggak tahu kenapa gue jadi arwah.

Lalu gue ketemu dia. Dari ketidaksengajaan gue yang menyelamatkan dia, gue ketemu teman kecil gue. Gue nggak kenal awalnya, sampai perlahan-lahan gue tahu siapa dia, dan apa hubungan kita di masa lalu.

Jujur, dari sebelum menampakkan diri depan Clara, gue yang udah beberapa hari luntang-lantung di sana langsung tertarik sama dia di awal lihat. Gue juga nggak paham, tapi dalam dirinya kayak ada sesuatu yang menarik gue buat terus merhatiin dia, buat kepo sama kehidupan dia. Soalnya dia sendirian terus. Pergi pagi sendiri, pulang malamnya juga sendirian. Herannya gue, kok ada jenis manusia kayak dia? Di saat cewek-cewek seumuran dia biasanya lagi suka-sukanya nyari relasi seluas mungkin. Kok, masih ada gitu yang betah sendirian terus?

The Cure | Mark Lee ✓Where stories live. Discover now