1O | Announced

87 23 124
                                    

Announced

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Announced

———

Sewaktu Ezra masuk ke kamar, dilihatnya Clara sedang duduk termenung di kursi makan. Sejak ia lihat gadis itu berjalan pelan melewatinya di luar tadi, entah kenapa ia merasa telah terjadi sesuatu di rumah itu.

"Oy." Akhirnya ia memanggil. Namun, gadis itu masih bergeming. Bahkan tak menggubris saat ia duduk di depannya, di atas meja.

"Clara?" Tangannya melambai, tapi lagi-lagi pandangan gadis itu masih belum fokus. "WOY, CLARA NARVI MUELLER!"

Praktis, tubuhnya berjengit. Terkejut menemukan Ezra di hadapannya, Clara refleks memundurkan punggung. Tapi gerakannya yang terlalu kuat malah membuatnya nyaris terjatuh ke belakang, jika saja Ezra tak cepat tanggap menahan permukaan punggung kursi dan satu tangannya dengan masing-masing tangan yang kini bisa menyentuh benda.

Untuk beberapa saat, waktu tiba-tiba melambat. Dua pasang mata itu mengerjap, saling memandang satu sama lain dengan sorot yang sama-sama terkejut, dua irisnya membesar.

"Lo... gak pa-pa?"

Saat Clara tersadar, lelaki itu sudah kembali transparan. Dan ia juga telah kembali pada posisi awal.

"Clara? Lo kenapa sih? Jangan bikin gue panik deh."

"Barusan..."

"Kan dulu juga gue bilang, kalau panik dan refleks gue bisa pegang barang."

"Gue ngerasain tangan lo... bukan di mimpi kayak waktu itu…"

"Heh! Ngelamun terus lo ya! Awas kemasukan gue!"

Detik itu juga, Clara menghela napas dengan perasaan kesal. "Apa sih?! Bawel banget perasaan."

"Tadi gue udah nanya, lo kenapa?!"

"Apa urusan lo kalau gue kenapa-napa? Hah?!"

Dari sini Ezra sadar, bahwa untuk menghadapi Clara tidak boleh nyolot. Gadis itu bisa jauh lebih nyolot dan itu benar-benar menyebalkan.

Maka lelaki itu menarik napas dalam-dalam, berusaha menetralkan kekesalan dalam dadanya. Setelahnya dia kembali bicara, tentu dengan nada yang lebih tenang.

"Ada sesuatu yang terjadi di bawah ya?"

"Nggak."

"Terus kenapa lo jadi pendiem gini? Apa makanannya kurang enak?"

"…, nggak."

Ezra tersenyum kecut. "Yaudah deh kalau lo gak mau cerita. Gue pergi."

"Ezra..."

Tepat sebelum ia menembus pintu, Ezra menoleh lagi. "Kenapa?"

Namun gadis itu hanya menghela napas panjang, terus menyembunyikan wajahnya di antara lengan. "Kak Diego... ternyata bukan anak kandung Ibu Rania."

The Cure | Mark Lee ✓Where stories live. Discover now