18 | Selembar Foto Dari Masa Lalu

64 13 6
                                    

Selembar Foto Dari Masa Lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selembar Foto Dari Masa Lalu

———

"Hadrian mana, Bu?"

Rania yang sedang menonton televisi menoleh. "Sudah Ibu suruh pulang duluan. Kamu kenapa lama, Nak?"

"Oh, itu... HPnya jatuh ke bawah kasur, aku kesusahan ambilnya," alibinya, "Bu, apa ibu kenal anak seumuran aku namanya Ezra?"

"Ezra?" Wajahnya terlihat berpikir sejenak, sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak."

Terus apa maksud Kak Diego tadi?

"Dia anak yang hilang itu, kan? Ibu lihat iklannya di televisi tadi. Dia sudah ketemu?"

"Belum. Dia itu temenku, Bu."

"Dia temenmu? Astaga..."

Clara menghela napas. Mungkin dia cuma ngigau. "Yaudah Bu aku juga pamit ke atas."

Rania mengangguk, kemudian membukakan pintu untuk si gadis. "Maaf sudah merepotkan ya, Cla," katanya begitu Clara berdiri di luar.

Clara menggeleng sungkan, terus cepat-cepat berjalan karena entah kenapa, dia merasa canggung. Padahal sebelumnya dia sudah cukup dekat dengan beliau. Aura rumahnya berbeda dengan terakhir ia ke sini saat sarapan hari itu.

Saat kakinya hendak menaiki blok demi blok tangga ke lantai 2, seseorang tiba-tiba membekap mulutnya. Clara panik? Jelas. Dia meronta karena berpikir dirinya akan diculik. Tapi kemudian membatu setelah mengenali parfum yang tercium.

Siapa lagi? Hanya Hadrian yang memakai parfum aroma pohon pinus.

"Lo ngapain sih?! Bikin kaget aja!" Gadis itu protes dengan tangan mengusap dada, masih terkejut.

"Ssttt, gue gak mau ketahuan ibunya si Diego."

Di kegelapan yang kini mengelilinginya, mata Clara harus menyipit untuk melihat ekspresi si pria agar lebih jelas. "Kenapa emang?"

"Ngeselin banget. Gue diusir anjrit! Beneran diusir yang 'mendingan kamu pulang, anak cowok nggak seharusnya main terlalu lama di kosan khusus putri'. What the fuck?! Gue belum ada sejam di kamar—hmmph!"

"Suara lo kegedean, kita bisa ketahuan, bodoh!"

Matanya berotasi jengah. "Kenapa hari ini gue ketemu cewek-cewek ngeselin?"

"Heh!"

"Woy, kalian!" Seruan datang dari arah atas. Namun hanya Clara yang menoleh, karena yang memanggilnya adalah Ezra. "Ngapain berantem di sana? Sini!"

"Ezra manggil tuh."

"Hah?"

"Kita disuruh ke sana. Wait—" Clara kembali mendekati pintu rumah dengan langkah mengendap-endap, tersenyum begitu melihat keadaan di dalam begitu gelap. Lantas kembali ke hadapan Hadrian dengan langkah serupa. "Ibu udah tidur kayaknya. Ayo naik."

The Cure | Mark Lee ✓Where stories live. Discover now